Chapter 12

Holla!!!

Happy Reading ^_^


Pukul 7 pagi Hanin telah duduk cantik di lobby rumah sakit. Ia datang bukan untuk bekerja karena hari ini ia kebagian shift malam. Tapi Hanin kesini untuk menjemput Rere sahabatnya yang sebentar lagi akan pulang setelah shift malamnya usai.

Di rumah sakit ini instalasi farmasi dibagi ke dalam 3 shift kerja yaitu shift pagi, sore, dan shift malam.

"Udah lama Nin?" tanya Rere dan duduk di kursi samping Hanin.

"Belum, baru juga 10 menitan." jawab Hanin.

Hanin menatap iba wajah kunyu Rere, memang seperti inilah tantangan jika shift malam keesokan harinya sudah dapat dipastikan wajah kita tak akan tampak tanda-tanda kesegaran.

"Yaudah yuk pulang!" ajak Hanin.

"Eh bentar dulu Nin, duduk aja disini dulu." ajak Rere.

Hanin mengernyit bingung.

"Lo gak mau tidur emangnya Re? Mata udah kaya lampu bohlam 5 watt aja kok tetap mau disini?" tanya Hanin.

"Tidur urusan belakangan. Hari ini gue mau lihat sesuatu dulu disini." jawab Rere sambil menatap ke arah pintu lobby.

"Yaudah nunggunya di cafetaria aja yuk!" ajak Hanin dan disetujui oleh Rere.

Mereka duduk di kursi paling pinggir di cafetaria. Sambil memakan rotinya Rere terus saja menengok ke arah lobby. Hanin sebenarnya bingung tapi ia enggan untuk bertanya kepada Rere.

"Eh Re, tadi gue lihat kok jam segini parkiran Dokter udah penuh?" tanya Hanin.

"Nanti lo juga bakalan tahu jawabannya." jawab Rere sambil tersenyum misterius.

Tiba-tiba para Dokter dan Kepala tiap Departemen berjalan memenuhi lobby, mereka berjajar layaknya akan menyambut Presiden. Bukan hanya para Dokter tapi juga beberapa staff non-medis rumah sakit.

"Eh ini ada apasih?" tanya Hanin bingung.

"Lo lihat aja jangan banyak tanya." jawab Rere.

Hanin mendengkus kesal mendengar jawaban Rere.

"Eh itu bu Niken bukan sih?" tanya Hanin ketika melihat seseorang diantara barisan para Dokter dan Kepala tiap Departemen.

"Iyalah kepala Instalasi kita Hanin yang tiap hari kita lihat masa tiga hari gak kerja lo lupa." ledek Rere.

"Yee gue cuma memastikan Rere." ucap Hanin.

Hanin memperhatikan dengan seksama para Dokter disana. Namun pandangan Hanin terpaku pada satu orang dengan jas putih itu. Dia Bian. Ada diantara para barisan Dokter.

"Nin lihat, mereka udah pada datang." ucap Rere antusias.

Hanin mengikuti arah pandang Rere. Mobil-mobil mewah terlihat memenuhi parkiran di depan lobby, satu persatu mereka turun dari mobilnya dan Hanin dapat tebak itu adalah para petinggi dari kantor pusat.

Hanin memandang satu persatu, ada Direktur Utama Balla Company bapak Dane Khanna Balla yang juga merupakan ayah Bian, kemudian ada Wakil Dirut yaitu mas Adrian yang juga suami kak Ayya. Selain itu ada bu Ashilla Khanza Balla yang merupakan Presdir rumah sakit dan juga adik dari bapak Dane, ada Wakil Presdir rumah sakit pak Angga, Direktur rumah sakit pak Anton dan Wakil Direktur rumah sakit pak Adit. Selain itu ada beberapa Dewan lainnya dari kantor pusat yang tidak dikenal Hanin.

Mereka disambut oleh para Dokter dan juga staff rumah sakit. Setelah mereka berjalan melewati lobby para Dokter yang merangkap sebagai kepala departemen segera mengikutinya, sedangkan Dokter lainnya bubar kembali ke poli-nya masing-masing.

"Udah gitu aja?" tanya Hanin pada Rere.

"Udah. Yuk pulang." ajak Rere dengan wajah tanpa dosanya.

Hanin menggerutu kesal.

"Kita buang-buang waktu hanya untuk pertunjukkan gak penting tadi." Gerutu Hanin di sela-sela langkah mereka berjalan menuju parkiran.

"Siapa bilang gak penting? Nih ya mata gue yang udah melempem gara-gara shift malam kembali terang berderang setelah melihat wajah bapak Wakil Dirut." ucap Rere dengan semangat.

"Inget Re, dia udah punya istri." ucap Hanin sambil geleng-geleng kepala.

Hanin mengiyakan sih dalam hatinya. Mas Adrian sangat tampan bahkan diusianya yang telah lebih dari 30 tahun. Tapi usia segitu memang sedang matang-matangnya sih, buktinya para ahjussi di drama korea banyak digandrungi perempuan.

"Gue tahu lah. Tapi siapa tahu tadi dia khilaf ngelirik gue terus mau jadiin gue istri keduanya." ucap Rere sambil terkikik geli dengan pemikirannya sendiri.

"Sableng!" ucap Hanin gemas.

"Eh tapi Nin kalau gue jadi istri keduanya pak Adrian, yang ada gue tiap hari makan ati lihat istrinya yang cantik pake banget itu. Terus nanti bisa-bisa pak Adrian malah ditendang lagi oleh istrinya. Kan gue jadi gagal kaya." ucap Rere bermonolog sendiri.

Hanin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya aneh atas pemikiran absurd sahabatnya itu.

"Gue gak nyangka punya temen bibit pelakor." ucap Hanin santai dan dihadiahi cubitan di lengannya oleh Rere.

"Aww! Re sakit tahu. Tangan berharga gue jadi ternoda." ucap Hanin mendramatisir.

"Lebay lo! Tapi Dokter Bian juga oke sih. Udah ah gue mau targetin Dokter Bian aja mulai sekarang. Walaupun katanya dia ada hubungan dengan Dokter Carrol, tapi selama janur kuning belum melengkung masih ada kesempatan untuk menikung." kata Rere dengan percaya dirinya.

Hanin terdiam sesaat ketika Rere mengatakan Dokter Bian. Tadi Hanin sempat meliriknya dan pandangan mereka sesaat bertemu. Tapi Bian memutuskan kontak mata mereka.

***

Hanin merebahkan dirinya di kasur kosan Rere. Sedangkan Rere sendiri sudah tepar di karpet bawah kasur sejak datang ke kamarnya. Hari ini Rere kan harus bekerja kembali karena dia kebagian shift sore. Hanin memang berniat tinggal di kosan Rere karena nanti ia harus shift malam dimulai jam 9 malam.

Kosan Rere berada di dekat rumah sakit, bahkan biasanya dia jalan kaki ke rumah sakit. Rere ini memang perantau dari luar kota, tapi dia tinggal sendiri di kota ini sudah sejak kuliah dan sejak itu pula dirinya kenal dengan Hanin.

Tring!

Suara notifikasi di ponsel Hanin membuat dirinya buru-buru membuka ponselnya. Satu whatsapp dari seseorang membuat Hanin tersenyum.

dr. Nyinyir : Kamu udah masuk kerja lagi?

Me : Iya, kenapa dok? Tapi saya shift malam hari ini.

dr. Nyinyir : Tadi saya lihat kamu di cafetaria. Saya pikir cuma halusinasi soalnya kamu gak pake seragam.

Hanin terkikik geli, iya sih dia gak pake seragam. Kan kebagian shift malam masa pake seragam dari pagi.

Me : Tadi orang-orang dari kantor pusat ya?

dr. Nyinyir : Iya. Kenapa emangnya?

Me : Gak papa. Cuma aneh aja sih. Dokter tahu gak mereka ada apa ke rumah sakit?

dr. Nyinyir : Kepo!!!!

Hanin mendengkus kesal. Bukan Bian namanya jika tidak bisa membuatnya kesal setengah mampus.

Me : Kepo is care.

dr. Nyinyir : Kamu care sama saya? Jangan-jangan..............

Me : Jangan geer!!!!!!!

dr. Nyinyir : Slow aja kali Non. Btw saya gak tahu apa yang diomongin kantor pusat. Hanya kepala Departemen yang diajak masuk ruang pertemuan.

Me : Kasihann.... Sudah saya duga! Posisi dokter tidak sepenting itu di rumah sakit:v

dr. Nyinyir : Tapi posisi saya penting kan di hati kamu?

Hanin tercenung sesaat membaca kata demi kata, hingga suara dentingan di ponselnya membuatnya tersadar.

dr. Nyinyir : Lama balasnya, berarti iya kan?

Me : Kalau iya emangnya kenapa?

dr. Nyinyir : Gak kenapa-napa. Semua orang yang mulai deket sama saya pasti merasakan itu. Karena saya berharga untuk siapapun.

Me : Narsis! Praktek jam berapa dok?

dr. Nyinyir : Jam 9. Ini kepagian ke rumah sakitnya gara-gara acara tadi. Kamu dimana sekarang?

Me : Di kosan Rere deket rumah sakit.

dr. Nyinyir : Kenapa gak di rumah? Kan jam masuk kerja kamu masih lama.

Me : Bosan di rumah terus. Lagian Rere bagian shift sore.

dr. Nyinyir : Nanti sore ketemu yuk.

Hanin berpikir sesaat. Hatinya menginginkan pertemuan, tapi logikanya seakan mencegahnya.

Me : Dimana?

Hanin adalah satu dari sekian banyak perempuan yang selalu menggunakan hati daripada logika.

dr. Nyinyir : Kamu maunya dimana?

Me : Di rumah sakit aja. Gak mau jauh-jauh, malas macet-macetan.

dr. Nyinyir : Really?

Me : Yes sir! Taman samping enak banget loh viewnya.

Taman menjadi tempat favorit di rumah sakitnya. Selain besar dan megah rumah sakitnya juga mempunyai halaman yang begitu luas dan dengan tumbuh-tumbuhan yang membuat suasana menjadi begitu asri.

dr. Nyinyir : Oke deal!

Hanin hanya tersenyum tanpa membalas pesan terakhir dari Bian. Bolehkan dia merasa senang untuk saat ini?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top