Bagian 3

"Nay!" panggil Midah setibanya dari pasar. Hujan mulai deras. Sesekali petir menggelegar.

"Iya, Mak!" Nay membukakan pintu rumah. Rumahnya sendiri terletak di sebelah warung. Dikibaskannya payung basah yang dibawa Midah.

"Besok pagi sebelum kau sekolah," Midah berkata sambil melepas jaket, "tolong antarkan ini ke rumah Makcik Pocut. Beliau nitip kemarin."

"Memangnya Emak mau ke mana?" Nay menerima kantong kresek hitam cukup besar. Samar-samar dibauinya wangi melati.

"Ke pasar. Stok warung kita sudah pada habis. Besok subuh banyak barang baru yang datang."

"Sekalian, Mak, Baygon di warung juga habis. Oh, ya, barusan Makcik Pocut kemari." Nay pun menyampaikan pesan mengherankan dari Pocut tadi.

Midah, anehnya, tak menanggapi. Justru teringat sesuatu. Sebuah kecelakaan. Antara truk dan motor. Tengah malam. Beberapa minggu silam. Sepelemparan batu dari jalan depan warungnya. Korbannya tak lain tetangganya sendiri, yakni....

"Tak kepagiankah itu?" Nay menginterupsi.

"Ah, kau ini. Laksanakan sajalah. Emak mau magrib dulu." Midah bergegas ke kamar mandi untuk berwudu.

Nay mengintip isi kresek hitam di tangannya. Dari ruang tamu, "Mak, ini kembang taburkah?!" pekiknya menyaingi hujan.

"Iya!" Midah balas berseru. "Makcik Pocut bilang mau ziarah ke makam almarhum suaminya!" [.]

TAMAT

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top