Bahtera yang Karam
“Veranda ....”
Wanita yang namanya disebut membalikkan badan. Menatap lekat ke arah pria yang pernah sangat dicintainya untuk terakhir kali.
“Ya?”
Lelaki tersebut berdeham, "Apakah saya masih diperbolehkan mengajakmu keluar makan siang setelah ..." Baskara membuat gerakan setengah lingkaran dengan lengannya, "setelah semua urusan ini selesai? Kamu tahu ..." Baskara menggaruk kepalanya, "sebagai teman. Sebagai ... sesama diaspora di Inggris, selama kamu dan saya masih sama-sama berada di negara ini.”
Veranda menelan ludah. Ia menyadari cara Baskara berusaha menyusun kalimat dengan sehati-hati mungkin. Tidak ada lagi ‘kita’ di antara dia dan Ibas. Hubungan di antara mereka telah benar-benar selesai.
“Dan, kalau misalnya pendidikanmu di sini sudah selesai dan kamu punya rencana untuk tidak menetap di Inggris, saya akan …” Baskara menggeleng. Rasa cemas yang menyeruak dalam dirinya menyuarakan kekhawatiran tersebut. Tetapi, ia tahu betul jika kini ia tak ada hak untuk ikut campur dalam segala urusan Veranda lagi. “Boleh kah?”
Veranda berpura-pura sibuk memainkan kuku jarinya, lalu kancing mantel, apapun yang bisa mengalihkan perhatian dari wajah sendu sang mantan suami sebelum menjawab sesantai mungkin, "Sure, why not?"
Baskara Prabowo menyunggingkan senyum lebar, “Alright. Tolong beri mantan suamimu yang menyedihkan ini sebuah pelukan terakhir sebelum kamu kembali. Kamu udah pesan tiket, kan?”
Veranda maju selangkah, Baskara merengkuhnya dalam dekapan. Mereka tak saling berkata selama lima menit yang terasa bagai sekejap mata. Veranda lebih dulu melepaskan pelukan pria yang selama sepuluh tahun belakangan ini tak pernah ia tanggalkan. Ia balikkan tubuh menuju taksi yang akan membawanya ke Victoria Station dan meninggalkan kota London, untuk meneruskan perjalanan dengan bus menuju Cambridge.
Veranda berjalan cepat menuju kendaraan yang sudah menunggu di depan, tetapi ia masih sempat mendengar ucapan terakhir Baskara dalam desisan rendah yang sangat ia hafal, dan pertahanannya runtuh. Di dalam taksi ia menangisi segalanya yang telah berakhir dan pernyataan cinta amat terlambat dari mantan suaminya.
“Kamu akan selalu jadi wanita yang paling saya cintai, Veranda. Sampai maut memisahkan.”
Namun, tak peduli seberapa keras mereka berusaha mempertahankan keharmonisan hubungan, bahtera ini harus karam juga.
***
Repost versi sudah diedit. Hanya tersedia 8 bab saja di Wattpad.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top