9. Surat cinta
Jadi gaes, cerita ini sudah ada ebooknya. Cuzz langsung meluncur ya ke Playstore dan ketik aja "Rembulan di bulan Juni" muncul deh si Rembulan. Diskon lho dari Playstore, jadi 29.050
***
"Cintaku nyata, dan aku memberimu surat cinta"
"Kamu nggak boleh pergi Lan!"
Kata-kata itu mampu membuat Bulan memutar bola matanya malas. Dia hanya berangkat ke minimarket depan, beli keperluan rumah dan sekalian isi kulkas, kenapa Bintang semanja ini saat sakit. Bulan mendekat, menyentuh kening Bintang yang dari semalam panas tinggi, karena kehujanan.
"Aku tuh cuma ke mini market Bang, bentar doang!" Bintang menggelengkan kepalanya, tanda dia tidak setuju.
Astaga, ini lebih manjanya parah daripada Sasha kalau sakit. Ah iya Sasha, dia yang mungkin bisa bantu Bulan untuk mencari sesuatu di runah mereka. Mungkin ada yang sedang tersembunyi didalam gudang. Masa lalu Bulan yang ditutupi oleh mereka semuanya. Bulan hanya ingin ingatan masa lalunya kembali, itu saja. Dia mempunyai janji apa pada Bintang dimasa lalu.
"Lan, jangan pergi!" Rengek Bintang.
Oke fix, Bulan memang harus mengurus bayi besar ini. Dia memang tidak begitu suka dengan seorang lelaki yang lebay, tapi entah mengapa dia tidak bisa menolak kemanjaan Bintang padanya. Bintang mendekatkan bibirnya ke bibir bulan, dan mengikis jarak diantara mereka. Memulai pagi ini dengan kecupan lembut dibibir Bulan yang terasa manis itu. Dia bahkan bisa merasakan Bulan membalas kecupan lembutnya, bahkan tangan Bulan sudah mencengkeram kaos yang Bintang kenakan. Bintang membawa tangan Bulan, agar memeluk lehernya, dan dia bisa dengan leluasa mengangkat tubuh mungil Bulan dipangkuannya.
Baginya, ciuman kali ini terasa membuatnya candu. Bulan memang tidak pernah berontak, tetapi dia sangat kaku untuk berciuman. Beda dengan pagi ini, dia bisa membalas ciuman Bintang. Bahkan itu membuat Bintang lebih bersemangat lagi untuk mencium Bulan dengan mesranya.
Bahkan Bintang bisa merasakan Bulan mendesah tertahan, saat tangannya membelai punggung Bulan dari balik bajunya. Ini memang baru pertama kali bagi mereka berdua, tapi memang sensasinya sangat luar biasa. Bulan bahkan bisa lebih rileks, bahkan terbuai dengan ciuman lembut dan tangan Bintang yang mengusap punggungnya dengan lembut. Bulan benar-benar menikmati ciuman Bintang.
Bulan meremas rambut Bintang lembut, kala dia mulai kehabisan stok nafas. Bintang yang sudah paham, segera melepaskan ciuman mereka. Dia membelai bibir Bulan yang bengkak akibat ciumannya tadi. Bahkan dia bisa merasakan nafas Bulan. Dia menempelkan keningnya dengan kening Bulan, dia sangat menikmati wajah Bulan setelah ciuman mereka berakhir. Tidak papa jika Rembulan tidak mengingat masa lalunya, dia masih bisa membuat Bulan kembali jatuh cinta padanya dimasa dan selamanya.
"Aku cinta kamu Rembulan!" Bulan tersenyum mendengarnya.
"Aku juga cinta kamu Bintang!" Sebenarnya bukan nama Bintang yang dia inginkan keluar dari bibir Bulan, dia ingin Bulan kembali menyebutkan satu nama yang selalu terngiang ditelinga dia sampai saat ini.
Arkana.
Bintang benar-benar rindu sekali, Bulan menyebutkan nama masa kecilnya itu. Bahkan dia sangat suka dengan sebutan mereka dimasa lalu. Bintang selalu berharap Bulan bisa mengingat masa lalu mereka, tanpa harus menyakiti Bulan. Dia ingin Bulan benar-benar mengingat kembali nama panggilan mereka yang menurut Bintang sangat romantis sekali.
Arkananya Rembulan.
Rembulannya Arkana.
***
Bulan mendapatkan kabar dari Sasha, dia menemukan sesuatu di gudang. Dan Bulan harus kesana sendiri untuk melihat ini, karena kedua orangtuanya sedang berada di Bandung. Kebetulan yang sangat pas sekali bukan.
"Abang, Sasha barusan telepon, dia lagi di rumah sendirian, minta ditemani disana, boleh ya?" Bintang mengangguk.
"Ayo aku antar, nanti kalau urusanku udah selesai, aku kesana." Bulan mengangguk.
Bintang melajukan mobilnya menuju rumah orangtua Bulan, dia bahkan tidak melarang Bulan untuk mengunjungi kedua orangtuanya, bahkan dia dan Bulan juga mengunjungi rumah orangtuanya kemarin, bahkan menginap disana. Selagi Bulan dekat dengan keluarga mereka, dia aman sekali. Karena telah berhasil menjauhkan lelaki manapun yang ingin mendekati Bulan. Posesif sudah menjadi nama belakang Bintang.
Mereka sudah sampai rumah orangtua Bulan, dan tak lupa kecupan lembut selalu dia daratkan dikening Bulan. Dan itu selalu berhasil membuat jantung Bulan berdebar-debar tak karuan. Ini memang bukan kali pertama Bintang melakukan hal ini, tapi ini lebih romantis bagi Bulan.
Bintang melajukan mobilnya menuju showroom. Dia harus bekerja dengan giat, karena kini dia punya Bulan yang menjadi tanggung jawabnya. Dia memang sudah punya bisnis ini, sebelum dia menikah dengan Bulan. Dan sekarang dia punya arah untuk membesarkan bisnisnya, karena Bulan selalu mensupport dirinya untuk terus maju.
Bulan dan Sasha membongkar gudang kembali, disana mereka menemukan sebuah kotak yang disimpan Sasha sebelumnya. Bulan membuka kotak itu, dia melihat sebuah foto yang sebelumnya pernah dia lihat dikamar Bintang. Foto masa kecilnya dengan seorang anak lelaki. Bahkan disana dia menemukan sebuah surat, dengan tulisan tangan khas seorang anak lelaki.
To : Rembulannya Arkana
Halo Rembulan, apa kabar?
Kalau aku lagi tidak baik-baik saja Lan. Aku rindu sama kamu Lan. Kamu nggak ada kabar sama sekali. Kamu dimana sekarang? Kenapa harus menghilang. Tahu nggak kalau aku rindu sama kamu, aku selalu tunggu kabar dari kamu. Kamu tahu, aku selalu nungguin kamu didepan tv, aku udah siapin hadiah buat kamu tahu!.
Ulang tahun kamu bulan Juni itu, aku sudah belikan kotak musik yang ada boneka Teddy kesukaan kamu, pakai uang tabunganku sendiri, khusus buat kamu Rembulan. Apa kamu sudah benci sama aku?
Rembulan, kamu cepat kembali dan terus sama aku terus. Kamu harus jadi Rembulannya Arkana, bukan Rembulannya yang lain. Dan Arkana akan selalu jadi Arkananya Rembulan.
Arkana Bintang Pradana
Kepala Bulan dilanda sakit kembali. Dia terus berusaha untuk mengingat siapa itu Arkana. Dia harus cepat mengingat Arkana, dia harus tahu apa yang dia pernah janjikan. Kenapa namanya sama dengan nama Bintang.
"Teteh, aku telepon Abang ya, Teteh sakit lagi." Bulan menggeleng, dia tidak ingin Bintang menjemputnya sekarang.
"Enggak Sha, Teteh baik kok. Teteh mau lanjutin lagi, tolong ambilkan minum aja ya!" Sasha mengangguk atas permintaan Bulan.
Dia kembali menuju kotak tadi. Dia melihat sebuah foto dan surat kembali, surat dari seorang anak laki-laki yang namanya mirip sekali dengan Bintang. Dia benar-benar melihat bagaimana kisah pilu anak lelaki itu, karena harus kehilangan sosok Rembulan yang selalu dia rindukan.
Bulan menghela nafas panjang, dia benar-benar harus istirahat kembali, karena terlalu memaksakan otaknya untuk mengingat memori yang gelap gulita. Dia bukan tidak mau untuk mengingat, tetapi memang ingatan itu gelap, wajah anak itu tidak terlihat dengan baik. Dan kegelapan menyeretnya ke alam bawah sadarnya, Bulan kembali pingsan.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top