1 | Pemilik Suara Merdu
Jeno sedang asyik berceloteh ria bersama Mark dan Jaemin di perjalanan menuju kantin, saat tiba-tiba saja Mark menghentikan langkahnya, membuat langkah Jeno pun Jaemin turut berhenti.
“Sepertinya itu berasal dari kelas musik. Ayo, lihat!”
Ah, Jeno mengerti sekarang. Baru saja sebuah lagu mengalun lembut, menyapa indra pendengaran dan entah kenapa, terasa menyentuh perasaannya juga. Semakin kakinya melangkah mendekati sumber suara, ketenangan dan kedamaian itu semakin terasa begitu nyata.
Siapa pemilik suara merdu ini? Hatinya bergumam penasaran kini.
“Dia murid baru di kelas kita, bukan?”
Begitu pertanyaan itu Mark lontarkan, kedamaian yang semula menjamah, sirna sudah. Hati Jeno terasa gaduh sekarang. Jelas pandangan penuh antipati ia suguhkan tepat ke arah sosok yang masih anteng bernyanyi di ruangan penuh alat musik sana.
Huang Rejun.
Murid pindahan dari China yang baru dua minggu ini menjadi bagian dari Hamyung Senior High School, sekolahnya. Dan juga bagian dari—-–
“Waktu istirahat hampir habis. Ayo!”
—–-keluarganya.
Mungkin mengakui kalau suara Renjun memang bukan buatan indahnya cukup mudah. Namun, mengakui kalau laki-laki asal China itu adalah keluarganya kini, tentu itu perkara yang sulit. Terlebih, alasan itu menjadi luka yang tergores lebar di sanubari.
Maka dari itu, sebelum kedua sahabatnya berkomentar panjang lebar tentang sosok itu, Lee Jeno buru-buru mengaitkan lengannya di leher kedua sahabat baiknya itu. Lantas, menyeret mereka pergi.
Semakin lama, suara Renjun semakin lindap. Namun, rasanya membekas di ingatan Mark dan juga Jaemin. Karena tiba-tiba saja, Mark nyeletuk seraya menghentikan langkahnya di ambang pintu masuk menuju kantin.
“Bukankah kita memerlukan vokalis untuk band kita? Bagaimana kalau itu dia? Huang Renjun.” Tidak ada grup band di Hamyung. Ide membuat band itu tercetus sejak satu bulan yang lalu. Namun, Jeno terlalu pemilih untuk suara siapa yang cocok dengan suara gitarnya. Selera Jeno lumayan tinggi, omong-omong. Ia mencari suara yang sempurna.
“Aku mendengarnya menyanyikan lagu bahasa China barusan.” Ingatan Jaemin lain lagi.
Mark gemas dan menyentil kening Jaemin cukup keras, sehingga ringisan lolos dari bibir semerah rubi milik sahabatnya itu.
“Tapi, suaranya memang bagus.” Jaemin kembali bersuara sedetik setelah melemparkan deathglare ke arah Mark. “Menurutmu juga seperti itu kan, Jeno? Aku setuju dengan ide Mark untuk menjadikannya vokalis grup band kita.”
Jeno tak lantas menjawab. Ia mendorong tubuh Mark yang memang menghalangi jalan. “Aku tak bisa berpikir saat lapar.”
“Jika kau bilang suara sebagus itu masih tidak cocok dengan permainan gitarmu, kurasa kau perlu mengganti gitarmu. Kalau tidak, kau harus mengganti telingamu.” Mark mencibir sementara tangannya iseng menjawil telinga Jeno. Di sampingnya, Jaemin terkikik geli melihat ekspresi Jeno.
“YA!”
“Dia Renjun. Mulai sekarang, dia akan menjadi bagian dari keluarga kita.”
Lain dengan ekspresi Lee Jinwoo--—ayahanda Jeno--—lain juga dengan ekspresi anggota keluarganya yang lain. Di saat Jinwoo menunjukkan binar penuh semangat dan bahagia, Jeno, Seulgi, dan Saera—kakak perempuan dan ibunda Jeno—justru memasang wajah bingung kala itu.
Tak ada kalimat berarti yang lolos dari bibir pucat Renjun, laki-laki itu hanya tersenyum canggung sebelum menunduk dalam. Wajar saja, ekspresi anggota keluarga barunya sungguh di luar dugaan.
Sepertinya mereka tak menyukaiku, begitu pikirnya.
“Jaaa, biar kubawa barang-barangmu ke dalam.”
Namun, reaksi Seulgi mampu mencairkan keadaan. Sesaat sebelum Renjun menatap Seulgi, gadis itu menyambar koper dalam genggaman Renjun dan meraih tangannya, menuntu si yang lebih muda memasuki rumah mewah itu.
Saat itu, Jeno hanya menatap kakak perempuannya bingung campur kesal. Bagaimana bisa Seulgi menerima kehadiran orang lain begitu saja? Batinnya sibuk menggerutu. Sementara Saera, ibunya, tampak terpaku di sisinya. Wanita paruh baya itu mengepalkan tangan kuat-kuat, menahan amarah.
Setidaknya saat itu, Jeno tahu kalau ibunya sama-sama tak menyukai Renjun. Entah apa alasannya, tetapi sejak awal Jeno tak pernah menyukainya. Terlebih ketika Saera memberitahu dirinya tentang siapa Renjun sebenarnya.
“Bukankah ini luar biasa? Segala hal milik wanita itu selalu membuatnya jauh lebih bahagia.”
Jauh sebelum Renjun hadir, Jeno tak pernah melihat ayahnya tersenyum dengan sangat lebar. Kendati keluarganya cukup harmonis, tetapi setahu Jeno, ayahnya bukan tipe pria yang mudah menunjukkan perasaannya. Ia selalu diam dan tenang. Tegas penuh wibawa, dan selalu menunjukkan rasa sayang pada keluarganya dengan cara yang berbeda.
Namun dengan Renjun, semuanya terlihat berbeda.
“Siapa wanita yang Ibu maksud?”
“Selingkuhannya. Memangnya siapa lagi?”
“Ah, aku pusing memikirkannya.” Begitu ingatan tentang awal mula Renjun hadir di tengah-tengah keluarganya itu tertutup, Jeno mengacak surai kecokelatannya dengan gemas. Mengundang tatap heran dari kedua makhluk yang kini duduk di hadapannya.
“Apa yang sebenarnya kau pikirkan, hm?” Mark memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya, selagi jari-jari tangannya yang lain kembali asyik menari-nari di balik layar ponselnya.
Jeno hanya menggeleng, mulai sibuk dengan jatah makan siang miliknya yang sejak awal memang terabaikan.
“Lagi-lagi Haechan mem-bully Chenle.” Jaemin yang juga tengah fokus dengan ponselnya tiba-tiba bersuara. Baru saja ia mendapat notif LINE dari teman sekelasnya. Isinya gambar Haechan yang tengah mem-bully Chenle.
Haechan dan Chenle itu teman sekelas Jeno, Jaemin, dan Mark, omong-omong.
“Ada banyak siswa asal China di Hamyung ini. Tapi, aku tidak mengerti kenapa Haechan hanya mem-bully Chenle.”
Jeno tak ingin terlibat dengan percakapan Mark dan Jaemin. Ia terus saja menyibukkan diri dengan hidangan yang ada. Apa yang terjadi di sekitarnya, asal tak mengusik kehidupan dan popularitasnya, Jeno tak pernah ingin peduli.
Lagi pula, pikirannya sedang penuh oleh nama Renjun kini. Rasa-rasanya, ia tidak keberatan jika seandainya Haechan turut mem-bully Renjun juga.
Bukankah Renjun berasal dari China juga?
Ah, pikiran itu terdengar begitu jahat. Namun, Jeno rasa Renjun memang pantas mendapatkan perlakuan seperti itu ketimbang perlakuan manis seperti yang Ayah dan kakaknya berikan.
Bandung, 18 Mei 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top