☃️࿌ིྀ྇⋆All In You⋆࿌ིྀ྇☃️

╔═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╗
All I Want For Christmas Is You
Mariah Carey
Nakahara Chuuya × Shizuku Izumi
Bungou Stray Dogs © Kafka Asagiri
Original Character © Izumi_053
Story © -MrsIrm
╚═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╝
∘ ───  ☃️༉─── ∘
┊ ┊
˚ ༘ ♡ ⋆。˚ ❀
╔═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╗
Tak banyak yang kumau
Aku tahu semua ada padamu
Ya, aku tetap menjadi Santamu
Izinkan aku di sisimu
╚═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╝
∘ ───  ☃️༉─── ∘
┊ ┊
˚ ༘ ♡ ⋆。˚ ❀
╔═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╗

Semilir angin mengelus lembut setiap kulit. Beberapa kali menerbangkan dedaunan dengan bebas ke langit. Namun, tak dapat menerbangkan sehelai daun mistletoe pun yang tepat berada di atas sepasang kekasih yang saling diam mengamati sampai kepingan kristal putih perlahan menuruni bumi. Keduanya seolah terasa nyaman dengan suhu yang menjadi lebih dingin.

Keduanya terlihat menikmati kebersamaan dalam sunyi yang jarang-jarang terjadi. Bahkan tak mempedulikan sekitar yang menebar kasih dengan cara yang lebih romantis.

T

ak lama sunyi tersapu pergi, ketika sang hawa menatap sang adam di sampingnya dengan sebuah senyum manis. "Chuuya meminta apa pada Santa Natal ini?" tanyanya.

Nakahara Chuuya berdehem. "Tidak perlu kau tahu," kata sang surai senja seraya mengalihkan netra samudranya ke arah berlawanan daripada merona melihat senyum gadisnya.

"Ara, pasti ada aku, 'kan?" Sang gadis kembali bertanya. Kali ini terlihat sekali jika ia begitu antusias dengan jawaban seorang adam tercintanya.

"Ck, asal kau tahu jika permintaan itu tidak untuk diberitahu," jawab Chuuya yang terkesan menegur dengan halus agar permintaannya tak bocor, walau pada kekasihnya sekalipun. " ... Lagipula, permintaanku tak menarik untuk kau tahu," tambahnya dengan nada sedikit sendu.

"Hee, padahal aku hanya meminta agar Santa datang menghibur secara langsung."

Ucapan dari sang kekasih membuat Chuuya mengerjap heran, sebelum akhirnya terkekeh kikuk, walau agak tertahan. "Kau bercanda? Aku bahkan belum bisa membayangkan jika Santa ada." Ia tak habis pikir bagaimana imajinasi gadisnya yang tak terhingga luasnya.

"Jaa, kalau begitu—" Sang gadis bersurai biru seindah nabastala dengan senyum manis yang seolah mencairkan suasana dan hawa dingin sekitar mereka terlukis jelas di setiap sudut bibir di wajah, ketika mendekat seraya menatap lekat Nakahara Chuuya. "—kau saja yang jadi Santaku," lanjutnya yang membuat Chuuya diam seribu bahasa dengan pipi yang sedikit merona.

Sementara gadis tersebut sempat tertawa kecil melihat reaksi kekasihnya, kemudian mencoba memanggilnya, "Chuuya! Bagaimana? Kau pasti mau, 'kan?"

Sesaat terjadi jeda kala Chuuya hendak mengeluarkan sepatah kata. Namun, gadis dengan pemandangan musim dingin di sekitarnya menarik perhatian dua netra samudra Chuuya. Sang surai senja enggan menjauhkan wajah yang sungguh berdekatan jaraknya seolah akan terasa berbeda kenangannya jika tak dijaga. Bahkan membuat Chuuya bertanya dengan sengaja. " ... Apakah kau yakin jika kita akan tetap bersama seperti ini, Izumi?"

Dengan senyum bahagia, Shizuku Izumi menjawab, "Aku tahu kau adalah Santa yang terbaik."

" ... Apakah kau yakin jika kita akan tetap bersama seperti ini, Izumi?"

Namun, nampaknya hanya sekadar ucapan tak sengaja seorang Nakahara Chuuya. Izumi tak percaya jika dia telah jatuh kecewa pada sebuah kata-kata dari sosok adam yang begitu lama dia cinta. Tak disangka malah menjadi penyebab luka. Ah, ya, Izumi tak mendapatkan Santa di Natalnya berikutnya.

Padahal bukan janji, tetapi terasa sakit sekali, karena Izumi terlanjur percaya, lalu ke mana perginya Chuuya?

"Ya, sudah, kalau kau sibuk ...." Dan daripada larut dalam pilu, gadis itu memilih untuk menghadap sang bos untuk memberikannya misi atau sesuatu yang dapat membuatnya memiliki alasan untuk jauh dari kekasihnya yang super sibuk itu.

Pintu megah dengan ukuran mewah pun terbuka. Seketika netra merah Izumi disambut dengan pemandangan keluarga kecil seorang bos Port Mafia.

Izumi pun berdehem dan berkata, "Maaf mengganggu waktu Anda, Bos." Ia tak menyangka jika akan menghadap bosnya dengan melihat pemandangan kebahagiaan keluarga kecilnya. Sedikit merasa bersalah yang membuatnya menunduk seketika.

"Oh, jarang sekali melihatmu, Shizukun. Ada apa?" Sang bos mulai bertanya di sela-sela tawa bersama seorang bocah yang mirip dengannya.

"Um, ada misi untukku?"

"Tidak ada."

" ... Bisakah kau beri aku, walau sepele sekalipun?"

Hening melanda, walau sesekali terdengar tawa seorang bocah, sebelum akhirnya sang bos Port Mafia berkata, "Baiklah." Lagipula, ia tahu mengapa.

Untuk kesekian kalinya daun pintu megah itu terbuka yang kali ini menampakkan sesosok pria dengan pakaian mewah memasuki ruangan sang bos Port Mafia, Mori Ougai. Pria tua itu dapat melihat lukisan wajah yang nampak tergesa-gesa dari pria yang baru saja memasuki ruangannya.

"Ah, lama tidak melihatmu, Chuuya-kun," ucap Mori sekadar berbasa-basi.

"Maaf, tapi misi sudah selesai dengan baik, Bos. Apa ada tugas lain?" Nakahara Chuuya bertanya dengan sopan, walau ia sendiri berusaha menahan diri agartidak tiba-tiba pergi menemui sang kekasih saking khawatir mengingat kepercayaan kasih yang Izumi beri.

"Tidak ada."

Chuuya bernapas lega bersamaan dengan bibirnya yang hendak berkata, tetapi malah dipotong oleh Mori dengan segera. "Cepatlah pergi, Chuuya. Kau masih ada kesempatan untuk membuatnya bahagia."

Pun Chuuya terdiam, sebelum akhirnya berjongkok dengan satu kakinya bersamaan dengan topi yang terlepas sebagai bentuk penghormatan atas izin sang bos Port Mafia berikan. "Tidak akan kusia-siakan," katanya yang berlalu meninggalkan ruangan.

"Belajar dari pengalaman?" Seorang wanita berambut lilac datang menghampiri Mori bersama dengan seorang bocah di gendongannya.

Mori hanya terkekeh. "Kita sama-sama pria."

Sesungguhnya di antara kepingan kristal putih nan halus yang berjatuhan ke bumi, suhu dingin yang menusuk kulit, malam gulita yang terasa sepi sunyi membuat seorang Nakahara Chuuya kebingungan mencari keberadaan Izumi. Pria itu tahu seberapa sulit si gadis dicari kala dalam suasana hati yang sedih. Chuuya yakin kesalahan yang telah ia ukir di hati kecil sang kekasih berbekas sampai meneteskan bulir-bulir bening.

"Aku tahu kau adalah Santa yang terbaik."

"Sialan!" Chuuya menendang tumpukan salju yang menggunung di dekat kaki. " ... Apakah kau masih yakin, Izumi ... ?"

Sekarang Chuuya bagai hilang harapan saking kecewa pada diri sendiri yang telah membuat Izumi sedih dan mungkin ia akan jatuh menangis.

Ah, Chuuya benci dengan tangis, terlebih melihat Izumi menangis.

Indahnya Natal yang biasa disambut dengan tawa kini hanya ada sunyi di sepanjang perjalanan kaki Izumi menuju apartemennya. Bahkan kerlip cahaya dari pohon Natal saja hanya ada beberapa yang menyala. Tak banyak yang berlalu-lalang menebar senyum bahagia. Pun lagu Natal tak semerdu yang sempat ada. Aroma kue tak lagi terasa. Dan entah rasa sedih atau memang suhu rendah yang membuat Izumi malah semakin menggigil kedinginan sekarang.

Malam semakin larut. Kebahagiaan Natal pun seolah surut. Nampaknya Natal Izumi akan berakhir buruk. " ... Aku tahu jika Santa tak nyata untuk membahagiakanku ... , tak terkecuali kau," gumam Izumi yang mempercepat langkah agar tak tertimbun badai dan salju.

Namun, sesampainya Izumi di area apartemennya, ia dikejutkan dengan seseorang yang tertimbun salju di depan gedung tempat tinggalnya. Sesosok pria yang sangat dia kenali ciri-cirinya. Dia yang membuatnya kecewa. "C-chuuya!" Mengapa ia tiba-tiba datang dengan keadaan yang membuat Izumi takut pun khawatir bila terjadi apa-apa padanya yang telah berdiri di tengah dinginnya malam?

"Chuuya! Hey! Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak sadar kau tertumpuk salju begini? Jangan buat aku khawatir!" seru Izumi seraya menyingkirkan semua salju di kepala Chuuya dengan gelisah yang menyelimuti.

" ... Apakah aku tidak boleh untuk tetap ingin menjadi Santamu?"

Seketika Izumi membeku, terlebih merasakan telapak tangan Chuuya yang dingin perlahan menyentuh pipinya tersebut. "Peduli setan dengan itu, Chuuya! Kau akan membeku jika berdiam di sini saja!" serunya antara khawatir, takut, dan kecewa. " ... Jangan buat aku membenci caramu mencintaiku ... , Chuuya," tambahnya yang perlahan jatuh memeluk Chuuya seraya menenggelamkan wajahnya di dada sang adam yang menyedihkan kondisinya.

Dan Chuuya menyadarinya. Membuatnya terkekeh pelan. "Cih, kau bisa kasar juga rupanya, ya." Pun ia mulai mendekap erat Izumi dengan tangan-tangan dinginnya.

"Chuuya!" Izumi memukul pelan dada bidang Chuuya saking kesalnya ia. " ... Ayo, kita masuk saja .... Kau sudah cukup dingin tahu ... ," katanya yang malah membuat pelukan Chuuya kian mengerat. Izumi mengerjap heran dan mengangkat wajahnya untuk menatap sang kekasih yang mendongak pada nabastala yang gulita. "Chuuya ... ?" panggilnya.

Sementara Chuuya tetap tak berkutik. Betapa ia terpesona dengan nabastala gulita dengan taburan kepingan kristal putih. Suatu pemandangan yang sama kala sama-sama membuat permintaan sebagai sepasang kekasih pertama kali bersama Izumi. Bahkan tak menyangka ada mistletoe yang bergelantungan di atas mereka saat ini.

Chuuya terkekeh lagi, kemudian berkata, "Kau benar. Santa nyata. Aku tidak percaya jika dia benar-benar mengabulkan permintaanku yang sederhana, walau agak kupaksa."

Izumi tak mengerti. "Apa maksudmu?" Padahal di atas sana hanya pemandangan biasa dari musim dingin.

Sepersekian detik momen berubah menjadi manis kala bibir mereka bersentuhan saat ini. Bahkan suhu rendah yang menyelimuti tak terasa dingin sama sekali. Mereka bagai meleleh di antara salju yang masih berjatuhan dengan bebas di sekitar mereka ini, terlebih Izumi dengan jantungnya yang tak baik, ketika Chuuya tiba-tiba menyentuh bibir.

Perlahan ciuman itu berakhir pun Izumi masih tetap membeku saking terkejut dengan kejutan sang kekasih, sebelum akhirnya memerahlah pipi. "C-chuuya! K-kenapa tiba-tiba?"

"A-aku hanya mengikuti kebiasaan orang-orang, oke?" Chuuya balik ke sifat tsunderenya. Lihatlah betapa merah pipinya. Namun, bisa-bisanya ia masih berkata, "Karena  Santa juga butuh hadiah tahu."

Hening pun melanda dengan Izumi yang diam seribu bahasa saking malunya dia. Namun, mendadak dengan sendu ia berkata, "Padahal ... aku kecewa padamu ... Apakah kau tidak takut aku akan menolak diri sebagai hadiahmu?"

Chuuya balas dengan senyum tulus. "Aku tahu. Bukan salahmu. Kita hanya terhalang waktu," jawabnya. "Tapi aku tak menyesal, karena permintaanku semua ada padamu yang kucinta."

Menunggu di tengah musim dingin itu tidak ada salahnya. Chuuya dan Izumi tetap bisa menikmati sisa Natal mereka dengan bahagia.

╚═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╝
∘ ───  ☃️༉─── ∘
┊ ┊
˚ ༘ ♡ ⋆。˚ ❀
╔═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╗
Merry Christmas
It's happiness
╚═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╝
∘ ───  ☃️༉─── ∘
┊ ┊
˚ ༘ ♡ ⋆。˚ ❀
╔═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╗
Story By Aurora Phelia
╚═══*。❅*⋆⍋✧ ✦ ✧⍋⋆*❅。*═══╝

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top