✨ R e J o [ 16 ] ✨

***
Persahabatan itu
Hubungan saudara meski tak sedarah

***

Sudah dua Minggu berlalu, ujian kelulusan sebentar lagi akan dilaksanakan. Selama itu Bastian tak pernah belajar bersama Ayna lagi. Ada perasaan aneh ketika gadis itu tak menghiraukannya. Bunga semakin dekat dengan Bastian. Namun, kadang kedekatan itu membuat Bastian merasa keliru juga.

Tepat dihari Minggu, hujan turun begitu derasnya. Entah ini doa jomlo yang terkabulkan atau hujan ingin membuat remaja itu tetap berada di rumahnya. Bastian membuka jendela kamar, meski tak ada pemandangan indah karena di seberang sudah ada rumah tetangga, Bastian hanya ingin merasakan hujan turun ke bumi. Dulu, waktu kecil dia suka sekali bermain hujan. Namun sekarang main hujan sebentar saja sudah demam atau pun pilek dan berakhir dikerok oleh ibunya.

Ada ketakutan lebih untuk menghadapi ujian yang hampir di depan mata. Apalagi Ayna tak lagi menggubrisnya untuk belajar bersama. Waktunya dihabiskan bersama Bunga. Apa gadis itu juga tak belajar, tapi pikir Bastian kalau Bunga adalah gadis yang pintar. Mungkin tak perlu usaha lebih untuk belajar seperti dirinya.

Bastian tersadar waktu bersama Nola dan Ibra juga berkurang. Bastian menghela napas lalu dengan randomnya meminum air hujan yang jatuh tertampung di telapak tangannya.

"Keknya kakak udah gila," ucap Indri yang sudah berada di sebelah Bastian. Entah kenapa suara tapak kaki bocah itu tak terdengar, apa dia sengaja dan berjinjit untuk mengagetkan Bastian?

"Sejak kapan lo di sini?" Bastian menyapukan air hujan ke wajah Indri.

"Ahhh! Adek baru pake skincare," keluh Indri.

Mendengar hal itu membuat Bastian menggelengkan kepala, entah skincare apa yang dipakai adiknya itu.

"Jangan pake macem-macem, muka adek kan masih bagus," jelas Bastian meratakan air hujan. Indri hanya pasrah dan menatap tajam kakaknya itu.

"Ibu yang beliin, biar adek awet muda," kata Indri dengan bangga diumurnya yang masih tujuh tahun.

"Kakak lagi galau ya?"
Indri menyapu lembut kepala Bastian tapi ditarik kembali karena rambut kakaknya itu terasa berminyak.

"Jangan mau cepat gede ya, nggak enak soalnya."

"Idih, ya kali Indri nggak gede," kata Indri sambil menghempas rambut tipis gelombangnya.

Dua adik kakak itu kini terdiam menatap hujan sambil berceloteh tak ingat waktu.

***

Nola baru saja mengirim pesan pada Ibra. Grup yang mereka buat dulu tampak sunyi, tak ada yang mau memulai untuk mengobrol. Mereka tak saling marah, tapi ada yang membuat Nola dan Ibra merasa aneh. Nola mengajak Ibra untuk datang ke rumh Bastian, bagaimana pun seperti janji mereka bertiga ingin lulus bersama. Akan indah orang yang selama ini bersama mencapai hal indah juga bersama-sama. Hujan masih turun dengan deras tapi tak menurunkan niat Nola dan Ibra untuk datang ke rumah Bastian. Apalagi Ibra diantar menggunakan mobil, sepertinya hujan bukanlah masalah.

Sebelum Nola dan Ibra datang, Ibra sempat menelepon Hana untuk mengabari dan bertanya apakah Bastian ada di rumah. Padahal dulu dia tak perlu bertanya seperti ini, namun kedekatannya pada Bunga membuat Ibra harus melakukan ini setelah sempat kejadian Bastian tak ada di rumah saat Ibra ingin mengajaknya keluar bersama seperti biasa.

Tanpa basa-basi Ibra kini berada depan rumah Nola untuk menjemputnya. Tampak Nola yang memakai payung warna kuning gambar salah satu karakter spons dalam laut. Ibu Nola bahkan menitipkan singkong rebus kesukaan mereka.

Nola masuk ke dalam mobil sambil menggerutu kalau singkong yang dia bawa panas.

"Taruh di bawah aja, ahh Emak lo emang pengertian," puji Ibra. Tyo ingin mengambil singkongnya tapi Ibra malah menepis tangan kakaknya itu.

"Itu buat kami, Abang beli aja yang dekat rumah," kata Ibra.

"Iya, iya." Tyo hanya menurut saja.

"Ini kak." tangan Nola terulur memberi singkongnya dengan garfu yang memang ada dalam wadah tersebut.

"Tuh, jadi adik tuh kek gini," kata Tyo sambil mengambil singkong tersebut. Merasa enak, makan yang hangat sementara hujan turun deras di luar sana.

Nola tertawa dan Ibra cemberut lalu dengan isengnya Nola menempelkan singkong yang masih panas pada bibir Ibra yang manyun.

"Nolawarman!" teriak Ibra.

***

Akhirnya butuh 5 menit saja untuk tiba di depan rumah Bastian. Setelah sempat drama karena singkong barusan mereka berdua malah seoayung berdua. Tyo telah pulang terlebih dahulu dan menjemputnya nanti setelah selesai.

"Ransel lo kok gede banget Ibra."

"Ini tuh buat perlengkapan belajar, mending lo teriak manggil nama Bastian karena kerongkongan gue lagi sakit."

"BASTIAN! PAKET!" teriak Nola melawan suara derasnya hujan.

Pintu terbuka.

"Lah ini pintunya terbuka sendiri," kata Nola.

"Kok ngeri."

"Nggak usah becanda deh," kata Indri yang melihat kedua sahabat kakaknya itu menengok seolah-olah tak melihat dirinya.

"Wkwkw, Indri tau aja." Nola merogoh saku, mengeluarkan permen tusuk dan diberikan pada Indri. Bocah itu tentu saja tak menolak.

"Monyet hiasnya lagi di mana?" tanya Nola, monyet hias adalah kata lain dari nama Bastian yang disematkan. Dulu nama itu sering digunakan semasa kecil. Nola disebut kadal sungai dan Ibra disebut kecoa selokan.

"Di kamar kak, barusan Indri tinggalin. Seperti biasa dia lagi rebahan."

"Emak ke mana?"

"Emak lagi tiduran, kata Emak langsung ke kamar Bastian aja. Bangunin dia dan cekek," jelas Indri. "Becanda," lanjutnya tersenyum semanis yang dia bisa.

Nola dan Ibra segera ke kamar Bastian, bagai dejavu melihat remaja yang sebentar lagi 17 tahun itu meringkuk di dalam selimut.

"Bastian." Noal langsung melompat ke atas ranjang dan memeluk Bastian.

Ibra menarik selimut, melihat Bastian hanya mengenakan celana pendek kado ulang tahun Ibra tahun lalu. Nola menurunkan sedikit celananya, dan juga mengenakan celana yang sama begitu pula dengan Ibra. Celana itu sengaja dibeli dengan warna dan motif yang sama.

"Jangan heboh ya Nola, kita tiap hari ketemu di sekolah," kata Ibra.

Bastian terbangun yang sebenarnya memang tak tidur, hanya memejamkan mata saja.

"Lo nggak kangen kita ngumpul bareng gini," kata Nola.

Bastian malah menangis.

"Mulai deh dramanya," kata Ibra.

"Kangen woiii," kata Ibra menghapus air matanya yang tak seberapa itu.

"Lo sih sibuk pacaran sama Bunga."

"Gue belum pacaran."

"Dahlah nggak usah dibahas hari ini kita kumpul karena ...." Kalimat Ibra terputus.

"Karena ingin seru-seruan dan main hujan di luar sana," kata Bastian.

Nola menjambak rambut Bastian.

"Kita mau belajar lah, bagaimana pun jomponya kita, kita harus lulus juga," ucap Ibra.

"Nih gue bawa perlengkapan belajar."

"Ibu gue nitip singkong."

"Kata lo mau belajar kok banyakan cemilan di tas lo."

"Ada bukunya juga ege," bantah Ibra.

Akhirnya mereka belajar bersama untuk mencapai tujuan bersama diujian yang sebentar lagi akan tiba.

***

Wah wah bentar lagi challenge nya selesai dan bentar lagi cerita jompo bakal usai. Jangan lupa vote dan komennya bestieee.





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top