✨ R e J o [ 15 ] ✨

***

Hidup itu isinya
Kalau bukan tidur
Ya ketiduran

***

Ayna akhirnya pulang dengan sendiri hari itu ketika Bunga datang dan meminta Bastian untuk mengantarnya ke suatu tempat. Ayna sedikit kecewa dengan tingkah Bastian kala itu, namun apa boleh buat Bunga adalah orang yang Bastian harapkan selama ini.

Ayna kini tertidur, sambil menghadap langit-langit kamarnya. Beberapa detik yang lalu dia melihat malas ponselnya. Ada chat Bastian yang mengajaknya belajar bersama lagi. Tapi, untuk kali ini dia tak ingin diganggu dulu. Mungkin dengan tidur beberapa jam bisa membuat perasaannya lebih baik.

Di sisi lain, Bastian masih menunggu balasan Ayna. Namun sangat ponsel itu berdering bukan pesan dari Ayna tapi Bunga. Sejak kejadian hari itu, Bastian akhirnya bertukar nomor ponsel setelah sekian lama. Ada perasaan bangga pada diri Bastian, meski belum pacaran tapi dekat saja sudah membuat level bahagianya bertambah.

Bastian langsung saja melupakan ajakannya pada Ayna hanya dengan kata 'hai' dari Bunga. Kadang memang cinta seperti itu, layaknya jam pasir jika bawahnya terisi penuh, atasnya menjadi kosong.

Bastian kemudian menghabiskan malamnya itu dengan chat bersama Bunga. Melupakan satu hal penting mengapa Bunga tiba-tiba berubah pikiran dan mau dekat dengannya. Apakah Bunga sadar kalau hanya Bastian yang mengejarnya tanpa rasa lelah.

***

Pagi tepat jam 7, Bastian sudah berada di meja sekolah sambil tertidur karena kantuk akibat begadang. Nola maju ke depan untuk duduk di samping Bastian.

"Bas, lo kok tidur, bentar lagi guru masuk kelas loh," kata Nola sambil mencoel pinggang Bastian. Mengingat Bastian sulit dibangunkan, Ibra mengambil gelas air Delima tanpa izin dan menyiramnya sedikit pada Bastian. Namun tak kunjung bangun juga.

Ibra pun berniat menarik rambut Bastian, dia takut kalau guru masuk dia kena marah lagi dan berimbas pada dia dan Nola.

"Gue udah bangun, tapi malas ngangkat kepala doang," kata Bastian yang suaranya teredam oleh tangannya yang dijadikan bantal.

"Gue nggak mau tau entar lo beliin gue air mineral baru," kata Delima yang merampas botol airnya.

"Iya iya tenang aja kali, entar aku belii segalon sama Nola," balas Ibra yang kembali terduduk.

Guru akhirnya masuk, menatap sekeliling dan mendapati Bastian masih tertidur walau Nola mengguncang badannya untuk bangun.

"Kalau mau tidur silahkan pulang ke rumah saja," kata guru tersebut.

"Iya pak," balas Bastian yang membuat seisi kelas terkejut.

"Bas," bisik Ibra.

Bastian mengangkat kepalanya, mendongak menatap wajah gurunya yang sedang emosi melihat tingkah remaja itu.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Bagai ada yang klik di kepala Bastian akhirnya dia tersadar.

"Eh anu Pak." Bastian gelagapan, matanya ke sana kemari mencari alasan namun tak kunjung ketemu.

"Silahkan keluar dan kerjakan latihan bab 6 sampai bab 7 tanpa terkecuali, tidak ada bantahan," jelas guru tersebut. Bastian berdiri menatap kedua sahabatnya itu. Ibra dan Nola hanya bisa tersenyum tipis sambil mengepalkan tangan memberi semangat.

"Nola, Ibra mau ikut juga," kata guru tersebut.

"Nggak pak." Mereka menggeleng bersamaan.

Dengan langkah lunglai Bastian keluar sambil membawa buku paket dan buku tulisnya. Mengeluh pun tak ada gunanya sekarang, karena remaja itu sadar bahwa itu kelakuannya sendiri.

Sampainya di teras jelas Bastian terduduk membuka buku paket tersebut, namun karena angin yang meniupnya dengan sejuk dan berasa ada bisikan nyanyian lagu pengantar tidur, remaja itu perlahan-lahan memejamkan mata.

"Hei!" teriak guru tersebut, yang membuat Bastian terkejut bukan main.

"Kamu saya suruh keluar bukan untuk tidur ya Bastian, cepat kerjakan."

Muka memelas Bastian tak lagi dihiraukan, akhirnya dengan menggosok matanya berkali-kali lalu mencuci wajahnya dengan air keran depan kelas dia akhirnya membuka lembaran buku paket tersebut. Guru tersebut tetap setia berdiri dengan tangan saling bertaut depan dada dan bersandar pada pintu kelas setelah memberi arahan pada siswa di dalam untuk mengerjakan soal yang tentunya tak sebanyak yang dikerjakan Bastian saat ini.

***

Bel istirahat yang ditunggu Bastian sejak sejam yang lalu akhirnya berbunyi. Baru saja remaja itu berdiri, guru tersebut menghampiri.

"Saya mau tugas hari ini kamu kumpulkan pulang sekolah nanti." Guru pun berlalu meninggalkan Bastian yang ucapannya segera terpotong saat guru tersebut berbalik.

"Bro, lo nggak apa-apa?" tanya Ibra yang menghampiri.

"Kok lo bisa sengantuk ini, padahal biasanya ngalong juga tapi nggak separah ini." Nola memeriksa wajah Bastian.

"Ngantuk kan bukan hal baru lagi," Ibra ikut memeriksa wajah Bastian.

Bastian hanya pasrah wajahnya di remas-remas oleh sahabatnya tersebut.

"Gue semalam ngobrol sama Bunga, hoam." Bastian menguap membuat sahabatnya menutup mulut dengan refleks.

"Kalian bahas apa?"

"Lo vcs?"

"Mulutnya Nola," kata Ibra yang langsung mencubit Nola.

"Ya kan video call syariah," balas Nola cengengesan.

"Jadi lo kek gini karena Bunga." Ibra menarik Bastian untuk segera masuk kelas. Melihat badan remaja itu benar-benar lemas karena kantuk.

"Dahlah, entar dibahasnya. Masuk aja terus tidur nanti kami bangunin kalau jam masuk udah tiba."

Bastian akhirnya tidur di belakang meja kelasnya. Karena tak ke kantin Nola dan Ibra ikut berbaring dan tahu-tahunya dia ikut tertidur.

Delima yang baru saja kembali setelah membeli jajan memotret mereka lalu dimasukkan ke dalam grup kelas dengan kalimat.

'Dijual teman sekelas, minim akhlak, minim segalanya, bisa nego'

***

Jangan lupa vote dan komen ya pemirsa 🤗


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top