Satu

Disclaimer: Naruto belong to Masashi Kishimoto.

Rate Mature untuk kekerasan dan bullying.

----

Manik biru mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan akademi. Si pemilik dari mata tersebut tengah tersenyum lebar menyangkut kelulusannya dari tingkat akademi menuju Genin. Seperti yang lain, mereka bahagia dan semangat menunggu pembagian tim yang telah Hokage persiapkan.

Para Kunoichi tengah sibuk berbisik dan terkikik geli. Naruto tahu jika mereka menunggu keajaiban agar dapat berpasangan dalam tim Uchiha Sasuke, jenius nomor satu dalam generasi mereka saat ini. Telah merupakan tradisi jika dalam satu tim akan ada satu Kunoichi.

Dalam diam Naruto melirik pada Uchiha Sasuke. Si raven pendiam kini tengah mengepalkan tangan menjadi satu dan menumpukannya di atas meja. Wajah serius dipasang meski umurnya tak lebih dari tiga belas tahun.

Naruto terheran, apakah Sasuke pernah menjalani hidup lebih bebas?

Akhirnya nama Naruto dipanggil. Setelahnya entah sebuah keberuntungan atau keburukan ketika Sasuke dipersatukan dalam timnya.

*****

Naruto menggeram kesal. Apa yang salah dari si berengsek sombong ini?

Sikapnya sungguh menyebalkan. Seolah dirinya adalah superior dan yang lain hanya hama dalam perjalanan hidupnya. Naruto benci Sasuke.

Semua penduduk Konoha mengelukan nama penerus terakhir Uchiha. Perempuan mengejarnya. Sensei memuji dan merekomendasikan untuk misi yang lebih baik.

Sedangkan Naruto, sekuat apapun ia berusaha, penduduk tetap mencaci maki dirinya. Perempuan menyepat setiap namanya disebut. Sensei menjauhinya--terkecuali Iruka.

Semua yang Naruto harapkan ada pada Sasuke, namun si Uchiha ini justru membuang perhatian yang dicurahkan untuknya.

Naruto mengepalkan tangan dengan kepala tertunduk. Mereka baru saja melakukan latihan bersama, menggabungkan empat tim untuk menjalankan satu misi khusus.

Dalam misi kali ini Naruto menjadi Naruto, ia lebih banyak bertindak sebelum berpikir. Menyulitkan kondisinya sendiri dan tim yang terbentuk. Akibat keputusannya misi yang mereka jalani nyaris gagal, namun berkat kerja sama Sasuke, Neji, dan Shikamaru, misi ini terselamatkan.

"Jangan patah semangat."

Sebuah tangan mengusap kepala Naruto. Ia mendongak terkejut. Mendapati wajah Kakashi-sensei yang tersenyum dari garis maskernya.

"Kakashi-sensei!" Naruto segera menghindari acakan rambut dari gurunya. Wajah mengerut karena rasa kesal yang belum menghilang.

"Menggunakan Kage bunshin untuk memerangkap bandit-bandit itu adalah ide yang bagus, kau hanya perlu menyesuaikan waktu penggunaannya saat dalam misi." Kakashi kembali berdiri tegak. Berdiri di samping sang blonde sembari melihat keceriaan dari anggota tim dadakan ini.

Naruto masih mendongak. Terkejut ketika guru yang selama ini ia pikir tak pernah peduli pada muridnya, justru memberi saran. Meski ia pikir Kakashi tak bertanggung jawab, namun sedikit dorongan mental seperti ini membuatnya berubah pendapat mengenai sang guru.

"Tapi tindakanku mengacaukan rencana mereka," ucap Naruto kesal. Ia masih kecewa pada semua yang ada di tim ini. Mereka tak memberi tahu rencana yang dibuat. Atau mungkin mereka berpikir jika si bodoh Naruto tak dapat mendengarkan perintah? Oke, memang ia sering membangkang, namun jika mereka menjelaskan secara detail rencana yang dibuat ia akan menerima jika semua masuk akal.

Kakashi melirik pada Naruto, kedua tangan bersedekap. "Guna sebuah tim adalah meringankan beban satu sama lain. Misi ini dikhususkan untuk melihat bagaimana tingkat kerja sama dan kemampuan individual dari setiap anggota. Mungkin kau kurang dalam kekompakan dengan yang lain, tapi aku cukup puas dengan kemampuanmu, Naruto."

Semburat merah sedikit menghiasi wajah Naruto. Satu pujian yang ia dengar bukan dari Iruka atau kakek Hokage. Ia tertawa, kembali memasang topeng sikap ceria. Rasa senang karena dianggap.

Kakashi kembali tersenyum di balik maskernya.

"Sasuke," sapa Kakashi saat remaja raven itu menjauh dari keramaian dan bergabung dengan keduanya di pojok ruangan.

Naruto membuang wajah. Bergeser lebih jauh dari Sasuke. Lebam pada ujung bibir masih terasa berdenyut akibat pukulan yang dilayangkan si raven padanya. Entah dendam apa yang si Uchiha ini miliki untuknya.

Setiap kali mereka berdebat kecil, pasti berujung adu tinju.

"Tindakanmu menyelamatkan Hinata tadi adalah hal yang hebat, Naruto." Kakashi mengusap kepala pirang kembali. Mengacuhkan tegangnya suasana di antara dua muridnya.

Sasuke mendengus pelan. "Aku pergi," ucap Uchiha remaja sebelum ia menghilang dari ruangan.

Naruto menggertakkan giginya. Sikap Sasuke yang sok keren itu benar-benar menggores kesabaran Naruto.

"Kau harus mencoba mengerti Sasuke, Naruto. Kau dan dia, bukankah terlalu banyak kemiripan di antara kalian?" Kakashi menarik tangannya dari kepala pirang demi mengeluarkan buku favoritnya.

"Aku akan pulang terlebih dahulu, Kakashi-sensei."

Kakashi mengangguk.

Naruto melirik pada mereka yang masih bersenda gurau. Hatinya seperti diremas melihat mereka berbicara akrab. Sejak dulu sampai sekarang, apakah ia memiliki teman?

*****

Sasuke tak mengerti apa yang spesial dari si mulut besar Naruto?

Kenapa ia merasa kesal akan sikap berani dan pantang menyerahnya?

Si pirang idiot itu banyak melakukan kesalahan. Tak mementingkan aturan dalam misi. Pun pada sikap heroik yang selalu muncul pada saat tak terduga.

"Apa kau akan terus bergantung padaku, Sasuke? Seluruh klan kita mengatakan kau lemah. Mungkin mereka benar karena kau bersembunyi pada nama keluarga ini. Sekarang mereka telah kusingkirkan. Jadilah lebih kuat, Sasuke."

"Apa kau kenal Uzumaki Naruto? Anak itu jauh lebih kuat darimu. Dia bahkan tak memiliki klan untuk membantunya."

Sasuke mengepalkan tangan. Ucapan Itachi terngiang pada otaknya. Ejekan dan ucapan pedas sang kakak selalu membuatnya waspada akan kehadiran Naruto.

Harus Sasuke akui, meskipun Naruto itu bodoh, namun kemampuannya di atas normal. Sikap refleks sang blonde bukan sekali dua kali menyelamatkan misi mereka, meskipun si blonde itu sendiri tak sadar.

Jurus yang dipakai Naruto memang untuk sebagian orang terkesan biasa, tapi lain halnya untuk Sasuke. Kage bunshin memerlukan tingkat konsentrasi cakra yang tinggi. Ia telah mengamati bagaimana setiap bunshin memiliki kebebasan sendiri dalam mengambil keputusan. Seperti sebuah klon. Belum lagi jumlah mereka yang melebihi belasan.

Ninja mana yang memiliki cakra cukup besar untuk memanggil banyak bunshin dengan tingkat konsentrasi tinggi dalam jangka panjang?

Saat ia menjalankan misi bersama Naruto, ucapan Itachi selalu menghantui.

"Anak itu jauh lebih kuat darimu."

Kebencian Sasuke pada Naruto pun makin berkembang.

Tapi, yang jauh dimengerti olehnya adalah sikap Naruto yang terus mencoba mendekatinya. Apa dia tengah membandingkan kekuatan mereka?

Apa Itachi di suatu tempat tengah menertawakannya karena ia kini justru satu tim dengan Naruto?

Sasuke ingin membenci Naruto. Sikap ceria dan pantang semangat itu membuatnya kesal. Padahal ia tahu seluruh penduduk Konoha mengatakan jika Naruto adalah monster. Sikap yang diterima pun jauh lebih buruk, tapi kenapa si idiot itu masih bersikap biasa saja?

Naruto menerima perlakuan buruk semua orang, bahkan berlatih keras untuk membuktikan ia adalah ninja terbaik. Semua sikap si idiot itu seolah mengejek Sasuke. Ia yang dielukan penduduk Konoha karena status Uchiha yang disandangnya.

Semakin Naruto mendekati Sasuke dan bersikap heroik. Semakin pula ucapan Itachi membakar amarahnya.

Naruto yang bukan siapa-siapa. Yang dibenci seluruh Konoha. Seorang idiot yang bahkan tak dapat berpikir jernih sebelum bertindak. Dapat lebih baik darinya.

Ia tak dapat memandang wajah penuh senyum bahagia Naruto. Ia ingin si idiot itu melemah dan pergi. Agar ucapan Itachi tak lagi melukainya.

*****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top