Silent 15: Persamaan Terakhir


"Gue tergantung banget sama mereka," katanya menjadi kalimat terakhir yang Arai dengar sebelum akhirnya Meila menekuk empat jari-jarinya menyiratkan 'tolong gue'. Gerakan sederhana itu menyayat Arai. Dia tak tau bagaimana menyelamatkan gadis itu. Segalanya terjadi terlalu cepat.

Tak ada jeda waktu bagi Arai untuk mencerna segalanya dengan cepat. Hanya berselang tiga detik sejak isyarat itu sempurna, Meila mengempaskan diri ke belakang. Arai membatu menyaksikan itu dalam jarak pandang yang sangat dekat, tetapi tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkannya. Dia membayangkan tubuh kecilnya terempas ke trotoar dengan kepala membentur tanggul pembatas lebih dulu diiringi suara kretak tulang tengkorak yang pecah. Darah berhamburan dan tulang-tulang patah.

Arai memejamkan mata, hujan masih mengguyurnya. Untungnya, Arai sempat menekan 112 di ponsel sebelum ponselnya jatuh. Tak lama setelahnya riuh lahir menyaingi gemuruh petir. Hujan besar ternyata mengundang banyak orang menepi di trotoar sebelum menyebrang jalan. Jantung Arai seperti melesat dari tempatnya. Dia bergegas turun, semua pintu sudah tidak terkunci, dia turun tanpa hambatan yang berarti. Dalam sekejap, rasa takut menjelma menjadi nyeri yang menyerang dadanya.

"Gimana caranya bantu lo kalo lo sendiri kayak gini, La?" Napasnya tersendat-sendat, Arai masih berlari menerobos antrean orang membayar di kasir yang terhenti. Mereka berbondong-bondong keluar saat seseorang memekik melihat kanopi mendadak roboh.

Kerumunan terbentuk secepat itu, tak lama kemudian sirene berbunyi nyaring menembus derasnya hujan. Tanpa sadar Arai terkulai, dia terjatuh dalam posisi berlutut. Rasanya lega ambulan datang lebih cepat, Meila pun mendapat pertolongan pertama dengan tepat. Penambahan kanopi yang tujuan awalnya menghalau pandangan orang melihat labirin itu, ternyata menyelamatkannya. Setidaknya itu yang Arai dengar dari tim medis. Meila masih bertahan hidup.

Si pendiam yang menyimpan banyak rahasia itu tak memberi Arai banyak kenangan. Kehadirannya nyaris tak terdeteksi. Dia tak seheboh Gea juga tak terlalu menonjol ketika ada kuliah. Ketika menyadari fakta gadis itu menyimpan perasaan khusus terhadapnya, Arai terkejut. Namun, ketika dia meneliti grafology dari tulisan tangan dari pesan di amplop cokelat, hasilnya mendekati tulisan Meila. Hasilnya diperkuat dengan jasa baca tulisan tangan yang Arai sewa untuk mengidentifikasi pemiliknya.

Dari statement Meila, sebelum hari ini, semua berawal dari Arai. Meila terlampau malu mengakui perasaannya selama ini. Ternyata, Meila sudah memendam perasaan itu selama tiga semester lamanya. Dia menyukai Matematika, dia berusaha tak lebih menonjol dari Gea. Meski hal itu bisa membantunya mendapat beasiswa penuh. Namun, dia tak bisa berada di atas Gea. Dia sudah terbiasa mendapat nomor dua. Apalagi mereka selalu belajar bersama. Sayangnya ada Arai yang ada di atas. Sehingga Meila hanya mendapat beasiswa tak penuh.

Gea tak terbiasa menjadi nomor dua. Untuk menghentikan uring-uringannya, Meila menawarkan kerjasama. Dari keterangan Meila sebelum semuanya berakhir, dia menyanggupi keinginan Gea karena penolakan akan membuat gadis itu berubah mengerikan. Seperti tragedi kehilangan telinga yang katanya disebabkan penolakan terhadap rencana sempurna Gea.
Semoga masih tertolong ....

***

Kehidupan di kota besar memiliki peredaran arus informasi yang cepat. Berita jatuhnya seorang gadis dari rooftop membongkar permainan mengerikan yang terjadi malam itu. Banyak pihak dimintai keterangan, termasuk Arai. Semua pengunjung hari itu diperiksa, satu per satu mentara owner kafe beserta salah satu mahasiswa yang diduga sebagai dalang utama kasus ini masih belum diketahui keberadaannya.

Kafe itu pun terpaksa berhenti beroperasi. Garis polisi mengelilingi tempat itu. Tak boleh ada satupun orang yang melewatinya.

Hari ini panggilan ke sekian ke kantor polisi setelah kasus itu. Setiap kali melintas, dia berharap polisi secepatnya menemukan mereka. Rasa bersalah Arai membuatnya mengemis ke polisi agar diizinkan mengikuti proses penyelidikan, perkembangan kasus, dan penangkapan tersangka. Tentu saja pihak polisi menolak warga sipil ikut campur dalam urusan ini. Dia pun memutuskan ke rumah sakit tempat Meila dirawat. Waktu rasanya tak ada artinya ketika segumpal penyesalan mengeras di sudut terjauh di hati.

"Gue mau kenal lo lebih jauh La."

Rasanya sesak sekali tak mendapati respons yang dia mau. Hari ini cukup, dia akan kembali lagi esok. Arai harus, dia memilih kerja paruh waktu di tempat ramai agar bisa cepat menemukan Double G alias Gea dan Geo kakak tirinya itu. Dia terkejut dengan fakta itu. Ketika menyadari dirinya sempat cemburu atas kedekatan Gea dengan Bang Geo, mantan atasannya, Arai merasa jijik. Mendengar Gea memanfaatkan kebaikan keluarganya demi menekan Meila secara mental lebih membuatnya jijik!

Tanpa sadar, Arai sudah sampai di kontrakan kecilnya. Dia menyadari ada yang berbeda dari gantungan kunci pintu kontrakannya. Dia tak merasa memiliki gantungan hitam memanjang dengan terbuat dari akrilik yang diukir dengan teknik laser: The Last Mission!

Gue simbol dari sebuah persamaan yang belum terselesaikan, variabel yang tak pasti nilainya. Cek ponsel ....

Pesan itu berbunyi layaknya koefisien yang belum terungkap dalam rumus matematika. Hanya lo yang bisa menyelesaikan persamaan ini untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi. Sama kayak keberadaan rasio sempurna yang lo abaikan meski sebenarnya banyak menempel di diri lo.

Dia ada di sini? Arai bisa merasakan darahnya seakan mendidih. Semua jenis kekaguman pada Gea sudah menguap. Apalagi ketika dia tak kooperatif dipanggil tim penyidik, dia malah memilih kabur-kaburan. Arai tak mau lagi menuruti dan bermain. Dia memfoto semuanya menyerahkan semuanya ke polisi. Mereka akan mengidentifikasi titik terakhir lokasi berdasarkan ponselnya.

Arai harap-harap cemas menanti perkembangan penangkapan mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top