Claretta
"Dheeeee, kasih tau dooooong," rengekku ke Dhea yang sejak tadi tak ingin menjawab pertanyaanku.
"Kasih tau apaan siiiiih?"
"Iisshh, apa yang lo tau tentang Kak Retta?"
"Lo kenapa deh tiba-tiba pengen tau banget tentang dia? Ngefans lo ya?"
"Ck bukan gitu, tapi emm gimana yaaa," aku bingung sendiri mau menjelaskannya.
"Udah ah, lo aja gak mau jawab pertanyaan gue jadi ngapain gue jawab lo." Kemudian ia buru-buru meninggalkanku.
Nyebelinnya nih anak makin jadi.
.
.
Semua murid kelas X sudah dikumpulkan di pinggir lapangan basket. Setiap anggota ekstrakulikuler sudah bersiap diri untuk mendemonstrasikan keunggulan mereka. Ada anak-anak marching band sudah berbaris dari lapangan satunya lagi. Lalu ada tim cheerleaders yang sedang pemanasan di pinggir lapangan. Dan ada anak-anak basket yang lagi memainkan bola mereka.
MC penutup acara MOS hari ini pun sudah mulai mengucapkan kata sambutan. Semua anak kelas XI dan XII juga ikut serta menonton dari depan kelasnya masing-masing. Aku mencari ke jajaran panitia, tapi ada beberapa yang tidak ikut berbaris di sana, salah satunya Kak Jingga.
"Nyariin siapa lo Tan?" tiba-tiba Dhea menyenggol lenganku.
"Hah? Engga, gak nyari siapa-siapa," dalihku.
"Emmm kalo lo nyari Kak Jingga, dia gak akan di situ. Dia kan ketua ekskul Mading, jadi bentar lagi paling dia bakal ke tengah lapangan buat promo."
Aku langsung mengerutkan dahi. Kenapa anak ini seakan tau semua tentang para senior ya?!
"Gak usah liatin gue kek gitu kali," ucapnya tanpa melirikku.
"Iihh pede lo."
"Emang," jawabnya ngeselin.
"Kok lo kayak tau segalanya sih Dhe?"
Kali ini dia baru menatapku balik. "Hahaha jangan panggil gue Dhea kalo gue gak tau seluk beluk anak-anak di sekolah ini," ucapnya bangga.
"Dih, macem detektif ajaaaa."
"Haha emang gue detektif. Buktinya gue tau sesuatu tentang Kak Claretta," bisiknya membuatku bingung.
"Claretta siapa lagi?"
Dhea melihatku dengan ekspresi kaget tak percaya. "Duh lo tuh bego apa beloon sih Tan?"
"Apaan sih? Gak ngerti gue!"
"Lo gak tau Claretta siapa?"
"Engga," sahutku enteng.
Dhea menghela nafas panjang. "Retta itu nama aslinya Kallista Claretta, dipanggilnya Retta. Ah lo mah anaknya gak peka banget sih."
Aku pun kaget mendengar penjelasannya. "Oalaah, hahaha." Sedangkan Dhea hanya memicingkan matanya menatapku.
Suara puluhan langkah bergerak maju memasuki lapangan. Demo pertama dilakukan oleh ekskul Paskibra. Mereka sangat rapi dalam membentuk formasi, walaupun masih ada satu atau dua orang yang terlihat salah langkah. Tapi itu semua tertutup karena sang pemimpin yang berkarisma dengan suara lantangnya. Ah kakak senior itu lumayan tampan juga.
Sehabis itu ada ekskul Taekwondo, Pencak Silat, dan Karate bergantian memasuki lapangan. Aku tidak begitu memerhatikannya karena sejak tadi entah kenapa aku mencari sosok Jingga.
"Dhe, tempatin ya gue mau pipis," ucapku ke Dhea yang sejak tadi sangat focus menatap lapangan.
"Iya iya," sahutnya.
Aku pun harus melewati beberapa siswa yang duduk di pinggir lapangan. Ketika aku ingin masuk ke dalam toilet, aku melihat sosok Jingga seperti sedang berbicara pada seseorang di koridor arah parkiran guru. Koridor itu sepi dan agak sedikit gelap. Aku pun memutuskan untuk mengintip dari balik tembok.
Kak Jingga yang menggantungkan kamera mirrorless di lehernya tampak sedikit frustasi. Sejak tadi dia selalu menggaruk bagian belakang lehernya dengan ekspresi kesal dan geregetan. Ketika aku semakin memajukan kepalaku untuk melihat siapa lawan bicaranya itu, aku melihat sosok perempuan memakai kostum basket.
Aku lihat lagi dengan seksama, ternyata itu Kak Retta. Aku bisa mengenalinya dari cara dia menguncir rambut panjangnya. Kak Retta juga memasang ekspresi sama seperti Kak Jingga dan aku tak bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas karena jarak kami terlalu jauh, ditambah lagi ada pengeras suara dari kegiatan di lapangan.
Sesaat ketika aku ingin menyudahi aksi "intip-mengintip" ini, tiba-tiba saja Kak Jingga sedikit berteriak.
"Jangan gitu dong Ta! Gue harus gimana?!" teriak Kak Jingga. Lalu Kak Retta pun sepertinya mencoba untuk menenangkannya dengan memegang tangannya.
Lagi-lagi aku tak bisa mendengar jelas apa yang Kak Retta ucapkan ke Kak Jingga. Beberapa detik kemudian Kak Jingga kembali berteriak.
"Udah ah gue capek. Gue udah gak mau peduli lagi sama masalah ini! Terserah deh lo mau ngapain!" bentaknya sambil buru-buru jalan ke arah sini. Aku pun reflek langsung menyembunyikan tubuhku di balik tembok.
Dan ketika aku ingin berjalan dari posisiku tadi, Kak Jingga berhenti di depanku lalu ia menatapku.
"Lo ngapain di sini?" Tanya dia jutek.
"Emm, ma-mau ke toilet Kak," jawabku gugup.
"Buruan, nanti lo gak bisa lihat semua ekskul tampil."
"I-iya Kak," dan aku pun buru-buru masuk ke toilet.
Ada masalah apa ya antara Kak Jingga dan Kak Retta? Kenapa mereka berdua bersitegang seperti tadi?
"Hai, ketemu lagi," sapa Kak Retta yang sedang mencuci tangannya di wastafel.
Aku yang baru keluar dari bilik toilet pun tak bisa menyembunyikan wajah kagetku.
"Haha lo kayak ngeliat hantu aja. Are you okay?" tanya dia ramah.
"Hu'umm," aku menganggukan kepala.
Ini pertama kalinya aku melihat dia mengenakan kostum basket bernomor 7 dengan namanya yang tertera di bagian belakang, "CLARETTA".
"Bagus," ucapku pelan.
"Emmm?" Kak Retta langsung menatapku.
"Hah?" aku malah bingung.
"Apanya yang bagus?"
"Hah? Bagus apaan Kak?"
"Tadi lo ngomong bagus barusan."
"Oh hahaha," tawaku renyah. Kenapa aku bisa sebodoh ini sih.
"Itu, kostum basketnya bagus," dalihku padahal aku ingin bilang kalau namanya bagus.
"Oh haha, ini? Iya nih, lo ikut basket juga aja pasti biar bisa pake kostum bagus ini. Dan gue rasa itu bakal cocok di badan lo," sahutnya sambil menatapku dari atas sampai bawah.
"Hehehe i-iyaa Kak," balasku cengengesan.
Kak Retta pun mengelap tangannya dengan tissue lalu berhenti di depanku memperlihatkan senyuman ramahnya dengan behel yang berjajar rapi di giginya. "Nanti kalo ekskul basket tampil, lo gak usah liatin Adrian ya. Liatin gue aja. Bye Tania," ucapnya berlalu meninggalkanku.
Aku masih diam tak bergeming. Sikapnya barusan beda sekali dengan Kak Jingga yang super duper jutek itu. Ah Kak Retta, pantes aja banyak yang ngefans sama dia.
Aku akhirnya kembali ke barisan duduk di samping Dhea. Kali ini ekskul mading yang sedang berbicara di tengah lapangan. Tak banyak yang mereka bawa, hanya beberapa orang membawa kamera DSLR, analog, dan mirrorless yang dipakai Kak Jingga.
Di tengah lapangan sana Kak Jingga berbeda sekali dengan 5 menit lalu ketika bertemu denganku. Dia sekarang terlihat ramah, excited, dan talk active dengan ekspresi ceria. Dia menjelaskan beberapa program ekskul mading dan apa saja yang sudah mereka dapatkan selama ini. Aku pun kemudian memerhatikan Dhea, ternyata sejak tadi dia seperti mencatat sesuatu di buku catatannya tanpa lepas dari pandangannya ke lapangan. Kayaknya nih anak serius bakal ikutan ekskul mading. Dih siap-siap deh ketemu Kak Jingga.
Tak lama setelah itu, MC pun kembali membangunkan suasana dan mulai memasang lagu R&B sebagai backsound.
"Siapa yang udah siap ngelihat anak-anak basket?" tanya sang MC dengan serunya.
"Whoaaaa," teriak anak-anak satu sekolah ini sangat excited.
MC-nya pun yang tidak aku tau siapa namanya itu mulai memanggil satu persatu anak basket.
Ketika Adrian masuk, seluruh cewek-cewek di sini pada berteriak dengan histeris membuat kupingku sakit. Adrian juga sepertinya tak ingin menyianyiakan momen, dirinya pun langsung dadah-dadah ke seluruh penonton dengan senyuman super manis yang aku pun tak bisa mengelaknya. Setelah tim cowok masuk ke tengah lapangan. Kini giliran tim cewek Kak Retta sebagai orang pertama yang masuk ke lapangan langsung mendapat sambutan antusias baik dari para murid cowok maupun cewek.
"Rettaaaaaaa!!!" teriak anak-anak cewek dari lantai dua sangat keras membuat Kak Retta pun langsung melihat ke mereka lalu tertawa sambil dadah-dadah. Aku yakin pasti cewek-cewek itu teman sekelasnya.
Beberapa anak cowok dari tim basket termasuk Adrian tengah melakukan freestyle basket sebagai pembukaan demo mereka. Adrian cukup mahir juga memainkan bola di tangannya. No wonder sih kalau banyak cewek yang kesemsem sama dia.
Setelah freestyle mereka selesai, mereka pun melakukan game 1 quarter. Pemainnya di-mix cewek-cowok dari masing-masing tim. Kak Retta dan Adrian tidak berada di dalam tim yang sama. Dan kali ini timnya Adrian yang sedang melakukan offensive.
Adrian selaku playmaker masih memainkan bolanya dengan lihai. Kini dia berada di sisi samping kanan ring tengah berhadapan dengan Kak Retta. Adrian tampak sengaja mengulur waktu dengan menunjukkan skill-nya membuat Kak Retta melihatnya dengan jengah. Dan shoot... Adrian melakukan three point dengan sempurna. Seluruh murid pun bertepuk tangan atas aksinya barusan.
Kini giliran tim Kak Retta yang menyerang. Kak Retta sebagai shooting guard sudah berdiri di posisinya sambil mencari celah untuk mendapatkan bola. Dia berlari ke sisi kiri ring bertukar tempat dengan teman satu timnya. Kemudian sang playamaker memberikan bola under pass lalu ditangkap sempurna oleh Kak Retta.
Entah kebetulan atau memang sudah ditakdirkan, Kak Retta berhadapan lagi dengan Adrian. Tatapan Kak Retta masih fokus mencari spot untuk menembakkan bolanya. Sedangkan Adrian hanya tersenyum menyeringai melihat Kak Retta.
Kak Retta pun akhirnya membalas senyuman Adrian. Dia men-dribble bola dengan gesit lalu memasukkannya ke celah antara kakinya. Ia men-drive bola tersebut ke belakang punggungnya yang langsung ia tangkap dengan tangan kanan, seketika itu pula Kak Retta melesatkan three point-nya tepat di depan muka Adrian. Sontak para penonton langsung memberikan tepuk tangan yang lebih meriah daripada tadi.
Adrian yang awalnya senyum-senyum kini malah berwajah masam. Kak Retta kembali melihat ke lantai 2 lalu memberikan tanda hormat pada mereka. Riuhan yang meneriakkan nama Retta pun semakiin menggema. Ketika aku ikut bertepuk tangan, aku melihat ke seberang lapangan di mana Kak Jingga sedang menatap Kak Retta sambil tersenyum kecil.
Aku tidak ingin memikirkan apa-apa karena saat ini aku sedang menikmati permainan basket Kak Retta yang mengagumkan.
Dan detik itu pula aku memutuskan untuk ikut ekskul basket.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top