5%

A/N:
Kalo bisa, siapin kantong kresek sambil baca part ini :)

---

Author 's POV

"Yeol, Ji Byul tadi nanyain lo. Sejak kapan, deh lo mainin tu cewek?"

Mendengar omongan Sehun dan menyadari bahwa kehadiran cowok berkulit pucat itu sedikit mengganggu waktunya bersama 'mainannya', membuat Chanyeol ingin mengutuk Sehun menjadi batu —pada awalnya—.

Namun, mengingat bahwa nama pacarnya disebut pada awal kalimat, Chanyeol berhenti mengusap pipi Yuri dan menurunkan tangannya.

Seketika Chanyeol diserang degupan cepat dari jantungnya. Ada perasaan tidak enak muncul di pikirannya. Entahlah, ia juga tidak tahu apa itu.

Yuri yang merasa tidak suka dengan terhentinya kegiatan Chanyeol yang mengusap wajahnya penuh kasih sayang —that's just definitely a bullshit— langsung mengerutkan dahinya, protes.

"Chan—"

"Dia bilang apa?" Kini perhatian Chanyeol sudah sepenuhnya terfokus pada Sehun.

Chanyeol rupanya sudah tidak peduli lagi dengan kehadiran Yuri di sampingnya.

Sehun terdiam sebentar, bingung. "Dia nanyain lo lagi sama gue apa nggak. Dan gue jawab—"

"What did you say, then?" Chanyeol tiba-tiba mengeraskan suaranya, namun masih memasang wajah santainya.

"Gue bilang aja, lo lagi sama Yuri. Eh, ternyata bener, kan apa kata gue?" Sehun tersenyum penuh kemenangan sambil melirik Yuri yang menatap Chanyeol dengan bete.

Chanyeol memajukan tubuhnya mendekat ke Sehun. "Terus dia jawab apa?" Chanyeol kembali mengalihkan perhatiannya kepada Yuri. Namun ia tidak lagi melakukan kontak fisik kepada cewek itu.

Sehun sebenarnya sangat bingung dengan sikap Chanyeol sekarang. Begitu penasarannya kah Chanyeol dengan komunikasinya dengan Ji Byul tadi?

"Kok lo kayak penasaran gitu? That's not Chanyeol as usual," Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mendengar Sehun menjawab, Chanyeol langsung merubah emosinya perlahan. Entahlah, Chanyeol penasaran karena Ji Byul pacarnya, dan tidak salahnya dia menanya-nanya tentang cewek itu, kan?

Chanyeol hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Dan kemudian dia mencium punggung tangan Yuri tiba-tiba sambil mengerling genit yang membuat Yuri semakin merasakan terbang jauh ke langit untuk yang... keberapa kalinya?

"Abis itu, dia diam lama, nggak tau ngapain. Terus teleponnya langsung mati," jawab Sehun terhadap pertanyaan Chanyeol tadi yang sempat ia abaikan.

Chanyeol merasa, ada sesuatu yang tidak enak terjadi, tidak tahu menahu apa itu, tapi rasanya yang ia ingin sekarang hanyalah mencari keberadaan cewek itu, karena katanya Ji Byul mencarinya tadi.

Chanyeol bangun dari tempatnya dan menatap Yuri lama sambil tersenyum. "Babe, did you know what was i going to tell you a couple days ago?"

Sehun yang masih berada di sana memutar bola matanya malas, menjijikan banget si caplang ini. Batin Sehun.

"Tolong, ya, Andrew Garfield masih disini, lho."

Chanyeol justru mengabaikan protesan dari temannya itu dan memilih menggenggam tangan Yuri. "No, Chanyeol. I did not know," Yuri tersenyum, mengharapkan sesuatu yang manis keluar dari mulut pacarnya itu.

Udah kegeeran aja ni cewek

"Kita putus, ya?"

Sehun menahan tawanya ketika Yuri memasang wajah terkejutnya. The Drama just began.

"C-chan? Maksud kamu apa?"

Chanyeol sudah melepaskan genggamannya dari Yuri. Kini dia menatap Yuri dengan tatapan mencemooh. "Putus, ya putus. Nggak ngerti bahasa indonesia? Katanya anak sastra, tapi arti kata 'putus' aja nggak ngerti. Ck," Chanyeol menggeleng-geleng kepalanya.

Yuri masih terkejut, namun ia sekarang sudah mulai emosi dengan ucapan Chanyeol yang sedikit menyakitinya.

"Jadi kamu minta putus?!"

"Udah bego, budeg lagi. Sorry, but we're just done at all."

Yuri lantas berdiri dan menatap Chanyeol marah. "Apa lo bilang?! Gue bego?! Jaga mulut lo, ya!"

Berbeda dengan Sehun yang rupanya menikmati drama buat-buatan di depannya, Chanyeol justru menggaruk tengkuknya terheran dengan sikap drama Yuri. Tidak menyangka dengan keluarnya kata putus dari Chanyeol, akan membawa dampak yang cukup panjang bagi mantan pacarnya itu.

Memang sering ada spesies cewek yang sama seperti Yuri. Dan itu membuat Chanyeol pusing 7 keliling untuk menuntaskan urusannya dengan cewek-cewek itu.

"Gue mengatakan faktanya. Kalo lo cewek pinter, nggak mungkin mau pacaran sama gue yang padahal udah jelas lo tau gue itu fuck boy, and asshole."

Kejadian yang terjadi selanjutnya adalah Chanyeol merasakan cairan lengket itu sudah membasahi hampir seluruh bagian tubuh atasnya.

Sialan, nih cewek, gerutu Chanyeol dalam hatinya.

"DASAR LO COWOK BANGSAT!"

Chanyeol akhirnya bisa menghela napas lega ketika melihat Yuri sudah menghilang dari pandangannya, walau is pun terkena imbasnya berupa disiram jus alpukat oleh mantan yang ke-sekian. Ia bersyukur Yuri bukanlah cewek yang tidak terlalu susah untuk dibuat menjauh dari jangkauan Chanyeol.

Karena dia pernah mendapat kasus ketika bersama dengan cewek lain yakni cewek di kampusnya, saat itu dia meminta putus dari cewek itu. Tapi respon cewek itu hanya membuatnya heran setengah mati.

Cewek itu selama sebulan lebih mengaku-ngaku masih menjadi pacarnya ketika ditanya oleh orang-orang. Bahkan cewek itu seringkali meminta dengan memohon untuk balikan lagi.

"Bravo! You're actually the real bad boy." Sehun bertepuk tangan sambil menepuk-nepuk bahu Chanyeol.

Chanyeol mendengus. "Definisi bad boy di pandangan lo kayaknya keliru. Bad boy itu cowok yang suka ngerokok, seks bebas ganti-gantian, pergi ke klub, dan suka nggak nurut sama orang tua."

Sehun baru saja ingin mejawab, namun Chanyeol sudah menyelanya. "Eh hun, gue balik, ya!"

"Weh, bayar ini dulu woy!"

"Bayarin elah!"

"EH ANJING!"

♡♡♡

Ji Byul 's POV

"Jangan lupa itu obatnya dimakan. Kalo bisa, lo jangan minum soda atau yang berakohol selama sakitnya masih kerasa. Istirahat," dia melepaskan helmnya dari kepala gue.

Gue merasa dipeduliin kalo diperlakuin sama cowok gini. Gue merasa keberadaan gue cukup berarti dengan diperlakuin sama cowok ini. Gue jadi merasa.. Gue cewek beruntung.

Seandainya aja yang ngelakuin itu semua adalah Chanyeol. Gue bahagia, banget.

Sakit itu udah mulai mereda, tapi pusing dikepala gue malah makin menjadi.

Rasanya aneh kalo mikirin ini cowok kayaknya baik dan perhatian sama gue. Gue aja nggak kenal, sih sebenernya dia siapa, udah semester berapa,  dan namanya pun gue nggak tahu.

Tapi gue merasa terharu melihat masih ada manusia yang berperikemanusiaan ke orang asing di jaman yang semakin banyak angka tindakan nggak bermoral ini.

"Jangan lupa banyakin minum air putih."

Gue mengangguk dan senyum kecil. Dia membalasnya dengan menatap gue lama.

"Oh iya, tadi nama lo siapa? Kang Ji Byul atau Han Ji Byul, ya? "

Bukannya merasa kesal dengan tingkah dia yang dengan mudahnya melupakan nama gue, gue justru malah tertawa pelan, yang membuat dia mengernyit bingung. "Kok malah ketawa?"

Gue kembali menetralkan ekspresi gue. "Abisnya, lucu aja ada yang gampang lupa nama orang yang baru beberapa menit lalu gue kasih tau."

Dia menggaruk lehernya, "Sorry, gue emang punya kesulitan dalam mengingat nama orang."

"Iya? Berarti nama-nama mantan lo juga udah nggak inget, dong?"

"I don't have an ex or anything like that."

"Really?"

"Just please trust me. I know that impossible. "

Gue sedikit kaget, sih ngedenger dia belum pernah punya pacar. Padahal mukanya aja cogan-cogan blangsak gitu.

"How can i trust you if you have an asshole faces?"

Bukannya tersinggung, dia malah justru tertawa, "Muka gue emang brengsek, i admit it."

Gue membalas dengan terkekeh kecil. Rasa sedih, sakit, dan juga kecewa itu sedikit berkurang dengan berinteraksi santai sama cowok ini.

"Mm, makasih, ya. Gue mau masuk dulu. Thank you so much for helping me today."

Dia mengangguk dan tersenyum.

Gue udah mau masuk teras dan membuka pintu, sebelum akhirnya ucapan dia membuat langkah gue berhenti.

"Eunwoo. Cha Eunwoo. Nama gue, for your information."

Gue senyum, dan mengangguk. Akhirnya gue masuk ke dalam apartment dengan keadaan yang sudah mulai membaik. Gue bersyukur ada manusia baik yang buat sakit gue seakan berkurang, walau hanya sedikit.

Gue membuka pintu apart gue. Gue menyalakan lampu ruang tamu dan duduk di sana sambil memijat pelipis. Pusingnya saat ini masih belum mereda, and it actually hurts.

Hurt because of this pain, and hurt because of.. Chanyeol?

"Abis darimana lo? "

Suara itu membuat gue terpekik kaget, bukan karena suaranya yang ngagetin, tapi karena sosok Chanyeol tiba-tiba aja muncul dari arah dapur.


"Chanyeol? Sejak kapan lo di sini?" Kata gue sambil mengusap dada saking kagetnya.

Sosok Chanyeol yang tadinya hanya terlihat siluetnya aja, sekarang dia muncul menampakkan mukanya yang bikin gue ngeri.

Oke, ini nggak baik. Chanyeol lagi marah. Tapi sama siapa? Gue?

Chanyeol menghampiri gue dan natap gue tajam. "Darimana gue tanya?" Tanya dia ulang dengan gertakan diakhir kalimatnya.

Jantung gue udah berdetak dengan cepat. Ditambah kepala gue yang makin pusing mikirin apa-apa aja yang bakal dilakukan Chanyeol ke gue selanjutnya.

Gue noleh ke dia, sambil meringis megang kepala gue yang nyut-nyutan. "Kampus," kata gue singkat.

Saat gue natap dia, entah kenapa dada gue malah makin sesak. Sesak mengingat perkataan Sehun tentang Chanyeol yang masih punya kebiasaan 'bad habit'nya itu.

Kalo misalnya apa yang diomongin Sehun benar, gue harus apa? Tetap mempertahankan Chanyeol? Karena gue rasa nggak mungkin kalo gue menjauh dari dia, karena gue nggak bisa melakukannya.

Semakin ngeliat muka Chanyeol, semakin sakit juga dada gue. Rasa sakit dan kecewa jelas udah gue rasain dari tadi.

Karena nggak tahan dengan keberadaan Chanyeol di depan gue, gue akhirnya membalikkan badan menghindari tatapan tajam dia yang menusuk. Lalu gue duduk di sofa sambil membuka obat yang tadi dibeli sama Eunwoo.

Gue meminumnya dengan tenang tanpa menghiraukan keberadaan Chanyeol.

Nggak tahu kenapa, gue udah capek. Malas berdebat sama Chanyeol. Walau gue ngomong kalo gue kecewa, sakit hati dan perasaan yang campur aduk ini ke dia, Chanyeol nggak bakal pernah mengerti dan menyadari kesalahan dia yang sebenarnya.

Dia menganggap gue baik-baik aja, but it wasn't.

Saat gue udah selesai minum dan berniat menaruh gelasnya di meja, gelas itu tiba-tiba terlempar dan akhirnya menjadi pecahan-pecahan kecil di lantai.

Gue udah pasti syok, dan kaget. Gue menatap Chanyeol yang sekarang lagi napas dengan nggak beraturan. Dia lagi nahan marah, dan ini pertanda buruk.

"Lo kalo udah bosen sama gue, bilang! Gak usah murahan gitu di depan cowok yang baru aja lo kenal!"

Dan saat itu juga gue tau, kalo Chanyeol udah keterlaluan dan berhasil nyakitin gue untuk yang kesekian kalinya.

Murahan?

I never even expect that he's going to call me a slut.

Di sini harusnya gue pihak yang marah, tapi kenapa malah dia yang marahnya nggak jelas gini?

Gue diam sambil natap dia nanar. Nggak tahu mau ngomong apa, padahal di pikiran gue udah banyak kalimat-kalimat yang pengen gue katakan ke dia.

Akhirnya dengan kesabaran yang udah mau habis, gue mengatakan hal yang nggak pernah gue katakan ke dia.

"Keluar."

Chanyeol nggak kaget, dia malah diam natap gue tajam, dia berniat menarik tangan gue sebelum akhirnya gue berteriak sambil natap dia kecewa.

"Keluar!" Teriak gue sambil menahan rasa sakit di kepala, dan juga di dada. Rasa kecewa dan sakit ini ternyata terasa lebih nyata saat gue sadar bahwa Chanyeol bukanlah cowok baik-baik.

Chanyeol keliatan kaget saat gue menepis tangannya yang pengen megang tangan gue. Anehnya, dia nggak menunjukkan rasa bersalahnya sedikit pun. "Lo nggak tau ya kalo gue—"

"Keluar atau hubungan kita berakhir sekarang aja?!!" Teriak gue dengan nada mengancam sambil memejamkan mata.

Chanyeol nggak berkutik. Dan akhirnya dia jawab, "Lo tau hal yang paling gue benci adalah ngeliat lo deket sama cowok lain. You are mine. Nobody deserve you as better as me. Sekali gue liat lo sama cowok lain, lo bakal nyesel di kemudian harinya."

Setelahnya dia pergi, meninggalkan gue yang terdiam mematung memikirkan perkataannya barusan.

Hal yang paling gue benci adalah ngeliat lo deket sama cowok lain, katanya?

Terus apa yang dipikiran dia ketika gue melihat dia deket sama cewek lain setiap saat? Menganggap bahwa gue baik-baik aja dengan itu semua?

Akhirnya lagi-lagi gue hanya bisa menelan kenyataan pahit, bahwa gue bakal selalu tau kalo Chanyeol nggak akan pernah menyadari kesalahannya.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top