[ Side story: Enemy in trouble ]
Hai,
Kangen enggak? 🤭
sebelum ada yang merong-merong kzl karena cerita ini enggak update seminggu, wkkk ... nih aku kasih bahan hujat buat meluapkan emosi, pfftt
.
Bab. 39 aku usahakan update Rabu/ Kamis yay, sabar sebentar lagi sambil menikmati 2.100 kata side story ini.
Happy reading
and
Thank you
🍯
[ Side story: Enemy in trouble ]
IDCELEBRITY.COM — RUBY: Ruslantama Beauty, brand dari sebuah klinik kecantikan yang menjadi pionir bisnis serupa dari kota Yogyakarta tampaknya tengah menjadi perbincangan hangat media sosial. Hal itu disebabkan oleh viralnya postingan terbaru Desire Arshiya dan Lyre Sagitta yang mencoba produk Cocoa Organic Mask.
Foto-foto terbaru yang mereka bagikan di media sosial menunjukkan proses perawatan serta hasil penggunaan produk, tampak jelas bahwa kulit keduanya menjadi lebih bersih, lembut, sekaligus berseri-seri. Hingga berita ini diturunkan jumlah like di postingan Desire sudah hampir menyentuh angka lima juta dengan tiga ratus ribu komentar yang terus mengungkap pujian.
Di halaman media sosial Ruslantama Beauty juga, produk yang dicuitkan sudah dinyatakan sold out kurang dari satu jam sejak postingan Desire menjadi trending topic. Wah, tampaknya bagi kalian yang ingin mencoba harus bersabar lagi ya.
"Sialan!!!" geram Pradana Arghadinata sambil memperhatikan informasi penjualan melalui live yang baru diakhiri oleh salah satu lead marketingnya.
Ia menggebrak meja saat menyadari jumlah order sangat jauh dari harapan. "Delapan puluh dua pcs?" seru Pradana sambil mendelik. "Kita ready dua ribu pcs lebih, udah live hampir delapan jam dan cuma dapat delapa puluh pcs? Kalian semua goblok apa gimana? Enggak jalanin SOP fake order buat dongkrak penjualan dan naikin margin perminatan?"
"I ... itu dua puluh lima pcs nya udah fake order, Pak ..."
Pradana semakin mendelik. "Hah? Udah gila!!! Buat bayar jasa live aja enggak cukup, goblok!!!"
"Y-ya gimana, semua orang ngomongin Cocoa Mask punya RUBY, beauty influencer gede juga ikutan trending wave dan pada review, organik content, Pak soalnya enggak ada endorse dari pihak RUBY."
"Brengsek! Hanya gara-gara dua postingan doang!" Pradana mendengkus sebal dan bersedekap kaku di tempat duduknya.
"Dua postingan tapi yang posting Desire sama Lyre ... kalau segeng mereka ikutan posting juga, bisa abis kita. Mana seriesnya juga sempet rerun di TV Nasional."
Pradana berdecak. "Live minggu depan turunin harga sampai setengahnya RUBY."
"Kalau sampai setengahnya, cari untung dari mana?"
"Pak Bagoes udah confirm, pembagiannya lumayan ... atur aja kalian bikin alur penjualan dan pembelian, serapi sekaligus sebersih mungkin," ucap Pradana lalu menatap dua orang kepercayaannya. "Pastikan, minggu depan, AR-Beauty leading penjualan terbanyak lagi."
"Pak, maaf, tapi ... underground info, MinErBa akan ada audit sekitar bulan depan. Saya rasa berisiko kalau kita bantuin Pak Bagoes 'cuci-cuci'."
"Anak beliau yang bungsu juga baru kemarin reda berita over flexing di media sosial ... kita sebaiknya-"
"Yang bossnya itu saya apa kalian? HAH???" Pradana menyela dengan suara tinggi, berdiri seraya berkacak pinggang dengan sebelah tangan. Ia kemudian menunjuk-nunjuk dua orang kepercayaannya ini bergantian. "Makanya saya bilang alur penjualan dan pembelian harus serapi dan sebersih mungkin!!! Jangan kayak amatir ya kalian."
"I-iya, Pak."
"Ck! Info ke orang media, suruh bikin konten promo buy one get one ... sisa sheetmask yang digudang buat gratisannya."
"Hah? Tapi itu enggak lolos QC, Pak."
"Dan expired juga."
"Copotin labelnya! Orang enggak bakal banyak komplain ke barang gratisan!" Pradana kemudian duduk kembali di kursinya. "Saya kasih perpanjangan waktu sampai lusa, kuota penjualan cocoa mask harus terpenuhi, terserah kalian mau jual door to door atau gimana!!!"
Pradana tidak menerima sanggahan karena itu selanjutnya mengibaskan tangan, membuat gestur usiran hingga dua orang kepercayaannya itu beranjak dari ruang kerjanya.
Pradana menenangkan diri dengan membuka stout beer dari lemari penyimpanan. Ia langsung minum dari botol, merasakan efek alkohol yang pahit, panas, namun entah bagaimana mulai membuatnya relax.
Pradana meraih ponselnya, memperhatikan informasi ada update di media sosial. Tsabitah Ruslantama membuat postingan baru.
"Sialan ..." sebut Pradana dengan kesal. Ia sudah merencanakan banyak hal hebat begitu berhasil mendapatkan perempuan ini, namun semuanya berantakan hanya karena Lukesh Kanantya kembali dari Tokyo.
"Sialan! Buntung keparat!" geram Pradana sebelum begitu saja memukulkan botol beer di tangannya ke meja. Ia mengamuk dan memaki-maki, membuat sekitarnya semakin terlihat berantakan sekaligus ... menyedihkan.
***
Wyna Hagne menipiskan bibir. Usai melihat postingan itu juga langsung menutup applikasi dan menjauhkan ponsel. Ia tahu bahwa Lukesh Kanantya tipe yang akan totalitas ketika serius mencintai. Lelaki itu dahulu juga selalu baik, perhatian, mengingat momen penting untuk mereka, menyiapkan hadiah, berlaku sopan dan menjadi penjaga yang dapat diandalkan.
Wyna mengangkat tangan kirinya, menyentuh kalung emas dengan liontin huruf E, hadiah dari Esa saat ulang tahun ke-25 dulu. Diantara semua barang yang harus dikembalikan kala mengakhiri hubungan, kalung itu yang terus dipertahankannya. Ia berhak menerima dan tetap menyimpannya.
Wyna memejamkan mata sejenak dan kala perlahan menggerakkan kelopak mata, pandangannya jernih ke arah pintu kamar mandi yang terbuka. Suaminya keluar dari sana hanya dengan sehelai handuk yang melingkar di pinggang. Lukesh Kanantya mungkin memang pacar impian setiap perempuan, jenis yang manis dan membawa kebahagiaan akibat sikap gentleman. Namun jelas lelaki itu tidak seberapa berani untuk memberikan lebih banyak kesenangan bagi wanita dewasa.
"Mama udah ngabarin belum? Soal si kembar besok kita jemput atau diantar ke sini aja?" tanya Sharga, sekilas menyugar rambutnya yang lembab.
Wyna mengangguk. "Sammy voice note minta dijemput pakai hpnya Mama."
"Bagus deh, Papa pasti akan usaha biar kita bisa join acara makan malam itu," ucap Sharga lalu melangkah ke tempat tidur. Ia tersenyum melihat penampilan seksi istrinya. "Beli baru, ya?"
"Enggak sempet packing beginian juga," kata Wyna lalu memainkan manik-manik kecil yang menonjol karena bentuk dadanya. "Aku beli pakai kartu kamu yang baru ..."
Sharga mengangguk, menyibak selimut lalu menaiki tempat tidur. Ia lebih dulu mengulurkan tangan, menyelipkannya di belakang pinggang Wyna sebelum menyeret pelan tubuh istrinya itu ke atasnya. "Ada warna lain enggak?"
"Limited one piece only," jawab Wyna lalu menundukkan kepala, mencium bibir suaminya.
Sharga membalas ciuman itu dengan elusan dan rabaan di sekujur tubuh sang istri, menguak bagian paling pribadi sekaligus intim sebelum mulai menggesekkan diri.
Wyna mengelus pipi suaminya, melambatkan kecupan dan ciumannya, mencuri-curi waktu untuk bernapas sekaligus mendesah. Ia hampir tidak dapat menahan diri, namun berusaha tetap memegang kendali, balas menggoda dan membisikkan hal-hal erotis.
"What do you want?" tanya Sharga saat tangan istrinya perlahan menelusur ke bawah tubuh. Wyna juga mulai memundurkan diri, ada senyum nakal saat wajah cantik itu menunduk dan memandangi penuh arti.
"Wyna ..." panggil Sharga saat kepala istrinya menunduk dan lidah hangat mulai menjilat lembut.
"Aku mau hamil lagi ..." kata Wyna, menjilat sebanyak dua kali dan baru perlahan memposisikan diri sebelum bagian pribadinya terhubung dengan milik sang suami.
Sharga menahan napasnya sejenak, berusaha memastikan. "Ha ... hamil?"
"Just do your best, fill me up with your seeds," ujar Wyna lalu menggerakkan pinggulnya, menikmati persetubuhan itu seraya membayangkan betapa kemenangan akan segera menghampirinya lagi.
Tsabitah mungkin akan mendapatkan kebahagiaan besar karena bersuamikan lelaki terbaik yang pernah mereka kenal. Namun jelas, kehamilan dan menjadi seorang ibu adalah hal berbeda, Tsabitah tidak akan bisa melakukannya.
Wyna Hagne akan memastikan hidup sempurnanya sebagai ibu akan menjadi bayang-bayang yang tidak mampu dilalui oleh anak kecil pengganggu kebahagiaannya itu.
***
Kediaman Utama Kel. RAZI
- Semarang, Jawa Tengah
"Inge ini sudah enggak ingat punya ibu apa, ya!" geram Inggrid Aubree seraya menutup gagang telepon, cukup keras hingga Noella menoleh.
"Tante Inge memang lagi sibuk, Oma ... RUBY dapat investor jadi langsung eksekusi beberapa program renovasi dan penguatan branding." Noella memberi tahu dengan nada lembut.
"Iya, tahu, udah kirim uang juga tapi 'kan jadi anak ya ada perhatian sama orang tua gitu lho! Kamu besok udah rumah tangga, jangan sekali-kali lupa bapak-ibumu di sini lho ya."
Noella menyengir. "Enggak lah."
"Jangan lupa Oma juga, minimal kirim chat walau Oma nunak-nunuk balasnya lama mesthi pakai kacamata juga," ucap Ny. Inggrid sambil lalu, kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel.
"Riiinnnn ..." panggil Ny. Inggrid kala tidak menemukan kacamata bacanya. "Golekno kacamata, koyok keri nang ngarepan mau." [Carikan kacamata, kayaknya tertinggal di depan tadi.]
"Nggih, Bu."
Ny. Inggrid menunggu sembari menyipitkan mata, membaca beberapa chat masuk dari pengurus rumah di keluarga Ruslantama. Tampaknya ada hal serius sampai pembantu putrinya itu menyertakan foto-foto juga.
"Walah, mbuh iki opo! Ora ketok blas!" keluh Ny. Inggrid. [Entah ini apa! Enggak kelihatan sama sekali!]
"Riiinnn ... kok lama toh?"
Nurina bergegas mendekat bersama sang cucu yang cukup bersemangat dan mengulurkan kacamata.
"Yut! Yut!" panggil Ishma.
Suara itu membuat Ny. Inggrid terkesiap. "Rin, ya ampun, kok dikasihno Ishma ... kacane didemek-demek gitu yo bruwet toh!" [Bagian kacanya dipegang-pegang gitu ya bikin buram.]
"Ishma kangen sama Yuyut katanya, Ya? Lama enggak diajak main sama bobok sini," ungkap Nurina dengan penuh makna.
Sejak kejadian Ishma tersedak permen coklat dan diselamatkan Esa itu, Ny. Inggrid memang terus menjaga jarak dari cicitnya itu.
Ny. Inggrid meraih kacamatanya, membersihkan dengan ujung kain gaun rumahannya dan bergeser saat tangan Ishma berusaha meraihnya. "Yuyut lagi sibuk ini lho ... sana, Rin, bawa ke Noella aja tuh."
"Yuyut ain!" Seru Ishma.
"Hehh, sama Tante Noel aja ... sibuk beneran ini," kata Ny. Inggrid yang langsung beranjak pergi, membawa ponsel beserta kacamatanya. Ia bergidig sesaat kala mendengar cicitnya melengkingkan tangis, ada rasa tidak nyaman yang membuatnya teringat momen mengerikan itu.
"Waktu dulu Oma enggak bolehin Mamas sama Mbak Ayara, nuntut ini-itu juga sampai Bunda ikutan kesal. Satu-satunya orang yang bikin Mamas tetap mau lebaran di sini karena Mas Esa bilang kangen lumpia rebung ayam buatan Oma. Sebelum ke sini tadi, Mas Esa juga ajakin Bita ke makam Opa dulu, nyekar..."
"Oma enggak bakal nemu lelaki sebaik dan seserius Mas Esa terhadapku dan aku jamin kalau masih keras kepala, Oma sendiri yang rugi!"
Ingatan itu juga turut muncul dalam pikiran Ny. Inggrid, benar-benar membuat harinya kusut dan kerap dilanda muram berkepanjangan. Zaman sekarang ini, begitu sulit mengatur anak-cucu ... padahal di usia senjanya ini, Ny. Inggrid hanya ingin hal terbaik bagi mereka.
Denting yang terdengar di ponsel membuatnya segera duduk, memeriksa chat masuk. Sepasang matanya tetap menyipit, menimbulkan kerut berlipat di sudut-sudut mata. Ny. Inggrid membaca informasi terbaru dengan seksama sebelum akhirnya mengepalkan tangan.
"Sembarangan banget! Berani-beraninya mereka sudah ambil langkah pertemuan dua keluarga," geram Ny. Inggrid lalu berdecak menahan kekesalan. "Aku harus memastikan syarat-syarat dariku dipenuhi!"
Atas pemikiran itu Ny. Inggrid beranjak ke ruang tengah tempat Noella dan Irhan kini menemani Ishma bermain susun rel kereta api.
"Kalian semua, siap-siap! Kita ke Yogyakarta, berangkat dalam sejam," ujar Ny. Inggrid.
"Ya?" tanya Noella, agak kaget.
"Kamu pasti dikasih tahu Bita toh, kalau hari ini mereka ada acara makan malam, temu keluarga sama Kanantya ... bisa-bisane lho, Noel, kamu diem aja, enggak bilang Oma!"
Irhan melirik sang adik. "Serius, Noe?"
Noella tidak bermaksud menyembunyikan itu. "Ya, mereka cuma makan malam biasa, keluarga Kanantya perlu ngenalin besan dan suaminya Lyre ... sekalian juga bahas terkait persyaratan Oma, jalan tengahnya mau bagai-"
"Jalan tengah apa? Itu tuh syarat mutlak! Oma enggak terima cucu menantu yang kurang dari itu buat Bita!" sergah Ny. Inggrid dan menatap lekat pada Irhan. "Siapin mobil, Han ... Oma enggak mau Inge sama Theo makin kebablasan." [Kelewatan]
"Oma tapi ..." panggil Irhan sambil membetulkan sang anak di pangkuannya. "Esa udah selamatkan Ishma."
"Terus maksudmu? Mau langsung terima dia gitu aja? Ojo kelalen kamu, Han ... kamu sendiri lho bilang banyak lelaki yang lebih sempurna dan potensial buat Bita! Habis Thomas enggak ada, kamu yang harusnya jagain Bita juga, jangan malah-"
"Oma, cukup!" Sela Noella cepat lantas berdiri. "Kalau Oma balik disalahin gimana? Kalau aja waktu itu Oma enggak maksa Tante Rika nyusul ke Solo buat perjodohan ... Bita enggak akan berinisiatif nyusul mau ikut ... Mas Tommy enggak akan keburu-buru nyetirin ke Stasiun juga!"
"Lho! Lho! Kok kamu-"
"Aku tahu kalau Mas Tommy sama Bita itu cucu-cucu kesayangan Oma, kami enggak seberapa pinter atau sukses dibanding mereka ... tapi enggak begini juga! Aku capek banget, selama ini harus selalu jadi follower, nurutin Oma yang enggak ada puasnya!" ungkap Noella penuh emosi sebelum kemudian terisak sedih. "Aku kangen banget sama Oma yang dulu, yang adil sayang semuanya ... yang enggak pendendam dan jadi sulit kayak sekarang."
"Omong apa kamu ini!!!"
"Bita cuma bisa bahagia sama Mas Esa, sama kayak Mas Tommy cuma bisa bahagia sama Mbak Ayara-"
"Berani kamu nyebut nama perempuan kurang ajar itu!!!" teriak Ny. Inggrid tidak terima.
Irhan menyadari anaknya hampir ikut menangis. Ia segera beranjak sekalian menarik Noella. "Noel, udah-udah ..."
"He just respect and follow Thomas decision to save Bita' life ... the death isn't his fault," kata Noella lalu melepaskan tangannya untuk menggendong Ishma. "Kita justru yang berutang padanya."
"Noel ..." kata Irhan.
Ny. Inggrid geleng kepala. "Wes-wes ... emang dari dulu kamu itu paling angel manut." [Susah menurut.]
"Omaa," panggil Irhan.
"Kamu juga wes terserah aja, Han ... pikirmu Oma enggak bisa berangkat sendiri apa? Ckckckkk!" Ny. Inggrid segera beranjak kembali ke kamar, mempersiapkan diri dan mengatur sopir untuk membawanya ke Yogyakarta. Ia sendiri yang akan memastikan setiap syarat mutlaknya terpenuhi.
[ the end of side story ]
🔥
paling sebel pas scene siapa kalian?
wkwkwkwkwkk
.
Q: POKOKNYA AWAS KALAU AGENG DIKASIH KETEMU SAMA NENEK SIHIR ITU! GA TRIMA AKU!
A: lho bisa ketemu dan berinteraksi tapi enggak balas disayangi itu lebih syaqid lagi lhoo ... wkwkwkwkk and remember that Mas Ageng Prabaswara itu anak pintar yang really care about his mother. Yang jahad sama ibunya, udah pasti 😡
Q: Kak kalau mau enggak update lama tuh kasih kabar! Capek nungguinnya :(
A: Iya, maaf ya ... aku bukannya mau nyengajain enggak update lama tanpa kabar. Aku pulang luar kota itu hari Rabu jam 11 malam, subuhnya dikabarin Pakde meninggal jadi sampai kemarin Sabtu memang belum fokus ke project tulisan. Sampai sekarang juga belum aku rapikan lagi story plot utama, makanya aku bisanya update pakai side story begini.
biar enggak capek nunggu, perbanyak bacaan bisa jadi solusi ... silakan pembaca bisa reply di sini rekomendasi cerita wattpad yang seru 🫰🏻
Thank you
.
⤵️
Triple date.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top