1. Kejora Again

"Awal pertemuan itu, bukan berarti cinta"
.
.
.

"Kamu mau kemana?" suara lelaki berumur 10 tahun itu berhasil menghentikan jalannya,

"nama kamu siapa?" pertanyaan itu berhasil menumbuhkan senyuman manis yang membuat lesung pipinya terlihat.

"Rembulan, kamu?" lelaki berumur 10 tahun itu tersenyum dengan manisnya, dia mangusap pipi tembem gadis berusia 8 tahun itu dengan gemasnya. "Iih ... kok di usap sih bedakku!" Gadis itu sangat kesal dengan apa yang dilakukan lelaki di depannya itu.

"Kamu gemesin banget sih, selalu sama aku ya!" Gadis itu mengangguk dan tersenyum.

***

Suara ketukan pintu di kamarnya, menyadarkan Bulan dari tidurnya, yang bermimpi tentang Bintang. Bulan menghela nafas sejenak, dia segera bergegas bangun dari kasurnya yang mempunyai magnet sangat besar.

"Teh, bangun atuh. Ini udah jam 6, kamu kuliah jam berapa?" Suara Bunda tercintanya, membuat Bulan bergegas membuka pintu kamarnya.

"Iya Bun, Teteh mandi dulu" Bulan melakukan semuanya secepat kilat.

Mandi yang dia butuhkan hanya 10 menit, berpakaian ala Bulan, hanya mengenakan kemeja kotak-kotak, celana jeans. Untuk urusan make up, dia hanya menggunakan skincare dan lipbalm saja, rambutnya yang panjang se punggung, dia cepol keatas.

Jangan harap ada dress cantik di lemari Bulan. Dia bukan tipe seperti itu. Dia adalah cewek tomboi, bahkan kedua orang tuanya geleng-geleng kepala.

"Yah, Bun, berangkat dulu ya. Sha, bagi minum dong" Sasha memberikan segelas susu coklat untuk Bulan.

Bulan segera pamit, dan menaiki Meti. Motor matic warna biru kesayangannya itu. Yang di beli dari hasil kerja sampingannya pada Keenan. Sahabat terbaiknya.

"Pagi Bulan sayang" Bulan memandang aneh pada deretan lelaki jones yang berdiri di dekatnya. Ini pada kenapa mereka.

Sebuah pelukan Bulan dapat di lehernya. Siapa lagi kalau bukan Keenan. Lelaki blasteran yang telah menjadi sahabat terbaiknya sejak SMA.

Keenan mengajak Bulan segera masuk ke dalam kelas, mengabaikan para jomblo ngenes di koridor. Membawa Bulan ke kelas dengan memeluk lehernya, sudah biasa bagi mereka, apalagi Keenan.

Bulan telah menjelma sebagai perempuan cantik. Dulu dia tidak pernah sadar penampilan, sekarang telah berbeda. Sejak Bintang membuatnya selalu di bully, dia bertekad akan menjadi cantik.

Menjadi cantik perlu modal yang besar. Meskipun cuma catok rambut ala-ala artis korea pun, biayanya tidak sedikit. Bulan bahkan rela bekerja sebagai waiters di cafe Keenan. Dia bahkan bisa membeli motor matic kesayangannya itu.

Bulan duduk terpaku di tempatnya, kala seorang dosen muda berumur sekitar 33 tahun, masuk dan tersenyum pada seisi kelas. Senyuman yang mampu membuat para wanita berteriak histeris.

"Perkenalkan, nama saya Rangga Adipura, kalian bisa panggil saya Rangga"

Suara bariton itu menggema di ruangan ini. Andaikan ini film kartun, mungkin di mata para perempuan sudah tergambar jelas bentuk hati warna pink dengan denyut-denyut.

Keenan menutup mata Bulan dengan tangannya yang besar. Bulan berdecak sebal, dia bahkan menggeplak tangan Keenan dengan penuh kasih sayang.

"Lo kenapa sih? gue cuma lihat doang, mata gue gak ada lope denyut-denyut" Keenan terkekeh tanpa suara. Dia lupa, jika di sampingnya ini Bulan, perempuan yang susah untuk jatuh cinta.

Persahabatan yang mereka bangun selama 5 tahun saja, tidak ada kata cinta yang terucap dari mereka berdua. Kata manis saja tidak pernah ada. Karena Bulan konsisten dengan hatinya, sahabat itu bukan cinta.

***

Keenan mengajaknya menuju kantin di dekat gedung manajemen. Dia bahkan tidak pernah menginjak kantin ini selama 3 tahun dia kuliah di sini.

"Gue katrok amat ya Ken, kenapa baru ngeh ada kantin beginian" Keenan tertawa terbahak-bahak.

"Eh Bulan desember, lo kalau di ajak ke kantin mana mau sih, pikiran elo tuh cuma belajar-belajar doang. Kapan lo jatuh cintanya?"

Bulan mengabaikan Keenan, dia berjalan memesan minumam boba dengan rasa coklat. Dia duduk bersama Keenan yang membawa bakso pedas 2 porsi untuk mereka berdua.

Di seberang sana seorang lelaki memperhatikan dirinya. Bahkan Bulan tidak peka untuk hal seperti itu. Dia terlalu asyik mengobrol bersama Keenan, dan mengabaikan sekitarnya.

"Tang, ngelihatin sapa lo?" tanya Farel di sampingnya.

"Itu Keenan kan, lha itu siapa sih, cakep bener ceweknya" Raffael ikut menimpali.

"Lo semua lupa? dia Rembulan sabit, yang selalu lo bully Tang" pernyataan Farel membuat Bintang memandang Bulan intens. Ya dia Bintang, Arkana Bintang Pradana. Lelaki yang selalu membully Bulan.

Bintang berjalan mendekati meja Bulan, dia langsung duduk di hadapan Bulan yang sedang menikmati boba. Bulan mendongak menatap seseorang yang ingin dia lupakan, seseorang yang telah membuat tekadnya menjadi kuat, untuk menjadi cantik. Dan seseorang yang pernah menjadi cinta pertamanya.

"Apa kabar Bulan?"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top