Chapter 6

Malam gais, iya maaf ngaret lagi:(

Btw hari ini aku updateny double ya, walaupun tak akan memuaskan kalian.. wkwk

Ada yang masih ingat dengan Ayya dan Adrian? Noh aku kasih mereka dikit.


Happy Reading^^



Hanin menatap rumah megah di depannya. Ia baru saja tiba di kediaman Ayya. Hanin berpikir berapa orang yang tinggal di rumah Ayya? Kenapa rumah ini besar sekali?

"Ayo masuk." ajak Ayya yang sudah berdiri di depan pintu utama.

Hanin dan Carrol pun masuk ke dalam rumah itu.

"Tunggu dulu disini ya, masih ada barang anak-anak yang perlu kakak bereskan." ucap Ayya dan hanya ditanggapi anggukan oleh mereka berdua.

"Nin, kamu tunggu disini ya aku mau ngambil beberapa makanan untuk teman perjalanan nanti." ucap Carrol sambil terkekeh.

Hanin mengernyit bingung dengan ucapan Carrol.

"Di rumah kak Ayya ini banyak banget makanan ringannya makannya aku mau ambil beberapa untuk nanti di jalan."

Hanin pun ikut terkekeh mendengar penuturan Carrol. Dapat Hanin tebak bahwa Carrol sudah begitu mengenal dengan baik keluarga ini.

Sepeninggalnya Carrol, Hanin mengamati ruang tamu rumah Ayya. Ada banyak foto yang dipajang di ruangan ini. Foto pernikahan mereka bahkan dipajang dalam ukuran yang sangat besar, Hanin tak tahu berapa ukuran foto itu.

Hanin tersenyum melihat sebuah foto yang mungkin diambil saat dulu mereka masih muda. Nampak jelas disana kak Ayya masih seperti remaja. Ah bahkan sekarang pun tidak akan ada yang menyangka bahwa usia kak Ayya sudah diatas 30 tahun.

Carrol datang tak lama kemudian dengan membawa satu jinjingan yang lumayan besar. Hanin yakin isinya adalah makanan.

Tak lama kemudian muncul juga Ayya bersama suaminya Adrian dan kedua anaknya Arkana dan Raina.

"Hanin kenalkan ini suami kakak namanya mas Adrian, eh pasti udah kenal ya? Dan ini Arkana baru 7 tahun dan Raina 4 tahun." ucap Ayya sambil tersenyum memperkenalkan.

"Saya Hanin kak Adrian." ucap Hanin sambil tersenyum dan dibalas senyuman oleh Adrian.

Hanin memang sudah mengetahui Adrian karena beberapa kali Adrian datang ke rumah sakit menemani Direktur Utama.

"Hai ganteng, hai cantik!" sapa Hanin pada kedua anak Ayya.

"Aku emang ganteng kok Tante." ucap Arkana sambil tersenyum pongah.

Senyum itu, Hanin teringat pada seseorang. Tunggu! Bian gak akan ikut kan?

"Sorry semuanya gue telat." Belum sempat Hanin menanyakan apakah Bian akan ikut atau tidak, tapi suaranya telah muncul terlebih dahulu.

Hanin menyesal, amat menyesal. Kenapa dia tidak menyadari bahwa Bian pasti akan ikut dengan mereka.

"Lho kok ada nona Apoteker disini?" tanya Bian sambil duduk di kursi samping Adrian.

Hanin memutar bola matanya malas.

"Kakak dan Carrol yang ngajak." jawab Ayya.

"Karena semuanya udah kumpul, ayo kita berangkat sekarang." intrupsi Adrian.

---

Hanin benar-benar merasa terjebak sekarang. Ia berada di dalam mobil bersama dengan Bian yang menyetir dan Carrol yang duduk di kursi samping kemudi.

"Kamu dapat undangan dari Afifah gak?" tanya Bian pada Carrol.

Afifah? Nama itu sepertinya tidak asing bagi Hanin.

"Ada, tapi kayanya aku gak akan datang deh." jawab Carrol.

"Kenapa? Aku punya kamu itu kan fungsinya buat nemenin kondangan." ujar Bian sambil tertawa.

Seumur hidup ia mengenal Fabian baru kali ini Hanin melihatnya tertawa lepas seperti itu.

"Tanggal segitu aku udah ada janji sama pasien." jawab Carrol tanpa menanggapi ucapan akhir dari Bian.

"Yah aku sendiri dong ke kondangannya." ucap Bian sambil tersenyum masam.

"Kamu sama Hanin aja kalau gitu." usul Carrol.

"Ogah!" ucap mereka bersamaan.

"Dok jangan ngikutin bahasa saya dong." protes Hanin.

"Siapa yang ngikutin kamu, bahasa itu milik semua manusia." ucap Bian.

"Oh masih ngaku jadi manusia rupanya." desis Hanin yang masih terdengar oleh Bian.

"Saya dengar lho Hanin." ucap Bian tanpa mengalihkan fokus dari jalan.

"Kan punya telinga, pasti dengar lah. Dokter kok aneh sih." ucap Hanin sambil tersenyum mengejek.

"Ian kemarin mommy ke rumah lho, beliau bersekutu sama mamih aku. Katanya kita gak boleh nikah diatas 30 tahun." ucap Carrol sambil tertawa.

Yes! Tidak sia-sia Hanin ikut acara mereka, ia jadi dapat informasi bahwa keduanya pasti memiliki hubungan selain rekan kerja dan sahabat. Buktinya mereka udah bahas nikah aja. Ah Hanin jadi teringat si mantan yang hendak nikah dan Hanin belum punya gandengan buat di bawa.

"Mommy itu ada-ada aja sih. Lagian apa salahnya sih nikah diatas 30? Gak ada undang-undangnya juga." ucap Bian dengan nada kesal.

Hanin tahu sekarang, bahwa Bian merupakan salah satu dari lelaki yang ditekan cepat menikah oleh orang tuanya. Poor Bian.

"Oh ya Nin, usia mu berapa sekarang?" tanya Carrol.

"25 Dok." jawab Hanin.

"Kaya pasien yang lagi ditanya aja." sindir Bian.

Hanin tahu maksud dari Bian, tapi abaikan sajalah. Hanin sedang malas untuk mendebatnya apalagi ada Dokter Carrol disini.

"Usia 25 waktu itu aku lagi pendidikan spesialis lho Nin." ucap Carrol.

Hanin hanya tersenyum berusaha untuk menanggapi.

"Berarti saya dengan kamu beda 4 tahun dong Hanin. Ck ... Ck ... Ck ..." Bian berdecak.

"What's wrong?" tanya Hanin.

"Kamu gak sopan sama saya. Saya ini lebih tua dari kamu, tapi kamu memperlakukan saya seperti anak yang baru masuk sekolah dan kamu seniornya." ucap Bian dengan sarkas.

Hanin berdecak sebal, Dokter ini rupanya masih menaruh dendam dari ucapannya tempo hari.

"Usia tidak menjamin pribadi seseorang Dok." ucap Hanin.

"Ada orang yang masih muda tapi perjalanan hidupnya membuat dia menjadi dewasa. Ada orang yang sudah dewasa tapi kehidupan menjadikan dia seperti anak-anak. Usia tidak bisa menjadi tolak ukur kepribadian bukan Dok?" tanya Hanin sambil tersenyum.

"Aku setuju." ucap Carrol.

"Nah Ian kamu juga, usia udah mau 30 tapi kelakuan masih kaya bocah." lanjut Carrol sambil tertawa.

"Bocah? Yang benar saja Carrol." Sanggah Bian tak terima.

"Mempunyai sifat dendam juga seperti anak-anak lho Dok." timpal Hanin.

"Siapa yang dendam? Saya?" tanya Bian.

"Iya. Dokter masih dendam kan sama saya? Gara-gara ucapan saya tempo hari?" tanya Hanin.

"Kamu aja yang perasa. Saya nggak tuh." jawab Bian.

Hanin hanya memutar bola matanya malas dan enggan melanjutkan perbincangan tidak penting ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top