Last Summer

Retta's Pov

Aku masih berkutat dengan thesis-ku yang sedikit lagi akan selesai. Sangat tidak terasa, sudah hampir satu tahun aku tinggal di Brooklyn seorang diri. Sedangkan Jingga di Jakarta sudah membuka startup miliknya yang dibantu oleh Aby, sekarang dia jadi sangat sibuk sekali.

Aku juga sempat menanyakan kabar Tania pada Gista dan Dhea. Dia sudah bekerja di Multinational Company yang bergerak di bidang advertising. Hubungannya dengan Reno juga baik-baik saja. Aku penasaran, apakah Tania sudah membaca surat dariku ya?

Selama hampir satu tahun ini, Kirana juga sudah mengunjungiku dua kali. Bahkan malam ini, harusnya dia akan sampai di bandara dan aku akan menjemputnya. Namun sebelum aku pergi ke airport, aku memutuskan untuk kembali ke apartemen menaruh semua barang-barangku dan memasak sesuatu untuk Kirana.

Hingga waktu landing Kirana tiba, aku bergegas ke bandara menggunakan transportasi umum. Sesampainya di sana, aku hanya menunggu sekitar 10 menit sampai Kirana keluar dan berlari ke arahku.

"Rettaaaaaa," ucapnya sambil memeluk tubuhku erat.

"Welcome back, Ran," sahutku.

Kirana melepaskan pelukannya lalu aku mencium sebelah pipinya, dia pun langsung tersenyum.

Aku membalas senyumannya. "How was the flight?"

"It was good, I sleep, haha," sahutnya.

Aku pun mengambil alih koper yang ia pegang. "Haha, your hobby. Oh iya, aku udah masakin spagetti untuk dinner kamu di apart."

"Oh really? You cook for me?"

"Haha yeah, why?"

"It's your first time, can't wait to try it."

"Don't expect too high ya."

"Already expecting it too much, darl."

"Don't blame me then."

"I will, haha..."

Lalu kami naik uber untuk menuju ke apartemenku. Aku langsung menaruh koper Kirana di dekat lemari pakaian. Sedangkan dia sudah duduk manis di meja makan sambil menungguku menyiapkan hidangan.

Aku mengambil spagetti buatanku tadi lalu menuangkan red wine ke dalam dua gelas dan menyiapkan itu semua di atas meja makan.

"Kamu udah cuci tangan kan?" tanyaku ke Kirana yang sudah menatap penuh excited ke piring di depannya.

"Udah kok, aku coba ya."

"Yes, please," ucapku.

Dia mulai menyantap spagetti buatanku. "It's really good Ta."

"Syukurlaaaah.."

Dia masih terlihat sangat menikmati makan malamnya hingga aku tidak ingin mengganggunya. Aku hanya menatapnya sambil tersenyum memerhatikannya.

Hingga dia menghabiskan sepiring spagetti buatanku, dia baru sadar kalau sejak tadi aku terus menatapnya.

"Kamu... kamu lihatin aku daritadi?"

Aku tersenyum dan sedikit tertawa. "Iya."

"Kenapa gitu?"

"Haha seru aja lihat kamu makan sampai berantakan gitu."

Dia mengerutkan dahi, "berantakan di mana?"

Aku memajukan tubuhku lalu mengelap bagian bawah bibirnya sebelah kiri. "Udah bersih sekarang."

Dia sedikit malu. "Ih kayak sinetron indonesia aja deh."

"Haha, emang kalau bukan sinetron Indonesia kayak gimana?"

Kirana sempat terdiam beberapa detik sambil menatapku, lalu kemudian dia berdiri dan mendekatkan tubuhnya di depanku. Dengan gerakan perlahan, dia mencium dan mengulum bibirku.

Setelah itu, dia kembali ke bangkunya. "That's how western people do that kind of things, not with your hand, but with your mouth," ucapnya menggoda.

Aku kembali sedikit tertawa, "1-0 deh buat aku. Aku kalah."

Kini malah Kirana yang tertawa lepas. "Hahaha, that's just an opening Ta."

"Wow, masih berlanjut?"

"Of course! Udah ah, aku mau mandi dulu ya. Kamar mandinya gak akan aku kunci, kalau kamu mau masuk, masuk aja," ucapnya kembali menggoda sambil mengedipkan sebelah matanya. Aku hanya menggelengkan kepala ke arahnya. Dasar Kirana.

Setelah Kirana selesai mandi dan mengeringkan rambutnya, dia berbaring di tempat tidurku. Sedangkan aku sedang duduk di sofa di samping rak buku.

"Kok kamu gak masuk sih? Emang kamu gak mau mandi?" tanyanya.

Aku menutup buku yang sedang kubaca. "Aku udah mandi kok sebelum ke airport."

"Hemmm... ajakanku ditolak," ucapnya dengan nada kecewa.

Aku pun menarik nafas lalu menaruh buku di atas meja dan berjalan ke arahnya. Aku mendekatkan tubuhku di sampingnya dan menatap matanya dengan dalam.

"Kenapa kamu malam ini sangat menggoda aku sih?" tanyaku berbisik.

Kirana membalas tatapanku lalu dia juga mendekatkan wajahnya di depanku. "Because I miss you so much."

Aku tersenyum dan dengan cepat, Kirana menarik tubuhku lalu mencium bibirku, wajahku, tengkuk leherku, hingga akhirnya kami melakukan hal "itu".

***

Aku dan Kirana sama-sama tengah mengatur nafas dari balik selimut tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami.

"Huh.. huh.. huh.. that's amazing, thanks Retta, I love you so much," ucapnya sambil menatap ke langit-langit kamarku.

"It's always be my pleasure Ran," sahutku.

Lalu Kirana menatapku kemudian mengubah posisi tidurnya dengan menyandarkan kepalanya di atas dadaku. Sebelah tangan Kirana mengusap lembut wajahku. Sedangkan sebelah tanganku mengusap alis tebalnya, hal yang selalu aku lakukan padanya.

"Taaa..." panggilnya.

"Iya?"

"Aku boleh tanya sesuatu ke kamu?"

"Apa Ran?"

"Do you still remember her?"

"Who?"

"Your junior."

"Oh, Tania?"

"Yup."

"Hemmm, I couldn't forget her Ran."

"Do you still love her?"

"Why are you asking me that question?"

"I just wondering. It has been a year we have this kind of relationship, without any status."

"Do you need that?"

Kirana sempat terdiam, dia menatapku, kemudian jemarinya bermain di bibirku.

"I can't," ucapnya.

Aku pun tersenyum. "Because you still love her, your special one."

"And I love you too.." sahutnya.

"Yeah, I know. Aku juga sayang sama kamu Ran. Dan kita kan pernah bahas ini, we have a deal rite?"

"You're right. Till that time comes, either you or me, we will let each other go. But promise me one thing ya Ta."

"Apa Ran?"

"Don't hate each other and let our story become a beautiful memory."

"Sure, will do."

"I love you Ta."

"Love you too, Ran."

Dan kami kembali berciuman dalam pelukan hingga kami sama-sama tertidur pulas.

***



Tania's Pov

"Bun, aku ijin nanti pulang agak malem ya," ucapku ke Bunda yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.

"Eh, kamu mau ke mana Kak?" tanya Bunda.

"Aku pengen dinner sama Reno, kan hari ini anniversary aku hehehe," sahutku.

"Dasar anak muda, anniversary aja sampe dirayain terus tiap tahun."

"Ih kayak Bunda gak pernah muda aja deh," godaku.

"Hehe, panggilin adik-adik kamu gih Kak, nasi gorengya udah jadi nih."

"Iya Bun."

Setelah aku selesai sarapan, aku langsung bergegas ke kantor menggunakan ojek online. Hari ini Reno tidak bisa mengantarku karena harus mengantar adiknya.

Pekerjaan di kantor berjalan seperti biasa. Untungnya minggu ini kerjaanku tidak sebanyak seperti dua minggu lalu, jadi nanti aku bisa pulang lebih cepat. Reno juga sekarang sudah bekerja di perusahaan Goethermal. Walaupun terbilang fresh graduate, tapi gajinya sedikit lebih tinggi daripada gajiku.

Aku dan Reno juga sudah membuka tabungan rencana sejak 2 bulan lalu untuk persiapan masa depan kami. Walau pun kami masih belum tahu akan menikah kapan, tapi kami sudah menyiapkan tabungan dari sekarang.

"Nungguin pacar ya Tan?" senggol Kak Glo.

"Ih, Kak Glo kok tahu aja?" sahutku malu-malu. Kak Glo ini usianya di atasku setahun, dia juga sudah bekerja di sini hampir kurang lebih dua tahun.

"Udeh sana balik aja, bos elu juga udah ijinin kan?"

"Hehe iya, tadi Mba Shinta udah ijinin aku sih."

"Yaudah gih sana, huss, husss," usirnya sambil bercanda.

Aku pun turun ke lobby dan ternyata berbarengan dengan Reno yang sudah sampai di depan kantorku. Aku berjalan keluar menghampirinya lalu dia memberikan helm padaku.

Kami langsung bergegas pergi ke sebuah tempat yang di mana aku tidak tahu akan dibawa ke mana olehnya. Setelah hampir 45 menit berkendara, Reno memarkirkan motornya di sebuah hotel.

"Ih, kok hotel sih? Kamu mau ngapain?" tanyaku curiga sembari turun dari motornya.

"Apa sih kamu nih marah-marah aja," sahutnya terlihat santai.

"Kamu ngapain ngajak aku ke hotel?" tanyaku lagi.

"Ini tempat dinner kita."

Aku memicingkan mata menatapnya.

"Apa sih Tan?" Reno malah sedikit tertawa.

"Dinner doang kan gak aneh-aneh?" tanyaku lagi.

"Ya ampun, ngapain sih aku aneh-aneh. Nanti aja lah itu mah kalau aku udah halalin kamu."

Aku memanyunkan bibir.

"Haha, udah ayo masuk yuk," ajaknya sambil menggandeng tanganku.

Kami masuk ke dalam lobby hotel tersebut lalu langsung menuju ke lift untuk ke lantai 7. Ternyata Reno mengajakku makan di restoran hotel ini yang menyajikan pemandangan half rooftop.

Kami pun memesan makanan dan minuman sambil membicarakan banyak hal. Mulai dari pekerjaan Reno, pekerjaanku di kantor, kehidupan sekolah adiknya, rencana Bunda yang ingin pindah ke Jogja, dan lainnya.

Sampai akhirnya pesanan kami tiba, kami mulai menyantap makan malam kami.

"Kamu kenapa pilih tempat ini yang?" tanyaku ke Reno.

"Ummm, karena kan kamu pengen banget makan di rooftop," jawabnya membuatku tersenyum.

Reno kembali melanjutkan kalimatnya. "Tapi aku baru mampu ajak kamu ke sini, aku belum bisa ajak kamu ke Henshin The Westin, gak apa-apa kan?"

"Ih, kamu tuh apa sih? Aku juga udah seneng kok diajak makan di sini sama kamu. Ini juga udah bagus," sahutku.

Reno pun tersenyum. "Makasih ya Tan, kamu selalu nerima aku apa adanya."

"Iya, kamu juga kan udah terima aku apa adanya aku."

Ya biar bagaimana pun juga, Reno sejauh ini sudah berusaha memberikan yang terbaik untukku. Aku memang pernah berucap padanya kalau aku sangat ingin mencoba dinner di Henshin, tapi untuk makan di sana saja bisa mengeluarkan uang minimal 1jt hanya untuk satu orang. Uang segitu lebih baik ditabung. Makanya aku mengerti kalau Reno mengajakku ke tempat ini.

Dinner anniversary kami berjalan dengan baik. Setelah selesai makan, Reno juga langsung mengantarku pulang karena besok kami masih harus masuk kantor. Dan sebelum dia pamit pulang, dia memberikanku sekotak besar ice cream magnum favoritku. Rasanya malam ini terasa sangat bahagia tapi entah kenapa, jauh di dalam hatiku, aku masih sedikit merasa ada yang kurang.

Sebenarnya aku tahu apa yang mengganjal di hatiku selama ini. Tapi aku selalu berusaha untuk menyangkalnya. Aku ingin melupakannya. Aku ingin meninggalkan sosoknya. Tapi tahun demi tahun berlalu, rasa itu masih saja ada di hatiku.

Kak Retta...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top