Silent 09: To do List
"Selamat datang di stasiun 21. Di mana sebuah permainan berantai yang seru dimulai." Suara Meila terdengar dari pelantang. Sejauh ini semua berlangsung sesuai rencana, tetapi entah kenapa dia selalu berdebar tak keruan. Dia berada di bilik terkecil, stasiun pusat. Hanya ada sepasang kursi berhadapan dilengkapi satu meja berukuran kecil berbentuk lingkaran. Setangkai mawar merah dalam vas kaca ada tepat di tengah meja bertaplak putih.
Di sudut ruangan, lilin aroma terapi memancarkan aroma kesukaan Gea. Berharap sesampainya gadis itu di sana, Gea tak akan buru-buru beranjak saat melihat Arai. Cowok itu menarik sesuatu di sakunya, dia membaca sekali lagi to do list yang ditulisnya. Apa aja yang akan dia lakukan di hadapan Gea sudah direncanakan dengan baik dimulai dengan permintaan maaf dan mengutarakan perasaannya di ujung TDL. Setelahnya, dia melirik jam tangannya, seharusnya Gea sudah melewati bilik 21 karena tantangan di setiap levelnya sesuai tingkatan dari yang mudah sampai sulit.
Arai mengawasi Gea dari rekaman drone yang terbang di atas. Labirin tak beratap itu membuat drone bergerak leluasa. Drone itu dilengkapi mikrofon yang memungkinkannya menangkap suara.
"F(6) adalah aku, dia adalah konstanta di hidupku," kata Gea membaca tulisan yang dia temukan di ruangan itu. Gea menoleh bingung. Dia mengamati ruangan yang didominasi warna merah terang dikombinasi warna kuning mencolok yang sangat menstimulasi. Perpaduan warna itu membuat Gea gelisah. Belum lagi mozaik di dindingnya yang memvisualisasikan spiral Fibonacci jika diamati baik-baik, spiral itu mengarah ke sebuah pintu. "Apakah ini ungkapan perasaan seseorang? Siapa?"
"Penawaran untuk para fighter, ambil uang di angka-angka Fibonacci dan keluar dari permainan sekarang atau lanjut, tetapi tak pernah bisa mundur lagi setelah ini. Penawaran ini hanya sekali. Silakan pikirkan baik-baik."
Suara dari pelantang itu memancing kasak-kusuk di bilik 21. Angka-angka Fibonacci tersebar di titik-titik tertentu di ruangan selebar 2,1 meter itu.
"Yang bener, nih! Baru juga masuk," kata seseorang.
"Wah mayan nih seratus ribu cuy!"
"Gue dong 210 ribu."
Dan begitulah Gea menyaksikan dia kehilangan teman-temannya demi sejumlah uang. "Lo boleh kok kalau mau ambil amplop itu. Gue nggak keberatan melanjutkan semua ini sendiri."
"Alah, gue mah penasaran ama tantangan di stasiun selanjutnya. Yuk, buruan selesaiin kita ke step selanjutnya. Apa hadiahnya akan lebih besar?"
Gea mengangguk, sementara di ruangan lain, sementara Arai masih tak mengerti yang terjadi. Mengapa quest-nya ganti? Mengapa ada tayangan melalui proyektor di tempat itu yang seharusnya ada di bilik lain. Arai mencoba menghubungi Meila ternyata ponsel Arai tak dibawa. Entah di mana dia meletakkannya tadi. Teka-teki itu apakah Meila pelakunya? Beberapa jam yang lalu Meila ada di ruang operator, apa dia bersama Bang Geo mengubah konsepnya secara tiba-tiba? Mustahil bukan? Teka-teki itu sama persis dengan pesan yang diterimanya awal bulan lalu. Hanya saja, subjeknya "Arai" diganti "dia" berarti kedua pesan itu ditujukan untuk dua orang yang berbeda.
Tiba-tiba sorakan yang terdengar dari drone menyita perhatian Arai. Dia melihat Gea membeku melihat ke satu titik. Begitu juga dengan rekan-rekannya yang belum keluar. Sebuah tayangan terpantul dari proyektor. Foto-foto yang diambil secara candid bermunculan. Foto Arai, foto Meila, foto kebersamaan mereka selama di Double G, Apa maksud semua ini? Layar proyektor itu seharusnya tidak ada khususnya di bilik itu, seharusnya proyektor pun ada di bilik khusus yang menggambarkan visual untuk quest di bilik 5. Namun, apa yang terjadi di sini? Arai bahkan tak mengerti. Seharusnya ini akan jadi momen dia mengutarakan hati kepada Gea, tetapi foto-foto itu akan menghancurkan segalanya.
Arai harus keluar dari bilik pusat dan menghentikan semua ini! Namun, dia terkunci. Satu-satunya pintu hanya bisa dibuka dari satu sisi, stasiun 2. Cowok itu pun tak bisa melakukan apa-apa dalam ketidakpastiannya.
"Kenapa jadi gini, La? Lo bilang mau bantu gue dapetin Gea ...." Arai bersandar pada dinding yang ternyata kokoh. Tak ada celah dan jendela di bilik pusat yang didesain untuk mendapat kesan keintiman yang romantis. Ruangan itu bahkan berbentuk setengah lingkaran dengan diameter 2 m. Itu pun terdapat sekat sesuai pusat spiral Fibonacci jari-jarinya masing-masing 1 m. Satu bilik berisi sepasang kursi dan meja, bilik lainnya sofa tunggal dengan radio tua yang pasti akan disukai Gea yang penyuka retro meski tak bisa digolongkan dalam retrophile. Di sisi yang melengkung itulah terdapat layar televisi 14 inci menempel di dinding menayangkan hasil drone yang berputar-putar di atasnya secara berkala.
Labirin itu tanpa atap tingginya juga masih bisa dijangkau dengan meja dan kursi yang ditumpuk. Meski begitu, apa yang akan dia lakukan? Melompat dari ketinggian? Kalo tak patah tetap saja berpotensi cedera. Lokasi jatuhnya, dia harus menghitung dengan cermat agar pendaratan bisa optimal. Setidaknya ini akan memperpendek jarak antara dirinya dengan Gea.
Sisi bilik satu terhubung dengan sisi dinding bilik 3, bilik 5, jika beruntung juga di bilik 8. Sisi mana yang menghubungkan persis di sisi itu. Setiap bilik memiliki jumlah pintu yang berbeda tergantung berapa jumlah ruangan yang bersinggungan. Namun, terjadi anomali untuk ruangan ini. Hanya memiliki satu pintu. Itupun hanya bisa diakses searah dari bilik 2!
Sialnya, semua ini pasti direncanakan dengan matang sama pelaku. Jika tidak, darimana oknum ini memiliki akses ke labirinnya? Kecuali satu hal, orang itu punya akses penuh atas labirin ini juga. Hanya ada dua kemungkinan Bang Geo dan Meila membantu pelaku atau justru mereka adalah pelakunya. Keduanya memiliki andil besar dalam pembuatan labirin ini, tentu saja mereka memiliki semua detail informasi.
Sekarang gambar rekaman CCTV di layar itu bahkan telah berubah statis. Artinya, Arai semakin minim informasi sekarang. Berbagai rencana mulai disusun di kepala. Bagaimana dia akan melompat dan mencoba mendarat. Dia menganalisis ruangan demi ruangan di kepalanya. Dengan bantuan lilin aroma terapi, tangkai bunga mawar sintesis dia mencorat-coret taplak meja. Dia ingin membongkar siapa F6 ini dan dia ada di sekitar sini saat ini.
Kemungkinan-kemungkinan mulai bermunculan di kabin-kabin otak Arai yang biasanya tersusun secara sistematis mulai terganggu. Dia kesulitan fokus. Untungnya ini spiral tunggal, ingatannya bisa diandalkan untuk mengingat cetak biru dan nuansa di dalam setiap ruangan. Dia belum tahu apa yang akan dilakukannya jika sampai di sana, dia akan memikirkan sambil berimprovisasi. Meski bukan gayanya dan tak akan maksimal, dia tak punya waktu sebelum si pelaku berhasil melarikan diri. Namun, ketika Arai menyusun meja dan kursi, dia menyadari sesuatu.
Entah itu kesalahan apa bukan, pikirannya dipenuhi tentang si pengirim teka-teki. Dan kini, Arai terobsesi menemukan orang itu melebihi apapun bahkan Gea tak terlintas sedikitpun karena dia yakin gadis itu akan aman. Dia cerdas.
Keyakinannya telah terkumpul, tekadnya pun sudah bulat ketika dia menarik napas panjang. Kini dia berdiri di atas dinding setebal kisaran 60 cm, sebelum turun dari tempat itu, dia menghitung menggunakan prinsip trigonometri untuk memastikan sudut optimal di mana Arai harus mendarat dengan tanpa cedera.
Lantai beton ternyata tak memberikan cedera, dia berhasil mendarat dengan baik meski dengan terhuyung sesaat.
Sekarang apa? Dia akan melakukan hal yang sama agar bisa ke bilik 13? Posisinya sekarang berseberangan dengan bilik 21. Arai memindai cepat ruangan didominasi hitam dan abu-abu yang seharusnya memberi sensasi ketenangan justru menimbulkan kesan dingin dan tidak bersahabat.
"Di mana pesan itu harusnya ada di sini. Di antara awan dan tatanan galaksi."
Arai meraba-raba dinding mencari secarik kertas yang berkamuflase dalam gambaran langit malam, dia harus menemukan kertas yang ditempel di sana. Kertas itu berisi tantangan selanjutnya, harusnya. Namun, mengingat tantangan pembuka di kue dan di bilik 21 sudah berubah, dia sangat tidak yakin di tempat ini isinya masih sama.===>.<===
Silent Paradox
===>.<===
AhyaBee, 29 April 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top