VIRGO 1.0: The Call of The Star

Cosmic Harmony kali ini agak berbeda, ekstrakurikuler seni vokal dan orkestra hanya berisi anak-anak dari Room Virginids. Tak bisa dimungkiri asrama yang didominasi kaum perempuan itu memiliki kesukaan terhadap bunga dan musik yang membuat ruangan yang terbuat dari kristal Topaz itu dipenuhi Bunga Azalea Nila juga alunan musik lembut yang tiada hentinya. Tak heran pula jika jumlah mereka di ekskul yang diampu Ligeia si siren dan Allura si Mermaid ini dipenuhi para siswa berzodiak Virgo. Namun, ke mana siswa-siswi dari asrama lain? Yang tak kalah anehnya, mengapa mereka yang berzodiak Virgo harus ikut berkumpul sekalipun tak mengikuti Cosmic Harmony? Entahlah.

Meski agak mengusik, kali ini Zuyin mengabaikannya. Gadis yang kini menginjak tahun ketiga di Zodiac Academy memilih mengikuti Cosmic Harmony karena kesehariannya sebagai seorang priest tak jauh dari musik, melodi, dan lagu.

"Drafar, sekarang giliranmu." Ligeia memanggil, saat ini adalah pengujian dadakan sedalam apa kemampuan teknik bermusik untuk semua orang berzodiak Virgo. Setahu Zuyin, Drafar bukan anak Cosmic Harmony kemampuannya juga sangat meragukan, apalagi dia seorang pengendali tanah! Ekspresinya yang selalu datar juga seakan tak mengapresiasi musik, tetapi bodoh amatlah, Zuyin tak peduli.

Tanpa sadar Zuyin sudah terlalu lama hanyut dalam lamunan, pikirannya mulai overthinking. Bukankah seharusnya mereka semua harus bersiap untuk study tour yang akan dilakukan dalam waktu dekat? Mengapa pihak sekolah malah meminta pengujian dadakan begini? Zuyin mulai memikirkan banyak hal, kemungkinan-kemungkinan yang mungkin sedang terjadi.

Suara Allura menginterupsi. Zuyin paling menyukai suaranya ketika menjelaskan materi, semua atensi seketika terikat padanya. Suaranya ajaib seperti memiliki sihir.

"Breath Control merupakan dasar dari semua seni vokal dan permainan instrumen," sang instruktur memulai. "Tanpa pengaturan nafas yang baik, suara dan nada tidak akan memiliki kekuatan untuk menyalurkan energi magis."

Ligeia menyela, "En."

Remaja itu tengah menyender di sandaran bangku, kakinya terangkat sampai ke atas meja. Merasa namanya dipanggil, kelopak matanya terbuka menampakkan iris biru redup yang memindai sekitar tanpa ekspresi yang berarti. Sekali lagi dia menguap, menarik tangannya ke udara. Cowok bernama En maju, mulutnya komat-kamit.

"Hentikan mantra itu sekarang juga karena percuma saja mantra rendahan tidak akan bereaksi bagi kami." Dia hanya nyengir kemudian menuruti apa yang diminta para mentor.

En cukup populer di Zodiac Academy. Dia memiliki kontur wajah yang menyenangkan saat dipandang. Tahi lalat di dagunya menjadi pusat perhatian terlebih ketika mengulas senyum. Singkatnya, En terkenal sangat ramah.

Di satu-satunya kursi yang tersedia, En menyibakkan mantelnya sebelum duduk dengan punggung lurus. Sesuai instruksi Ligeia, dia memejamkan mata. Dia memulai dengan latihan pernapasan dalam, menghirup perlahan melalui hidung, merasakan udara mengisi paru-paru hingga penuh, lalu menghembuskan napas perlahan melalui mulut. Latihan ini diulang beberapa kali hingga merasa lebih tenang dan terkendali.

Zuyin menganga menyaksikan En bisa seserius itu.

Suara lembut Allura menginterupsi, "Saat kalian bernyanyi atau memainkan instrumen, bayangkan energi magis mengalir melalui setiap nafas yang kalian ambil. Biarkan energi itu menyatu dengan musik kalian, memperkuat setiap nada yang kalian hasilkan."

"Kita akan latihan berkelompok," ujar Ligeia.

Zuyin yang menyukai keteraturan mengagumi kolaborasi yang dilakukan Miss Ligeia dan Miss Allura. Keduanya sangat menyatu dalam harmoni meski terlihat saling menyela, mereka tahu porsi dan tempat masing-masing.

Ah, Zuyin benci berkelompok!

Dia selalu canggung mengutarakan pendapatnya lebih dulu. Sering kali memilih mengalah daripada mengundang keributan.

Para siswa sudah terbagi menjadi kelompok kecil siap untuk mempraktikkan teknik ini dengan instrumen masing-masing.

"Maaf mengganggu, Nona-nona!" Suara itu berasal dari wanita yang berdiri di ambang pintu, dia Alvina Sevde Elnara penanggung jawab ekstrakurikuler Cosmic Harmony. "Maaf Ligeia, Allura bisakah saya meminta Ms. Zuyin, Mr. Drafar, dan Mr. En untuk mengikuti saya bertemu Kepala Sekolah?"

Bertemu kepala sekolah? Prof. Lucas Gavin Alvarion? Yang benar saja! Zuyin nyaris saja menjerit. Dia tak menyangka akan mendapat panggilan langsung dari Pangeran Kerajaan Celestial Kingdom itu. Zuyin meremas telapak tangannya yang mulai berkeringat, dia gugup membayangkan bisa bertemu dan berinteraksi langsung dengan sosok yang menjadi panutannya itu.

Ligeia tampak tak suka kelasnya diganggu meski yang mengganggu adalah tuannya.

"Mari, kita harus bergegas. Tuan Cygnus sudah menunggu untuk mengantar kalian ke ruang kepala sekolah."

"Thank you, Miss Sevde," ucap Zuyin diikuti kedua rekannya En dan Drafar.

Cygnus adalah pengawas siswa Zodiac Academy yang akan mengantar ketiga siswa terpilih menghadap Prof. Lucas. Kali ini mereka menyusuri koridor dalam diam. Mungkin sebagai sesama Virgo mereka sama-sama mengalami pergolakan dalam pikiran masing-masing.

Zuyin melihat En sibuk memainkan tangannya yang tak pernah bisa diam, sedangkan Drafar memasukkan kedua tangannya ke saku mantel. Pembawaannya sangat tenang. Keduanya tak terlihat gugup sedikit pun.

Dalam ruangan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, ketiga siswa itu berhenti. Mereka tak sadar kapan Cygnus pergi meninggalkan mereka. Ini kali pertama Zuyin dipanggil dan bertemu langsung dengan kepala sekolah secara personal dan pesonanya lebih kuat dan menakjubkan. Jubah navi dengan ornamen keemasan memancarkan keanggunan dan keagungan seorang Lucas Gavin Alvarion. Di tempat remang pun, rambutnya seakan bercahaya, ketika berbalik, tatapan matanya yang terfokus kepada mereka bertiga seolah menyihir. Daya pikatnya luar biasa. Prof. Lucas tak lagi memunggungi ketiga bocah itu. Rasanya terintimidasi hanya dengan berhadapan dengannya. Mereka kerdil dan tak ada apa-apanya ketika berhadapan dengan sang pangeran.

Tak kalah menawan adalah The Wise Lion of Alvarion Lineage, Asaylan yang selalu di dekat pangeran. Hewan pelindung yang gagah. Beberapa kali pun melihat mereka berdua, tetap saja ada rasa takjub menyelip di hati Zuyin dan teman-temannya.

"Terima kasih sudah memenuhi undangan saya, Ms. Zuyin Priest berbakat, Drafar pengendali tanah yang kuat, dan En pengendali udara yang terkenal sangat licin." Kepala Sekolah berdiri dengan jarak yang sangat dekat. Tatapannya yang teliti membuat Zuyin seakan ditelanjangi. Jantungnya berlompatan. Bernapas saja seakan berdosa. Prof. Lucas melanjutkan kembali sambutannya. "Selamat datang ketiga siswa terbaik dari asrama Virgo. Selamat telah terpilih secara khusus untuk menjalankan misi kali ini," jelas Prof. Lucas.

Prof. Lucas berbalik mengibaskan jubah kebesarannya. Langkahnya membentuk ritmis teratur menyerupai sebuah nada. Setelah berbalik ke posisi semula, dia melanjutkan, "Misi ini sangat penting dan bersifat rahasia, jadi bisakah saya mempercayai kalian menjalankan tugas penting ini?"

Tak ada yang menjawab pertanyaan retorik dari kepala sekolah, mereka hanya saling pandang satu sama lain. Menjadi yang terpilih tak mempunyai pilihan lain selain iya. Tempat ini terasa semakin menyempit ketika keheningan menguasai ruangan untuk sesaat.

"Seharusnya misi ini minimal dijalankan oleh Starzy State ...."

Zuyin membelalak, Starzy State adalah level tertinggi dari penyihir bintang dan saat ini hanya beberapa orang yang menggunakan sihir tanpa rapalan, menciptakan mantra baru, bahkan hanya archimage, archimage agung, dan infinity mage yang diketahui ada di level itu. Sekarang, Zuyin dan teman-temannya yang baru di tahun ketiga harus menjalankan sebuah misi setara Starzy State?

"... tapi jangan cemas, salah satu Knight of Hyperion terbaik akan mendampingi kalian, Vierra Levinson."

Seperti muncul dari kehampaan, wanita berambut pirang sudah ada di hadapan Prof. Lucas dalam posisi membungkuk memberi hormat.

"Selamat datang, Vierra. Terima kasih sudah memenuhi undangan saya. Bersediakah kau mendampingi mereka?"

"Sesuai perintah Profesor," kata Vierra. Dia berdiri dan mundur menyamakan posisi bersama tiga siswa Zodiac Academy.

"Jangan memasang wajah bodoh seperti itu," bisik Vierra tanpa menatap wajah ketiganya yang menganga.

"Karena tim sudah lengkap, sebaiknya keberangkatan tak perlu ditunda, begitu kan, Vierra?" Kerlingan dari kepala sekolah membuat ketiga siswanya kembali ternganga. Ternyata, Prof. Lucas bisa juga bercanda.

"Tentu, Prof."

"Se-sekarang, Prof?" Itu suara pertama yang terdengar sejak memasuki sebuah ruangan rahasia. En dan Drafar menoleh ke arah Zuyin. Gadis itu gelagapan, mereka memahami, sebagai Virgo yang penuh perencanaan, rencana dadakan menjadi momok yang mengerikan.


===xxx===

AhyaBee

Purbalingga, 9 Agustus 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top