Rapat Mading

Dhea's Pov

Hari ini rapat pertama ekskul mading di tahun ajaran baru. Gue udah gak sabar nunggu bel pulang sekolah dan langsung ke ruang lab kimia. Gak sabar mau lihatin wajah Kak Jingga, gak sabar mau dengerin suaranya, dan gak sabar mau menghirup wangi parfumnya, hehe.

"Dhe, kenapa lo?" tiba-tiba Tania menyenggol lengan gue.

Gue tersentak kaget, "apaan sih Tan?"

Tania memicingkan matanya menatapku, "lo kenapa daritadi senyam-senyum sendiri?"

"Ah, masa sih?"

"Iyaaa, daritadi lo tuh ngelamun terus sambil senyam-senyum. Lo mikirin apaan hayooo?"

"Haha apaan sih, lo halu kali. Orang daritadi gue lagi mikirin PR akutansi buat besok."

"Jyeeeh, sepik aja. Lo nanti ada rapat mading ya?"

"Yoiii."

"Yah, gak bisa nebeng lo dong pas pulang."

"Haha nebeng aja gih sana sama Kak Retta."

"Apaan sih Dhe?"

"Dih dih dih, Ketan mukanya langsung mesem-mesem. Haha guys, guys, liat deh si Tania kayaknya lagi jatuh cinta," panggil gue ke Uben, Indira, dan Sassya. Mereka bertiga langsung menoleh ke arah kami.

"Eh cieee, Ketan suka sama siapa?" tanya Sassya.

"Ih Tania, suka sama babang Adrian ya?" tanya Uben.

Tania langsung memukul bahu gue dengan kesal. "Aww, apaan sih?"

"Gak usah dengerin si Dhea, dia nih yang daritadi senyam-senyum sendiri," ucap Tania.

Uben langsung memandang ke arah gue. "Dheaaaa? Gak mau cerita-cerita ke Uben yaaaa."

"Haha engga, engga, si Ketan ngarang nih."

"Kalian berdua, awas aja kalo lagi suka sama senior gak cerita-cerita ke kita," sahut Indira.

"Hehe iyaa, iyaaa," sahut gue dan mereka kembali melakukan aktivitasnya masing-masing.

"Lo sih Tan, ribet deh tuh kan pada," ucap gue ke Tania sambil mengelus bahu.

"Ya lo duluan," gerutunya.

"Deuuhhh," gumam gue.

***


Bel pulang pun berbunyi, gue langsung membereskan buku serta peralatan tulis.

"Guys, gue duluan ya," ucap gue ke yang lain.

"Yang mau rapat mading, semangat bener," sahut Tania.

"Hehe, byeeee." 

Gue berjalan cepat ke lab kimia. Sesampainya di dalam, baru ada beberapa anak kelas X dan XI. Gue pun berkenalan ke beberapa orang yang satu angkatan dengan gue.

"Emm, semuanya, rapat mading baru akan mulai 10 menit lagi ya soalnya masih nunggu kelas XII selesei pelajaran terakhir. Jadi kalian kalau mau jajan-jajan dulu, silahkan," ucap Kak Shella.

"Dhe, mau ke kantin dulu gak?" ajak Alma, anak kelas X-4.

"Ah, gue di sini aja deh Al, mager keluar hehe," sahut gue.

"Yaudah, gue sama Nisa dan Winda ke kantin dulu ya."

"Okaaay."

Gue pun mengeluarkan buku gambar dan mulai melanjutkan gambar manga gue yang kemarin. Di ruang lab ini hanya ada Kak Shella yang sedang mengobrol dengan Kak Fandry, dan 4 orang anak kelas X, entah X berapa. Gue masih belum melihat kehadiran Kak Jingga, tasnya pun juga belum ada.

Karena merasa bosan, gue akhirnya keluar kelas dan berniat ke koperasi untuk membeli minuman. Namun, ketika gue berjalan melewati ruang OSIS, gue melihat Kak Jingga dan Kak Retta sedang mengobrol di depan tangga dekat koperasi.

"Ah, kebetulan nih," batin gue.

Gue pun berjalan ke koperasi dan sengaja memperlambat langkah gue biar bisa mendengar percakapan mereka.

"Gue rapat mading dulu." - Kak Jingga

"Yaudah, gue tungguin sampe lo selesai ya." - Kak Retta

"Gak apa-apa emangnya?" - Kak Jingga

"Ya gak apa-apa, kan nanti juga kita mau ke toko kue bareng. Kata Mama, nanti Mama nunggu jam 5 di rumah." - Kak Retta

"Yaudah, terus lo sambil nungguin gue rapat mau ngapain?" - Kak Jingga

"Hemm, paling main basket atau gak ke ruang music ikutan nge-band sama si Tito dan yang lain." - Kak Retta

"Yaudah, nanti gue kabarin kalo udah selesei ya." - Kak Jingga

"Okay." - Kak Retta

"Yaudah, gue ke lab kimia dulu." - Kak Jingga

"Bentar Dee," - ucap Kak Retta menahan Kak Jingga.

"Kenapa?" - tanya Kak Jingga.

"Sini tas lo gue bawain, gue taro mobil dulu aja. Lo gak bawa apa-apa kan untuk rapat nanti?" - Kak Retta

"Oh, gak apa-apa gue bawa aja." - Kak Jingga

"Gak usah, biar gue yang bawa. Gue tau hari ini lo bawa buku paket banyak banget, pasti berat. Siniin tasnya." - Kak Retta

"Hemm, yaudah nih. Makasih ya Ta, gue ke lab dulu." - Kak Jingga

"Okaay." - Kak Retta

Kak Jingga berjalan ke arah gue berdiri, dan gue langsung memesan sesuatu ke penjaga koperasi. Kayaknya mereka udah baikan deh.

"Kang, teh kotak satu," ucap gue.

"Semoga Kak Jingga gak lihat gue, semoga Kak Jingga gak lihat gue," gumam gue dalam hati.

Ketika Kang Herdi memberikan teh kotak, tiba-tiba saja ada seseorang berdiri di samping gue.

"Ah, wangi parfum ini."

"Kang, pesen satu lagi teh kotaknya," ucap Kak Jingga.

"Shit," gumam gue.

"Hai Dhe, udah ke lab kimia?" tanya Kak Jingga ke gue.

"Kak Jingga inget nama gue lagi!" batin gue.

"Oh, udah Kak. Gue udah naro tas di sana, kata Kak Shella rapatnya masih 10 menit lagi sambil nunggu kelas XII selesei," jawab gue berusaha tetap santai.

"Oh iya, sebentar lagi sih paling kelas XII selesei," sahutnya.

"Nih neng Jingga," Kang Herdi memberikan teh kotak ke Kak Jingga, dan gue pun langsung inget kalo gue belum bayar.

Ketika gue mengeluarkan uang dari saku, Kak Jingga langsung menepuk tangan gue.

"Kang Herdi, ini uangnya bareng sama dia," ucap Kak Jingga.

"Ih gak usah Kak," ucap gue.

"Udah gak apa-apa," sahutnya.

"Yah, kan gue jadi enak hehehe," ucap gue lagi sambil bercanda.

Kak Jingga tersenyum sambil tertawa kecil, "lain kali lo yang traktir gue ya."

"Hehe siap atuh Kak," sahut gue.

"Ke lab bareng yuk," ajaknya dan gue menganggukkan kepala.

Kami pun berjalan bersama menuju lab kimia. Ah coba aja nih lab jaraknya sekilo, kan gue jadi bisa lama-lama bareng Kak Jingga.

"Hemmm, Kak Jingga.." ucap gue membuka obrolan.

"Iyaa?"

Gue menggaruk tengkuk leher, " Kak Jingga kenapa ikut ekskul mading?"

"Karena gue pengen jadi penulis," jawabnya.

"Penulis kayak jurnalis gitu Kak? Atau penulis novel?"

"Gue pengen jadi penulis skenario film. Ya, at least di mading gue bisa belajar penulisan yang baik dan benar."

"Oh Kak Jingga mau kerja di dunia perfilman toh. Kenapa gak jadi aktor aja Kak?"

"Haha, gue mana bisa akting."

"Hehe tapi cocok kok Kak kalo kakak berperan jadi antagonis."

Kak Jingga tiba-tiba menghentikan langkahnya. 

"Karena gue jutek?"

"Eh, hehe gak gitu Kak. Hehe iya juga sih," jawab gue.

Kak Jingga terdengar menghela nafas kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

"Semua orang pada ngira gue jutek, perasaan gue biasa aja," ucapnya.

"Mungkin karena pas MOS kemarin Kakak tegas banget, makanya dikira jutek. Apalagi si Ketan tuh, hahaha dia takut deket-deket sama Kak Jingga," ucap gue lagi.

"Tania? Segitunya apa?"

"Hahaa iya Kak. Dia selalu bilang Kak Jingga nyeremin, jutek, dia jadi takut."

Kak Jingga sedikit tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Lucu sih abisnya ngerjain dia."

"Haha iya ya Kak? Pasti karena tampangnya si Ketan yang polos dan kadang kayak orang oon, suka bengong, hahaha."

"Haha iyaaa, temen lo yang satu itu emang unik," ucap Kak Jingga.

Ternyata Kak Jingga gak sejutek yang dipikirkan sama Tania. Dia cukup enak diajak bercanda dan mengobrol santai. Ya memang dari caranya berbicara, Kak Jingga cukup terdengar tegas. Tapi kalau sudah mengobrol dengannya, dia cukup bersahabat.

Ketika kami masuk ke dalam lab kimia, hampir semua anak mading telah berkumpul. Satu persatu senior kelas XII juga mulai berdatangan.

Setelah semuanya berkumpul, Kak Jingga langsung membuka pertemuan pertama ini. Ia berdiri di depan kelas menjelaskan kegiatan apa saja yang akan kami lakukan satu semester ke depan. Ia juga memberitahukan kalau kelas XII tidak akan berkontribusi banyak karena mereka akan fokus belajar untuk persiapan UN. 

Gue terus memerhartikan Kak Jingga dengan rasa kagum. Entah kenapa, dia memiliki aura leadership yang tinggi. Kak Jingga memiliki karismanya tersendiri, pantas saja kalau dia banyak yang mengagumi. Tidak heran juga kalau dirinya sangat cocok dengan Kak Retta, mereka berdua benar-benar berkarisma.

Rapat pertama kami selesai dengan baik. Pertemuan berikutnya baru dua hari lagi, dan gue udah gak sabar pengen cepet-cepet lusa.

Gue pun bergegas pulang dan ketika gue keluar dari lab, sudah ada Kak Retta yang menunggu Kak Jingga.

Kak Retta melihat ke arah gue dan tersenyum, gue pun membalas senyumannya.

Gak lama, Kak Jingga keluar dan menghampiri Kak Retta.

Lagi, gue memperlambat langkah gue agar bisa mendengar obrolan mereka.

"Udah selesei? Jalan sekarang yuk." - Kak Retta

"Ayo, langsung ke toko kue kan?" - Kak Jingga

"Iya, Mama juga jadinya langsung ke sana." - Kak Retta

"Oh yaudah, jadi nanti bertiga sama Tante Vera?" - Kak Jingga

"Yes, yaudah yuk." - Kak Retta

Hemmm, mereka sepertinya sahabat dekat.

Gue berjalan di belakang Kak Shella dan salah seorang senior yang gue lupa siapa namanya. Samar-samar, gue bisa mendengar kalau mereka sedang membicarakan Kak Jingga dan Kak Retta.

"Jingga sama Retta udah baikan?" tanya Kak Shella.

"Haha udah, Jingga mana bisa lama-lama ngambek ke Retta," jawab senior tersebut.

"Bagus deh, kan mood-nya Jingga jadi enak lagi." ucap Kak Shella.

"Yaaa namanya juga udah sahabatan dari kecil, udah gak bisa dipisahin tuh anak dua."

"Haha iya juga sih. Kadang suka iri gue lihat Jingga diperhatiin segitunya sama Retta."

"Ckckck, makanya cari temen yang bener. Ini malah temen makan temen."

"Yeeehh, rese lo."

Benar dugaan gue, pasti Kak Jingga udah sahabatan banget sama Kak Retta. Ya walaupun mereka cukup dekat, tapi hal itu gak mengurangi rasa kagum dan suka gue ke Kak Jingga.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top