Chapter 32
"Bengong aja lu! Digondol setan baru tahu rasa." Hanin terlonjak cukup kaget mendengar suara Rere.
"Rere! Gak lucu tahu," ucap Hanin sambil mendelik.
"Makannya jangan banyak bengong. Eh Nin katanya kamu mulai minggu depan pindah ke depo rawat inap ya?" tanya Rere.
"Heem," jawab Hanin.
"Enak lu mah, mana ke depo rawat inap para pasien VIP lagi," ucap Rere terkekeh.
"Yang ada nanti banyak nganggur nya," ucap Hanin mendengkus.
Ia sadar, pasien VIP itu kebanyakan hanya menggunakan alasan rumah sakit untuk menghindari masalahnya. Dikira rumah sakit hotel kali.
"Kalau bentar lagi mau jadi mantunya pemilik perusahaan gitu ya, dikasih kerjanya yang enak-enak," ucap Rere dengan tatapan jail.
"Sana pulang lo! Sebelum mantu pemilik perusahaan ini mecat lo yang suka nyinyir," ujar Hanin sambil mendorong Rere pelan dengan tab yang sedang dipegangnya.
"Dihh serem gue dengernya," ucap Rere sambil tertawa.
"Yaudah, gue pulang duluan ya Nin," ucap Rere dan dibalas anggukan oleh Hanin.
Pikirannya kini cukup kacau. Apalagi yang membuatnya kacau kalau bukan karena Bian!
***
"Aku kira itu hanya gosip aja. Eh tahunya bener kamu sekarang disini," ucap Bian.
Hanin yang tengah memeriksa kartu obat menengok ke sumber suara. Rupanya Bian telah berada di hadapannya.
Hanin tersenyum miris, bahkan sekarang komunikasi antara dirinya dan Bian sudah tidak lancar. Pria ini bahkan tidak mengetahui bahwa dirinya telah dipindah tugaskan.
"Nin kamu kok gak cerita kalau kamu pindah ke depo rawat inap?" tanya Bian dan duduk di kursi yang tak jauh dari Hanin.
Saat ini jam istirahat dan tak banyak pegawai di sekitar mereka.
"Aku lupa," jawab Hanin dan melanjutkan tugasnya.
"Ini kan jam istirahat, kok sibuk sih," gerutu Bian.
"Aku hanya ngecek lagi Bi," ucap Hanin sambil tersenyum. Ia suka dengan Bian yang merajuk seperti ini, walaupun sudah lama Hanin tidak merasakannya.
"Iya deh Nyonya apoteker yang teliti," ujar Bian.
"Kamu lagi istirahat?" tanya Hanin.
"Aku baru selesai, ini mau pulang," jawab Bian.
"Kamu praktek pagi?" tanya Hanin, pasalnya yang dia tahu Bian seringnya siang dan jarang di pagi hari.
"Untuk beberapa waktu kedepan aku ambil pagi," jawab Bian.
Hanin pun hanya mengangguk dalam-dalam. Dia berpikir sudah banyak sekali hal yang mereka berdua lewatkan.
"Kamu pulang jam berapa?" tanya Bian.
"Jam dua," jawab Hanin.
Drrttt...
Ponsel di saku Bian bergetar, ia menengoknya sesaat dan tersenyum pada Hanin.
"Nin aku pulang sekarang ya," ujar Bian.
"Nanti kamu mau jemput aku gak?" tanya Hanin. Pasalnya mereka sudah lama tidak berangkat atau pulang bareng.
"Aku gak bisa janji," ucap Bian tersenyum tidak enak.
Entah kenapa Hanin merasakan Bian sungguh berubah. Dulu pria ini bahkan rela memutar arah hanya untuk menjemputnya atau mengantarnya pulang.
"Yaudah, kamu hati-hati pulangnya," ucap Hanin.
"Langsung ke rumah kan?" tanya Hanin.
"Eumm, iya," jawab Bian sedikit ragu.
Hanin mengenyahkan semua pemikiran buruk yang bersarang di kepalanya saat ini.
"Nanti malam aku ke rumah kamu ya," ucap Bian dan mengusap kepala Hanin.
"Oke," jawab Hanin singkat dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Setelah Bian pergi, Hanin memijit pelipisnya yang tidak pusing sama sekali. Dia sungguh tidak suka situasi ini. Dia ingin Biannya yang dulu, yang selalu menyempatkan waktu di tengah kesibukannya, yang selalu bercerita padanya tentang hari yang dilaluinya.
---
"Bian jadi kesini gak Nin?" tanya ibunya yang baru saja dari dapur mengambil air minum.
"Gak tahu Ma," jawab Hanin dan menatap kesal jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
"Mama ke kamar ya. Kalau Bian datang kamu panggil Mama aja," ucap ibunya.
Hanin hanya mengangguk, dari tadi papa nya memang sudah tertidur karena kecapaian.
Hanin mengecek kembali ponselnya dan pesan darinya sama sekali belum dibaca oleh Bian. Kemana pria itu? Apa dia lupa dengan janjinya?
Setelah pukul sepuluh malam akhirnya Hanin memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Toh tidak ada guna baginya menunggu orang yang sama sekali tidak bisa dihubungi.
Di kamar, Hanin sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Tingkah Bian selalu membuat firasatnya memburuk. Selama ini ia selalu berusaha untuk berpikiran positif, tapi apa yang dia dapat? Selalu saja sikap Bian yang semakin membuat insting perempuannya menguat.
Dokter Carrol mengambil cuti panjang untuk beberapa bulan ke depan. Tentu saja dia bisa melakukan hal itu, dan akibatnya dokter satu departement nya yang kewalahan menggantikan tugasnya.
Hanin membuka instagram miliknya yang sekarang jumlah followers nya lumayan banyak. Ini semua karena Bian pernah memposting foto dia. Tak tanggung-tanggung, Bian bahkan mentag instagramnya.
@fabiankhairy.balla
Perempuan ternyinyir sepanjang masa. Love you @hanin_agatha
Hanin tersenyum, foto itu diambil saat mereka sedang jalan-jalan di akhir pekan. Kala itu Bian sedang di masa yang sangat manis padanya. Atau apa mungkin semua lelaki selalu bersikap seperti itu? Bersikap manis saat di awal, dan berubah setelah memiliki hubungan.
Hanin melihat profil instagram nya, hanya ada 2 foto. Satu foto saat wisuda dan satu foto di hari pertama dia bekerja di rumah sakit dengan memakai seragam. Hanin pun membuka galery dan mengupload sebuah foto.
@hanin_agatha
Apapun yang terjadi aku selalu yakin bahwa kamu adalah salah satu anugerah yang tuhan berikan padaku.
Tak ingin mendapat banyak komentar, Hanin pun mematikan semua kolom komentar postingannya.
Sebenarnya Hanin tidak biasa mengupload foto seperti itu, hanya saja dia sudah tak tahu harus seperti apa ia mengungkapkan semua kegundahan hatinya. Mungkin saat ini hanya kata yang bisa mewakili rasa.
Tengah malam telah lewat dan Hanin masih setia dengan matanya yang terbuka. Ia bahkan sudah membuka buku dan berharap kantuk akan menyerangnya, namun yang ada matanya malah semakin semangat untuk membaca lembar demi lembar tulisan disana.
Karena haus, Hanin pun beranjak dari tempat tidurnya dan berniat mengambil air ke dapur karena dia sebelumnya lupa tidak membawa air ke dalam kamar. Hanin pun menyusuri tangga yang cukup gelap karena memang kalau malam lampu di rumahnya di matikan dan hanya menyalakan lampu temaram.
Setelah selesai mengambil air, Hanin pun kembali ke kamarnya. Ia melihat ponselnya menyala di atas kasur. Ada sebuah pesan rupanya.
dr. Nyinyir : Maaf, aku lupa mengabari. Tadi ada urusan mendadak Nin.
Hanin hanya membacanya dengan malas tanpa berniat untuk membalas pesan dari Bian.
Ia lelah, sungguh lelah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top