Part 19 - Once Upon a Time, in a holiday

Aldrich melihat ke arah jam dinding di kamarnya entah untuk ke berapa kalinya hari ini. Jam sebelas lewat dua puluh.

Aldrich kembali menghela napas panjang seperti yang dilakukan sebelum-sebelumnya setiap melihat waktu terus berjalan dan belum ada bunyi pesan masuk dari ponselnya sejak tadi pagi.

Aldrich meraih ponselnya dan membuka aplikasi pengirim pesan walau tidak ada pesan yang masuk. Dia melihat pesan terakhir yang dikirimkan Felicia untuknya yang menanyakan apakah dia sudah sampai rumah dengan selamat semalam, setelah Aldrich mengantarkannya pulang setelah kencan mereka. Dan Aldrich juga sudah membalasnya sampai berakhir dengan ucapan selamat malam darinya untuk gadis itu.

Dan hingga siang ini Aldrich belum mendengar kabar darinya.

Aldrich merindukannya. Baru lebih dari dua belas jam mereka berpisah dan Aldrich sudah sangat merindukannya.

Felicia belum menghubunginya sama sekali. Padahal biasanya Felicianya sudah mengucapkan selamat pagi untuknya, bahkan sebelum dia terbangun. Namun tidak hari ini. Dan hal itu membuatnya gelisah.

Aldrich memutuskan untuk menekan layarnya dan menghubungi gadis itu terlebih dahulu.

"Halo, Al?" jawab Felicia segera setelah nada sambungnya baru berbunyi satu kali, membuat Aldrich terlalu bersemangat hingga mengangkat tubuhnya menjadi posisi duduk dengan terlalu terburu-buru.

"Cia, kamu dimana?" Tanya Aldrich reflek yang seketika membuatnya merasa menyesal karena terdengar begitu bodoh.

Apa pentingnya menanyakan dimana gadis itu berada. Dimana lagi gadis itu berada kecuali di rumahnya sendiri di hari libur seperti ini.

Namun jawabannya berhasil membuat Aldrich merasa tidak terlalu bodoh dibanding sebelumnya. Karena perempuan itu ternyata tidak sedang berada di rumah.

"Aku lagi di Mall, Al."

"Sama siapa? Bianca?" Tebak Aldrich mengingat segelintir teman Felicia yang dikenalnya.

"Nggak, aku lagi sama Mama kamu, Al," jelas Felicia.

"Siapa?" Tanya Aldrich yang kini merasa pendengarannya berkurang, walau dia mendengar dengan sangat jelas siapa yang disebut oleh Felicia barusan, "Mama aku? Kok bisa?"

"Tadi Mama kamu telepon aku ajak makan siang bareng." Jelasnya sebelum Aldrich bisa mendengar suara dari kejauhan di balik Felicia yang mengatakan kalimat seperti 'itu Aldrich ya? Ajak kemari aja!' Yang sangat familiar di telinga Aldrich.

Itu suara Mamanya yang penuh dengan segala akal dan Aldrich merasa alarm tanda bahayanya tiba-tiba berbunyi.

Felicia menyampaikan pesannya kepada Aldrich, "kamu mau kemari, Al? Kata Mama kalau kamu mau ikut kemari aja, kita makan bareng."

Aldrich bergerak turun dari ranjangnya dan memutuskan kilat, "aku ke sana sekarang, Cia."

Setelah mematikan sambungan ponselnya, Aldrich berjalan keluar kamarnya untuk memastikan bahwa Mama Vanessa benar-benar tidak ada di rumah. Dan benar saja, di ruang tamu, Aldrich hanya menemukan Papa Abby yang duduk sendirian dimana biasanya ada Mama Vanessa yang tidak berhenti bercengkrama di sisinya.

Aldrich buru-buru kembali ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian. Dia harus bersiap-siap untuk menghentikan apapun yang direncanakan Mamanya.

***

"Gimana? Aldrich mau kemari?" Tanya Mama Vanessa segera setelah Felicia mematikan sambungan teleponnya.

Felicia mengangguk, "iya, Tante."

Mama Vanessa tersenyum puas. Dia tahu putranya yang pemalas dan tidak pernah keluar kamar sebelum jam dua belas siang saat sedang libur itu pasti akan segera berubah pikiran saat tahu pacar kesayangannya ini diculiknya. Cara yang lebih ampuh dibanding bersusah payah mengajak si putra pemalas itu keluar.

"Oh iya, kamu jangan panggil Tante lagi, Fel. Panggil Mama aja kayak tadi kamu ngomong sama Aldrich, enak didengernya," kata Mama Vanessa memberikan senyuman lebarnya.

Sebenarnya Felicia merasa canggung, karena belum pernah sekalipun dia menyebut wanita lain manapun kecuali Mama Andreanya, namun dia tetap memberanikan diri saat memanggil wanita itu.

"Iya, Ma."

Mama Vanessa mengangguk puas, "Nah gitu dong lebih enak didengarnya."

Felicia tersenyum malu-malu.

Mereka sudah memesan makanan sejak sebelum Aldrich menelepon Felicia dan kini makanan pesanan mereka sudah terhidang di hadapan mereka.

"Kita makan dulu aja ya," ajak Mama Vanessa sambil menyodorkan sate ayam dan soto betawi lebih mendekat ke arah gadis di hadapannya.

"Kita nggak nungguin Aldrich dulu aja Ma?" Usul Felicia sambil memperhatikan makanan yang berhasil membuat perutnya bernyanyi bersama mengingat dirinya belum makan sejak tadi pagi. Namun membayangkan Aldrich yang belum makan siang dan pasti sama lapar dengannya membuat Felicia tidak tega untuk makan lebih dulu.

"Nggak usah, nanti kan dia bisa mesen makanan sendiri juga," kata Mama Vanessa cuek sambil mulai menuangkan lauk ke piring Felicia dan miliknya sendiri.

"Apa aku pesenin tambah duluan aja ya, Ma? Takutnya nanti kalau Aldrich nunggu lagi kasihan, pasti dia lapar," usulnya lagi sembari menggapai buku menu dan mulai membukanya untuk memilih tambahan menu.

Mama Vanessa menggelengkan kepala melihat kelakuan calon menantunya yang terlalu manis tersebut, "kalau begini caranya Mama nggak usah khawatir kamu nggak perhatian sama Aldrich ya. Mama aja kalah kalo kayak gini mah."

Felicia tertunduk malu atas perkataan Mama Vanessa yang sedikit menyindirnya.

"Maaf, Ma."

"Kok minta maaf sih? Mama seneng banget malah kalo kamu perhatian gini ke Aldrich," kata Mama Vanessa memberikan senyumnya, "tadinya tujuan Mama ketemu kamu mau minta kamu lebih perhatian ke Aldrich, tapi kayaknya nggak perlu lagi."

Felicia masih terdiam menanggapi sebelum Mama Vanessa kembali menambahkan.

"Udah tahu mau tambah pesen apa buat Aldrich?"

Felicia mengangguk, "tambah ayam goreng sama tahu telur aja gimana, Ma?"

Mama Vanessa mengangguk setuju, "boleh!"

Kemudian Felicia memesankan usulan yang baru saja disebutkannya itu kepada pelayan sebelum mereka melanjutkan makan.

"Kamu sama Aldrich udah kenal berapa lama, Fel?" Tanya Mama Vanessa di sela suapan makanan mereka masing-masing.

Felicia menghitung dalam hatinya kemudian menjawab, "sebulan lebih sih Ma, kira-kira."

"Baru sebulan?" Tanya Mama Vanessa terkejut, "Mama pikir kalian udah pacaran lebih lama dari itu."

"Iya, Felicia baru kenal Aldrich pas masuk kuliah, Ma." Jelasnya.

Mau tidak mau Mama Vanessa terkesima dengan kesenjangan pergaulan anak jaman sekarang dibandingkan saat dia muda dulu. Putra badungnya itu sudah berani-beraninya meniduri pacarnya yang baru dikenalnya kurang dari sebulan. Untung saja orangnya adalah Felicia, yang selain cantik dapat dipastikannya sangat menyayangi putranya.

Mama Vanessa berdeham sebelum melanjutkan, "Fel, mungkin kamu jauh lebih tahu dari Mama tentang tabiatnya Aldrich. Kamu harusnya udah tahu seberapa buruk tabiat anak satu itu. Dari kecil Aldrich itu badung banget, susah buat diatur. Mungkin karena dari kecil dia terlalu dimanja karena dia anak satu-satunya-tapi kamu anak satu-satunya nggak badung juga ya, Mama juga pusing kenapa dia bisa sebandel itu," Mama Vanessa asik berceloteh dalam monolognya.

"Tapi yang Mama mau bilang ke kamu, Mama minta kamu bisa berusaha maafin dan ngertiin dia kalau suatu saat dia buat kamu marah atau kecewa." Kata Mama Vanessa, "Ya, Mama nggak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi siapa yang tahu kan? Namanya juga anak cowok."

Felicia mengangguk paham. Dia sangat paham apa yang dimaksud oleh Mama Vanessa sebagai orang tua dari Aldrich Shah. Lelaki dengan sejuta emosi yang masih terus membuatnya penuh tanda tanya, namun tidak bisa membuatnya berhenti menyayangi lelaki itu.

"Iya, Ma. Felicia ngerti kok dan Felicia janji untuk bisa jadi yang terbaik buat Aldrich."

Mama Vanessa kembali tersenyum, bersyukur atas satu fakta lagi tentang calon menantunya ini, yaitu kecerdasannya.

"Makasih ya, Fel. Ayo kita lanjut makan lagi," Mama Vanessa kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sendiri sekali sebelum kembali menambahkan, "Oh iya, Mama hampir aja lupa, Mama bawa sesuatu buat kamu yang musti Mama kasih sebelum Aldrich sampai."

"Apa Ma?" tanya Felicia penasaran.

Mama Vanessa membuka isi tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar foto dan menyerahkannya kepada Felicia, "Ini buat kamu."

Felicia membelalakan matanya melihat beberapa lembar foto yang kini ada di tangannya. Tanpa perlu diberitahu oleh Mama Vanessa, dia bahkan sudah menyadari siapa yang menjadi subjek dalam foto-foto lama itu. Semuanya berisi foto Aldrich saat masih bayi, yang menurut Felicia sangat menggemaskan dan tampan.

"Ini beneran buat Felicia?" tanyanya tidak percaya tanpa mengindahkan pandangannya dari foto-foto tersebut.

Mama Vanessa mengangguk. Dia senang melihat mimik ceria di wajah gadis itu mendapatkan foto putranya, membuat perasaannya bangga sebagai seorang ibu.

"Ini foto waktu Aldrich baru lahir," katanya menunjuk foto pertama, "kalau yang ini dia pas lagi bandel-bandelnya," katanya menunjuk foto kedua.

"Kalau yang ini, Ma?" Kata Felicia melihat foto menggemaskan pilihannya saat Aldrich bayi menggunakan pakaian beruang, "Aldrich lucu di sini, Ma."

Mama Vanessa tertawa melihat foto tersebut, "Adrich paling kesal kalo Mama kasih lihat foto itu ke dia. Padahal buat Mama juga itu lucu banget, ya?!"

Felicia mengangguk tulus.

Tiba-tiba foto-foto di dalam genggamannya itu ditarik oleh seseorang yang tidak mereka sadari sudah berada di sana selama beberapa saat.

"Apaan sih Ma? Norak tau bawa-bawa foto kayak ginian!?" Kata Aldrich saat menyadari foto apa yang menjadi pusat perhatian kedua wanita tersebut. Terutama Felicianya yang kini sudah melihat foto aib masa kecilnya itu. Padahal dia selalu membangun image cool setiap kali bersama gadis itu.

Felicia berusaha merebut kembali foto itu dari tangan Aldrich yang mengangkat lengannya menjauh dari Felicia.

"Al, balikin. Itu Mama kasih ke aku." Kata Felicia dengan nada memohon.

"Nggak, fotonya aku mau buang aja. Buat apa kamu simpen foto tua gini." Kata Aldrich masih bersikeras menjauhkan foto tersebut dari Felicia.

"Itu punya aku, Al! Kamu nggak boleh buang!" Kata Felicia lagi dengan nada merajuk, "kalo kamu buang, aku marah."

Aldrich kesal, namun perlahan-lahan menurunkan lengannya dengan tidak rela, hingga gadis itu berhasil mengambilnya kembali.

Felicia buru-buru menyembunyikan foto-foto tersebut ke dalam tasnya supaya tidak direbut oleh Aldrich kembali.

"Janji jangan disebar ke siapa-siapa fotonya!" Perintah Aldrich dengan suara datar.

Felicia mengangguk patuh sambil mengucapkan terima kasih kepada Mama Vanessa.

Aldrich bergabung disana sambil melihat wajah Mamanya dengan curiga.

"Mama ngomong macem-macem apa sama Felicia?" tuduhnya sambil duduk di samping Felicia.

Mama Vanessa mengangkat alis dan pundaknya bersamaan, berpura-pura tidak paham apa yang dimaksud oleh putranya itu. Dia sadar bahwa terlalu banyak kejahilan yang dilakukannya untuk mengganggu putra semata wayangnya tersebut dan membuat Aldrich selalu curiga dengan gerak geriknya.

Felicia menahan lengan Aldrich untuk memperingatinya karena merasa apa yang dituduhkan lelaki itu sangat tidak sopan kepada Mamanya sendiri.

"Sebenernya Mama belum selesai ngomong sama Felicia," kata Mama Vanessa melanjutkan, "Tapi mumpung ada kamu sekalian deh Mama ngomong ke kamu juga."

Mama Vanessa mengalihkan pandangannya kembali kepada Felicia, "Aldrich masih bayi menurut kamu lucu nggak, Fel?"

Felicia mengangguk bersemangat tanpa bisa ditahannya setiap mengingat Aldrich bayi di foto tadi. Dia berjanji akan memasang foto-foto tadi di pigura begitu dia sampai di rumah nanti.

"Kamu mau punya anak bayi lucu kayak Aldrich nggak?" tanya Mama Vanessa lagi.

Felicia tampak ragu, namun mengangguk menanggapi pertanyaan Mama Vanessa.

Dan seolah merasa mendapat titik terang sesuai apa yang diharapkannya, Mama Vanessa segera menambahkan, "Kalau gitu kalian cepet bikin dong. Nanti masalah ngomong sama Mama Papanya Felicia biar Mama yang urus. Yang penting kalian sukses bikinnya ya."

Wajah Felicia memerah mendengar permintaan vulgar calon mertuanya.

"Mama!" Kata Aldrich kesal.

Tentu saja dia tahu ada yang tidak beres atas apa yang dilakukan oleh Mamanya. Mama Vanessa pasti selalu punya rencana menjengkelkan untuknya.

***


Bonus foto2 Aldrich buat kalian yang setia menunggu 😘
Sekalian mau ijin dan minta maaf dulu kalau mungkin mg ini cuma bs update 2 atau 3 part,, karena ak lg ad kerjaan dadakan 😥🙌🏻
Mg dpn akan diusahakan rajinan yaa hehehe
Enjoy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top