Silent 14: Double G
"Kakak sudah melakukannya dengan sangat baik." Orang yang dipanggil kakak itu menoleh. Dia seorang cowok berusia tiga puluhan. Ketika dia melintas, aroma kopi menguar dari tubuhnya.
"Hilih, sejak kapan lo manggil gue kakak."
"Tuh, kan," rajuk gadis itu. "Lo kan emang kakak gue Bang."
"Gue nggak mau jadi kakak lo. Lelaki berengsek itu malah nikah sama Mom."
"Lelaki berengsek itu bokap gue." Dia menonjok pelan lengan Geovani Putra Pratama. Kemudian gadis itu beringsut mencari ceruk di leher kakak tirinya itu. "Bokap nggak akan marah, kan?"
"Marah kenapa? Ini hanya pesta ulang tahun," kata Geo seraya mencubit hidung mungil Gea. "Abang akan urus sisanya."
"Ish."
Geo terkekeh melihat tingkah adiknya yang sangat menggemaskan itu. Sosok yang saat ini terlihat rapuh dan penuh tekanan. Seandainya Geo menyadari tekanan itu lebih cepat, dia pasti akan bertindak lebih baik sejak awal.
"Lo takut?"
Gea mengangguk dan mengeratkan pelukannya.
"Gue akan selalu ada buat lo." Geo mengusap puncak kepala Gea sementara gadis itu menitikkan air mata di pelukannya. Sesekali tangannya yang terbebas mengambil popcorn, keduanya memposisikan diri memandangi home theater, meski tak ada satupun yang menikmatinya. Tayangan itu memutar kumpulan foto-foto ketika mereka beraksi.
"Kita dalam masalah, Bang. Video-video ini bukannya terputar di bilik 5?"
Mereka sadar telah membuat kekacauan dengan memulai sebuah permainan. Meski bagitu bagi keduanya, hal itu bukanlah keisengan biasa. Terselip pembuktian, pembalasan, dan pengungkapan kenyataan. Tak peduli berujung kekecewaan, semuanya sudah gamblang. Tugasnya adalah merampungkannya sekarang sebelum semuanya terlambat!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top