Chapter 4
Selamat sore, semoga kalian selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan ya:)
Maaf yang sebesar-besarnya karena telat banget 😥
Semoga para readers nya tetap bertahan di story ini, hehehehe
Oh ya, jaga kesehatan ya teman-teman, stay safe, stay home, and stay with me eh? 😂😂
Oke deh, happy reading ❤️
"Hanin!"
Teriakan di belakangnya membuat langkah Hanin terhenti. Ia berbalik dan menatap orang yang sedang setengah berlari menuju arahnya.
Hanin mengernyit ketika mengetahui siapa orang itu.
"Kamu jalan cepet banget sih." gerutu Bian ketika sudah berdiri di depan Hanin.
Ia mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan gara-gara mengejar Hanin ke basemant rumah sakit.
"Ada apa Dok?" tanya Hanin waspada.
"Saya minta nomor kamu." jawab Bian.
Hanin mengedip-ngedipkan bulu matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Ini gak salah kan? Apa iya shift pagi membuat telinganya bermasalah? Tapi itu gak mungkin, kalau shift malam sih Hanin bisa mengerti.
"Kemarin otak kamu yang sepertinya bermasalah. Sekarang telinga kamu juga?" ucap Bian dengan sarkastik.
Hanin menghembuskan napasnya kesal. Tadi beneran dia kan yang minta nomornya?
"Saya lelah Dok mau istirahat. Debatnya ditunda kapan-kapan aja ya." ucap Hanin sambil berbalik hendak pergi.
Namun cekalan di tangannya membuat dia kembali menoleh.
"Gak ada kapan-kapan karena ini terakhir kalinya saya berbicara diluar pekerjaan dengan kamu." ucapnya.
Hanin mengangkat kedua alisnya.
"Yaudah saya juga berpikiran yang sama untuk mengakhiri percakapan gak penting ini." ujar Hanin.
Hanin menoleh sekilas ke arah pergelangan tangannya yang masih dipegang Bian. Menyadari hal itu seketika Bian melepaskan genggamannya.
"Mana nomor telepon kamu?" ulang Bian.
"Untuk apa sih Dok? Kan Dokter sendiri yang bilang ini terakhir kalinya percakapan pribadi kita. Nah sekarang Dokter malah minta nomor saya." ujar Hanin.
"Kamu jangan geer dulu Hanin. Saya minta nomor telepon kamu karena Carroline yang minta!" ucap Bian dengan menyunggingkan senyum meremehkannya.
Hanin menghembuskan kembali napasnya kesal. Laki-laki ini benar-benar godaan baginya. Lihat wajah tampan nan songongnya itu, membuat Hanin ingin menenggelamkannya ke Samudera Atlantik.
"085320123987" Hanin menyebutkan nomornya dengan malas.
"Okay sudah saya simpan." ucap Bian.
Hanin pun berbalik hendak meninggalkan Bian.
"Hanin." panggil Bian lagi, dan Hanin pun menghentikan langkahnya tanpa menoleh.
"Lain kali, kalau mau pulang cuci dulu mukanya ya. Saya takut pasien yang hendak kesini pulang lagi gara-gara melihat wajah pegawai rumah sakit yang kunyu seperti kamu." ucap Bian.
Hanin menggeram tertahan, wajahnya segini masih lumayan lho kalau dibandingkan wajahnya yang pulang shift malam. Sabar Hanin, sabar. Ia melafalkan itu dalam hatinya.
"Dokter!" Hanin berbalik dan melihat ke arah Bian yang berada 3 langkah di depannya.
"Lain kali kalau ngomong itu di filter dulu ya. Saya takut pasien yang hendak kesini pulang lagi gara-gara bahasa Dokternya yang membuat sakit telinga." ucap Hanin sambil tersenyum miring dan pergi meninggalkan Bian yang sedang menatap tajam ke arahnya.
---
"Assalamu'alaikum." salam Hanin ketika memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam." jawab ibunya dari arah dapur.
Hanin dapat mencium aroma masakan yang menandakan bahwa ibunya sendang memasak.
"Lagi masak Mah?" tanya Hanin sambil duduk di kursi meja makan.
"Iyalah masa lagi nyuci." jawab ibunya.
Hanin hanya terkekeh pelan dan mengambil air dari dispenser.
"Ayah pulang jam berapa Mah?" tanya Hanin.
"Biasalah sore, katanya hari ini bakalan pulang tepat waktu." ucapnya sambil terkekeh pelan.
Ayah Hanin merupakan salah satu pegawai Bank BUMN dan ibunya merupakan guru di salah satu SMP Negeri.
"Oh iya Mah, kata bang Revan kak Hana bakalan resign ya dari pekerjaannya?" tanya Hanin.
Revan merupakan kakak Hanin satu-satunya dan Hana adalah istri dari Revan.
"Iya. Lagi pula Hana harus fokus sama anaknya. Biarlah Revan sendiri yang mencari uang, toh mereka juga gak akan kekurangan uang." ucap ibunya.
"Tapi kak Hana kok mau aja ya resign? Padahal kan sayang karir nya itu udah bagus. Kak Hana udah jadi kepala bagian kan di perusahaan tempatnya bekerja?" tanya Hanin.
"Iya tapi Revan yang nyuruh dia untuk berhenti. Lagi pula abangmu itu sebentar lagi bakalan diangkat jadi manager." jawab ibu Hanin.
"Serius Mah? Dia bakalan jadi manager?" tanya Hanin.
"Tanyain aja sama abangmu kalau gak percaya." ucap ibunya sambil mematikan kompor.
"Wah Hanin bakalan minta traktiran dong." ucap Hanin antusias.
"Emangnya gaji mu itu berapa sih Nin? Mau gratisan aja." ucap ibunya.
Hanin mengerucutkan bibirnya kesal. Ibunya ini gak ngerti aja kalau yang gratis itu lebih enak.
"Yee Mamah, kalau ada yang gratis kenapa enggak?" ujar Hanin sambil tertawa.
"Ngomong-ngomong Fandi katanya mau nikah ya." ucapan ibunya membuat Hanin yang sedang tertawa seketika menghentikan tawanya.
"Mamah tahu dari mana?" tanya Hanin.
"Tuh undangannya mamah simpan di dekat televisi." ucap ibunya.
Tanpa bicara Hanin beranjak untuk mengambil undangan.
Ia membacanya sekilas. Nikahnya sekitar dua minggu lebihan lagi. Huh Hanin menghembuskan napasnya keras. Ingatannya melayang pada Fandi, si mantan terkutuk yang mengkhianatinya dan berselingkuh dengan seorang polisi cantik yang sekarang akan menjadi istrinya.
Hanin sebal jika mengingat kejadian 6 bulan yang lalu ketika Fandi memutuskannya tepat di hari anniversary mereka yang ke 2 tahun. Alasan klise, Fandi memutuskannya dengan alasan ia sudah tidak nyaman lagi dengan Hanin. Lha kalau hubungan hanya sebatas nyaman, kasur mungkin akan menempati posisi pertama tempat ternyaman di dunia ini.
Tapi satu bulan kemudian Hanin baru tahu bahwa alasan Fandi memutuskannya karena dia telah mempunyai perempuan lain.
"Kamu kapan nyusul Nin?" suara ayahnya yang baru pulang mengagetkan Hanin.
"Nyusul apaan Yah?" tanya Hanin sambil ikut duduk di sofa ruang tengah bersama ayahnya.
"Itu undangan yang kamu pegang. Ayah udah tahu kok dari Fandi kan? Kemarin sore itu undangannya datang." ucap ayahnya.
"Ihh Ayah ... Hanin nanti-nanti aja deh kan masih muda." ucap Hanin sambil menunjukkan cengiran khasnya.
"Kamu udah 25 lho Nin. Harusnya kamu tuh udah punya anak bayi." ucap ayahnya.
"Ayah, kak Hana aja nikah sama bang Revan waktu usianya udah 25 kok." ucap Hanin membela diri.
"Iya 25. Dan harusnya kamu udah punya calon untuk dikenalkan sama ayah." ujar ayahnya.
"Dokter cantik di rumah sakit aku aja ada kok yang udah 29 tahun tapi dia belum nikah." bela Hanin lagi.
Ingatannya tiba-tiba melayang pada sosok Dokter Carroline. Hanin jelaslah mengetahui usianya karena Hanin tahu tahun lahirnya. Tapi dengan kurang ajarnya tiba-tiba sosok Dokter Bian muncul dalam ingatannya sedang tersenyum mengejek ke arahnya. Hanin menggeleng-gelengkan kepala mencoba mengusir bayangan itu.
"Kamu kenapa Nin?" tanya ayahnya.
"Nggak kenapa-napa kok Yah." ucap Hanin sambil tersenyum.
"Hanin ke kamar dulu ya Yah." pamit Hanin dan bergerak pergi meninggalkan ayahnya.
Hanin menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia mencoba mencari-cari cara agar bisa datang ke pernikahan Fandi tanpa terlihat ngenes di depannya. Hanin mengingat-ngingat siapa kira-kira laki-laki yang bisa ia ajak, tapi semua teman lelakinya Fandi hampir kenal.
Kalau ingat kelakuan Fandi rasanya Hanin ingin sekali membuatnya tercebur ke lautan dan dimakan oleh Hiu-hiu ganas disana. Trauma? Enggak tuh. Hanin tahu gak semua laki-laki sama brengseknya seperti Fandi. Bukan cuma Fandi sih, beberapa mantannya juga pernah mengkhianatinya tapi masalahnya, Fandi adalah pemegang rekor dalam dunia percintaan Hanin. Ia merupakan pacar terlama yang Hanin punya walaupun sekarang udah mantan dan ditinggal nikah.
Drrttt...
Hanin mengambil ponselnya yang bergetar dari tas miliknya.
082341256723 : Hanin ini aku Carrol. Makasih ya kadonya maaf baru bilang sekarangJ Aku gak punya nomor kamu makannya minta Bian supaya nanyain.
Hanin membaca kata demi kata yang tertera dalam pesan ini, rupanya dari Dokter Carrol.
Me : Iya Dok sama-samaJ Semoga suka. Dokter kapan masuk lagi?
dr. Carrol : Suka kok. Aku masuk lagi lusa Nin. Kenapa emangnya?
Me : Gpp dok, hehe. Dokter Bian kasihan dia kesepian.
dr. Carrol : Ini aku lagi sama Bian. Katanya dia gak kesepian kok. Katanya juga kamu jangan geer. Emangnya ada apa diantara kalian Nin?
Terkutuklah Hanin yang membicarakan Bian sedangkan orangnya sedang bersama Carrol.
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top