dua puluh
Varun terlonjak duduk saat ponselnya berdering tanpa henti. Dia melihat nama ayahnya terpampang disana.
Varun memgumpat, melihat pada Desi yang terkapar dilantai disebelahnya.
Pakaian Desi tersingkap ke atas dan ke bawah, sama sekali terlihat tidak indah tapi sayangnya pakaian Varun juga sama buruknya.
Varun berdirimenjauhi Desi yang kalah telak, tidak bisa bangun setelah dia menyetuhi jalang tersebut berulang kali hingga pelacur itu memohon agar dia berhenti.
Dan tentu saja Varun tidak mendengar, Desi harus tahu siapa yang sedang dihinanya.
Setelah merapikan pakaian dan rambutnya Varun mencoba menghubungi ayahnya,memastikan Desi tidak terlihat.
"Kenapa kau belum sampai juga. Dua jam lagi Raha Alfa akan sampai. Kalau kita terlambat dia bisa saja marah dan membatalkan semuanya.
Jangan coba-coba menghancurkan bisnisku. Segera datang atau lupakan kalau kau adalah anakku"
Sambungan langsung terputus.
Varun menghela napas, melirik jam di atas mejanya.
Sudah lewat tiga jam dari dia keluar dari kamar Hema.
Dia harus memberitahu Hema kalau liburannya ditunda.
Sekarang setelah Desi menbuatnya yakin kalau semuanya masih aman terkendali tidak ada alasan bagi Varun untuk cemas.
Dia akan menemui Raha Alfa memastikan kerjasama mereka terjalin dengan baik dan menguntungkan.
Saat Varun membuka pintu, Desi terbangun.
"Mau kemana kau?" paraunya smbil melihat jam.
Kening Varun terangkat menghina.
"Kau tidak punya hak untuk bertanya tapi karena aku kasihan padamu yang takutnya bisa mati penasaran maka aku akan memberitahu" ejeknya.
"Aku akan Menemui Hema. Aku harus mengatakan kalau rencana liburan kami harus ditunda sementara, untuk beberapa hari saja. Begitu semuanya beres kami bisa langsung berangkat."
"Liburan" sela Desi.
"Kemana kau akan pergi, kenapa? " desaknya melompat berdiri sambil merapikan diri, bergegas mendekati Varun yang kesal.
"Itu semua bukan urusanmu. Kau bisa tetap tinggal di sini selama kami pergi, menikmati segala kemewahan disini.
Tapi kau tidak perlu tahu kemana aku akan membawa Hema." jawab Varun kasar.
"Kau kubayar sesuai jasamu. Jadi jangan menganggap dirimu bernilai tinggi sampai aku harus lapor semua yang aku rencanakan padamu"
Desi menggeleng.
"Aku pikir sedikit saja kau akan memikirkanku, setelah apa yang kita lakukan tadi."
Varun tertawa.
"Apa yang kita lakukan?" sinisnya.
"Bersetubuh seperti binatang dan kau menganggap itu berarti?"
Mata Desi mulai basah.
"Kali ini berbeda, beberapa kali kau melakukan pelepasan di dalam. Benihmu tertanam di dalamku"
Varun mendorong Desi.
"Bodoh. Itu hanya karena aku ingin menghukummu. Itu semua tidak ada artinya bagiku. Aku membuang spermaku setiap pagi di kamar mandi apa itu artinya aku dan kamar mandi atau saluran pembuangan punya hubungan yang berarti?"
Dia mendengus.
"Jangan berpikir macam-macam. Jangan bodoh. Cukup jadi wanita jalang saja, kau tidak pantas dinilai lebih atau dihargai tinggi"
Tanpa menunggu jawaban Desi Varun langsun pergi begitu saja.
Desi berdiri ditempat sampai sosok Varun tak teelihat lagi, setelahnya dia menghempaskan tubuh ke atas Sofa, menghembuskan napas lega.
Bibirnya tersenyum tipis, mengingat bagaimana caranya memperdaya Varun.
Seks yang hebat dan memuaskan, sentil ego laki-laki maka mereka akan meledak!
Untuk sejenak dia merasa selamat tapi entah apa yang akan terjadi setelah ini, dia sendiri tidak bisa menebaknya.
Semalam dia terlalu mabuk oleh minuman dan sosok Hali.
Sekarang dia tahu kalau semalam adalah tipu daya Hali dan entah bagaimana Hali tahu dia terlibat dalam penculikan Hema dan Varun adalah dalangnya.
satu keajaiban para Alfa membiarkannya begitu saja dan mudah-mudahan itu untuk selamanya.
Mereka bisa melakukan apa saja pada Varun tapi Desi harap dia dan orang tuanya jangan dibawa-bawa.!
Sedangkan Varun sendiri sudah berada di kamar Hema, melihat Hema yang tertidur.
Dia berdiri cukup lama, mengamati Hema mencari dan melihat apa perbedaan yang mencolok dengan Miyu.
Sedikit-sedikit Varun akan menghilangkan dan merubah Hema sepenuhnya menjadi Miyu nya.
Varun tidak marah saat menyadari Hema tidak berkemas seperti janjinya.
Dia malah senang karena tidak harus membuat Hema bekerja lalu membatalkan semuanya.
Dia berbalik meninggalkan Hema, keluar dari kamar begitu saja tanpa niat menganggu tidur Miyu yang nyenyak.
Setengah jam kemudian Varun sudah dengan penampilan sempurna dengan tas kerja lengkap.
Dia mencari Rizal dan istrinya Yosa yang bertugas menjaga Hema.
Keduanya ada di taman belakang, merawat bunga-bunga yang jumlahnya begitu banyak.
"Varun! " sama Rizal bergegas mendekat.
Varun tidak membalas sapaan Rizal, dia sebenarnya tidak suka dipanggil seperti itu oleh laki-laki tamak dan culas ini.
"Hema sedang tidur, aku tidak mau mengganggunya.
Jadi kalau dia bangun katakan padanya aku ada urusan kantor yang mendesak, liburannya ditunda dulu beberapa hari."
Sebelum Rizal mengatakan apapun Varun langsung pergi begitu saja, Tahu kalau kedua suami istri memperhatikannya hingga hilang dengan tatapan tidak senang.
Dari awal Varun sudah tahu kalau Rizal dan Yosa lebih ingin dia memperhatikan Desi.
Bodoh! Untuk apa Varun menculik Hema jika dia lebih menyukai Desi si pelacur itu.
Varun meluncur ke jalanan dengan mobil yang dikendarainya sendirian.
Dia menyuruh supir pribadinya tetap di villa sebagai penjaga tambahan.
Semakin banyak yang berjaga semakin yakin dia meninggalkan Hema di sana.
Lalu setelah semuanya beres dia akan membawa Hema ke satu tempat yang tidak seorangpun tahu, merubah Hema sepenuhnya menjadi sosok Miyu.!
Varun yang sibuk dengan semua rencana yang ada di otaknya tentu saja tidak memperhatikan atau curiga dengan dua mobil hitam besar yang ada di dekat tebing, sebab terkadang ada saja para turis yang singgah untuk berfoto di sana.
Jadi dengan lancar selama dua jam lebih dia mengemudi menuju perusahaan Costa yang begitu orangtua itu mati akan menjadi miliknya.
"Kenapa kau begitu lambat. Bagiamana jika Raha Alfa marah dan membatalkan semuanya? " tegur tuan Costa begitu Varun terlihat.
Tuan Costa berdiri langsung keluar dari ruangannya tanpa menunggu Varun memberikan alasan apapun yang menurutnya tidak penting.
"Kita berangkat sekarang."
"Pertemuannya bukan di sini?" tanya Varun bingung.
"Selalunya kita membicarakan bisnis dengan rekan di sini"
Tuan Costa berhenti, menoleh pada Varun.
"Kau pikir Raha Alfa akan datang ke sini?" tanyanya dengan nada tak percaya.
"Perusahaan ini tidak ada apa-apa nya di mata Raha Alfa. Dia takkan mau susah-susah datang ke sini. Kau ingin menjalin kerjasama dengannya maka kau yang harus meluangkan waktu menemuinya"
Varun mulai kesal.
"Terlalu sombong dan angkuh! " desisnya.
Tuan Costa tertawa, seolah Varun adalah orang bodoh.
"Dia punya segalanya, dia pantas untuk bersikap angkuh dan sombong"
Tapi dia tidak memiliki Hema. Akulah yang memiliki Hema!
Di dalam mobil yang membawa mereka ke gedung kantor Alfa tidak satu katakan yang diucapkan tuan Costa pada Varun.
Mereka membawa serta sekretaris masing-masing dan keduanya juga tidak berani bersuara.
Varun sendiri tidak tertarik bicara dengan tuan Costa yang dari dulu tidak pernah baik padanya.
Satu jam, barulah mereka sampai.
Varun tidak pernah menginjakkan kaki ke bangunan tiga puluh lantai ini meski dia sudah sering melihatnya di media massa atupun media elektronik dan sekarang media sosial.
Apa yang dicetak oleh sebuah foto ternyata tidak bisa mengambarkan betapa megah bangunan tersebut.
Varun iri dan benci pada para Alfa yang memiliki segalanya, sedangkan dia nyaris kehilangan segalanya.
Tapi sekarang dia yakin dia juga bisa memiliki segalanya.
Dua orang pria seumuran tuan Costa menyambut mereka diteras gedung, menuntun mereka menuju ruang pertemuan dilantai Tigapuluh.
Di depan ruangan tersebut berdiri seorang wanita tanpa senyum.
"Maaf, setiap orang yang masuk ke ruang pertemuan harus meninggalkan hp atau alat elektronik apapun, kecuali laptop untuk keperluan kerjasama" katanya datang, dengan tatapan tertuju pada mata Varun dan tuan Costa sambil menyodorkan nampan agar dua orang tersebut meletakkan apa yang dia minta.
"Apa-apaan ini?" kesal Varun.
"Aku belum pernah dengar hal ini. Jangan mengada-ada" tolaknya tidak suka.
Perempuan tersebut masih terlihat dingin.
"Jika ada pangilan selama pertemuan maka saya akan menjawab, jika ada keadaan darurat saya akan menyampaikan"
Penjelasan wanita tersebut sama sekali tidak memuaskan Varun.
"Aku menolak" tegasnya.
"Apa kalian sedang merendahkan kami?"
"Tidak masalah bagiku"
Tuan Costa dengan santai menyela dan mematahkan argumen Varun.
Dia lalu merogoh saku meletakan kedua Hp nya diatas nampan tersebut sambil tersenyum.
Kedua sekretaris mereka langsung mengikuti apa yang dilakukan tuan Costa.
Lalu dia menoleh pada Varun dengan tatapan memperingati.
"Bagaimana jika ada masalah atau hal penting. Lagipula ada banyak bahan riset di hp ku. Kita butuh untuk dijabarkan pada Raha alfa" varun masih berusaha mengelak.
Tuan Costa mengulurkan tangannya.
"Berikan padaku atau kau bisa pergi dari sini sekarang juga tapi tentu saja kau tidak bisa membawa apapun bersamamu" tegasnya.
Varun merah padam, matanya juga membesar dan merah. Tuan costa terlihat tidak peduli ataupun merasa takut.
"Jangan menunjukkan kegilaanmu padaku. Aku tidak takut dan tidak peduli" desisnya.
Varun tak punya pilihan lain selain merogoh saku celananya, mengeluarkan ponselnya lalu menyerahkan pada tuan Costa yang langsung meletakan diatas nampan.
"Sekarang anda semua silahkan masuk" kata si wanita yang ekspresi nya sedikitpun tidak berubah.
Dua pria yang menyambut mereka, masuk terlebih dahulu.
Varun yang masih kesal ada diurutan paling akhir.
Saat dia masuk dia langsung melihat sosok Raha Alfa yang duduk diujung ruangan, membelakangi layar proyektor super besar, sebanding dengan ruangan ini yang juga luas.
Mata mereka bertemu dan Varun bisa melihat kalau Raha Alfa membencinya!
Dia juga membenci Raha Alfa yang seolah mengejeknya dengan cara memegang ponselnya.
Menunjukkan kalau dia adalah si penguasa dan apapun yang dia inginkan harus terlaksana!
Raha menyentuh layar Hpnya, menarik senyum tipis sebelum meletakan benda tersebut saat dia berdiri menyalami tuan Costa, mempersilakan duduk di sebelahnya dan memulai pembicaraan.
*******************************
(01122020) PYK.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top