Part 12 - Being a Jerk

"Aldrich.." panggil seseorang yang sangat dikenalnya saat dia dan kedua sahabatnya sedang duduk di tempat nongkrong favorit mereka, kantin kampus.

Aldrich kehilangan senyumnya yang sedari tadi bertengger di wajahnya segera setelah melihat siapa yang baru saja memanggilnya.

Felicia berdiri di hadapannya sambil memeluk buku-bukunya. Dia baru saja selesai dari salah satu kelas paginya dan berhenti di kantin saat melewatinya dan menemukan Aldrich di sana.

Awalnya dia ragu untuk menghampiri lelaki itu mengingat seberapa dingin sikap Aldrich kepadanya sejak kemarin sore. Lelaki itu bahkan tidak membaca pesannya sampai hari ini. Namun dia berusaha menghilangkan semua pemikiran buruknya dan menyapa Aldrich lebih dulu. Toh walau sempat beberapa kali Felicia merasakan kegelisahan seperti ini, semuanya tidak pernah terbukti. Aldrich tetap memperlakukan dia dengan baik setiap dia mengira lelaki itu akan bersikap dingin kepadanya. Felicia mengambil kesimpulan mungkin mood lelaki itu sedang tidak baik saja.

Namun melihat senyum Aldrich yang pudar seketika begitu melihat dirinya barusan, sepertinya Felicia harus menyadari bahwa dirinya salah hari ini.

Aldrich melempar pandangan ke arah lain seolah dia tidak melihat gadis itu sama sekali barusan.

"Fel, duduk sini!" Kata Jonathan tidak tega melihat kelakuan keterlaluan sahabatnya barusan.

Dan Felicia duduk di kursi yang berhadapan dengan Aldrich dan Andreas, Jonathan duduk di sampingnya.

"Baru kelar kelas?" Tanya Jonathan.

Felica mengangguk, "Bianca mana?"

"Dia cuma ada kelas siang. Mungkin bentar lagi baru sampe."

Felicia hanya menjawab dengan anggukan pelan tanda paham. Pandangannya kembali kepada lelaki yang mengacuhkannya itu, "Al, udah makan?"

"Udah," jawabnya sesingkat mungkin.

"Kamu ada kelas lagi habis ini?" Tanyanya lagi masih berusaha mengajaknya berbicara.

"Ada." Katanya tanpa usaha.

Felicia kehabisan pertanyaan karena tidak ada niat dari lelaki itu untuk berbicara dengannya.

Suasana di antara menjadi tidak nyaman dan Aldrich berharap perempuan itu segera pergi dari sana karena perlakuannya, namun tidak.

Andreas yang merasakan suasana canggung itu menemukan cara untuk membantu sahabatnya ketika melihat sesosok perempuan cantik berjalan ke arah mereka.

"Selomita!" Panggil Andreas sambil melambaikan tangannya, "sini!"

Selomita kelihatan tertarik saat melihat ada Aldrich di samping Andreas dan berjalan mendekat ke arah mereka, walau wajahnya sedikit kecewa melhat perempuan yang mengacaukan acara ulang tahunnya dua hari lalu.

"Cantik banget hari ini, Sel," kata Andreas memuji yang membuat gadis itu mengibaskan rambutnya puas.

"Apaan sih lo, Dre? Pasti ada maunya deh!" Kata Selomita berpura-pura tidak suka, namun sedikit menaikkan dagunya.

"Duduk dulu dong!" Kata Andreas menyilakan tempat duduk untuknya di sebelah Aldrich yang tentunya disambut dengan sangat baik.

Selomita duduk manis dan sengaja memberikan jarak yang sangat dekat dengan lelaki di sisinya.

"Kemarin DJ yang lo panggil asik tuh, Sel," kata Andreas berusaha mencari topik.

Selomita kembali menegakkan dagunya sebelum menjawab, "Lo suka? DJ Don kenalan gue. Lain kali kalo lo mau, gue bisa minta dia kasih tiket masuk gratis pas dia yang lagi nge-DJ."

"Wah, boleh tuh!" kata Andreas bersemangat sambil menyenggol lengan Aldrich yang sedang terlipat rapi di atas meja, menyampaikan kode kepada sahabatnya itu.

Dan Aldrich menangkap kode itu dengan sangat baik. Dia berusaha memberikan senyum terbaiknya sambil menengok ke arah Selomita, sebelum sedikit melirik ke arah Felicia yang masih memandang bingung ke arahnya, "Kapan-kapan kita clubbing bareng lagi."

Selomita membulatkan matanya yang berbinar mendengar kalimat Aldrich barusan. Tentu saja dia tidak akan membiarkan kesempatan ini lewat begitu saja. Selomita memberanikan dirinya dan melingkarkan tangannya perlahan ke lengan Aldrich yang tidak jauh darinya.

"Bener ya? Kemarin kamu balik cepet-cepet sih, Drich! Janji ya kita pergi have fun bareng! Pokoknya nggak boleh pulang kalo belom mabok!" Selomita semakin agresif saat tidak ada penolakan dari Aldrich dengan semakin memajukan tubuhnya.

"Boleh," kata Aldrich sambil tersenyum tipis.

Matanya kembali sedikit mencuri pandang ke arah Felicia saat berbicara dengan Selomita, seolah ada magnet yang terus menariknya ke sana. Hatinya mencelos saat melihat Felicia memandangnya dengan mata berlinang.

"Gue ada kelas habis ini, gue pergi duluan ya," kata Felicia menunduk sambil terburu-buru berdiri dari sana. Entah kepada siapa dia berbicara. Dia hanya berusaha masih ada yang mau menanggapinya walau barusan Aldrich dan Selomita menganggapnya tidak ada. Felicia berusaha menjaga suaranya yang mulai terdengar sengau karena menahan tangis.

"Iya, Fel," jawab Jonathan yang membuat Felicia sedikit lega. Setidaknya dia tidak benar-benar tidak kelihatan seperti apa yang dikiranya.

Felica segera pergi dari kantin itu. Hatinya sakit seperti ditusuk-tusuk benda tajam untuk pertama kali dalam hidupnya.

Jonathan mengepalkan tinjunya ke udara untuk memperingati Andreas akan kekesalannya segera setelah melihat Felicia hilang dari pandangan mereka. Seolah mengatakan 'lihat apa yang lo lakuin!' kepada sahabatnya satu itu, yang mengacaukan segalanya dengan ide yang menurutnya brilian itu.

Dan Andreas hanya mengangkat bahunya tidak bersalah seolah berkata 'gue salah apa?'. Menurutnya dia tidak melakukan kesalahan apapun kecuali membantu sahabatnya sendiri.

Aldrich sendiri berusaha melepaskan lengannya dari pelukan perempuan agresif di sampingnya. Pikiran dan perasaannya kalut dan dia tidak bisa berbuat apa-apa dengan kenyataan itu. Kenyataan bahwa dia membuat Felicia terlihat terluka seperti tadi.

"Drich, kamu kenapa?" tanya Selomita yang nampak bingung dan tidak tahu apa-apa. Sekali lagi dia berusaha menyentuh lengan lelaki itu dan melingkarkan tangannya.

Sekali lagi Aldrich menepis tangannya.

"Mit," Aldrich merasa suaranya tercekat saat memanggil nama itu. Kenangan bahwa seseorang keberatan dengan caranya memanggil Selomita membuatnya berhenti dan mengoreksi kata-katanya, "Sel," panggilnya, "Jangan sentuh gue!"

Entah kenapa di saat seperti ini dia masih memikirkan Felicia.

"Maksud kamu apa? Kamu kenapa, Drich? Kenapa kamu tiba-tiba berubah manggil aku 'Sel'?"

Setidaknya kini harus diakuinya bahwa Felicia tidak terlalu mengada-ada saat dia memikirkan tentang bagaimana cara Aldrich memanggil perempuan lain dan apa akibatnya. Karena ternyata Selomita juga memikirkannya.

Aldrich memanggil perempuan itu dengan Mita, tanpa pemikiran apapun. Dia memanggilnya begitu sejak awal mereka kenal hanya karena dia merasa lebih mudah menyebutnya demikian dibandingkan 'Selomita'. Dia tidak menyangka sama sekali bahwa perempuan itu menganggapnya berbeda.

"Mumpung ada kesempatan kayak gini, lebih baik gue lurusin semuanya sama lo, Sel. Hubungan kita udah berakhir, dan gue nggak berniat sama sekali balikan sama lo. Jadi, lebih baik mulai sekarang lo nggak usah deket-deket sama gue. Nggak usah punya harapan apa pun lagi ke gue."

Kalimat-kalimat itu meluncur dari mulutnya sebegitu mudahnya untuk menjadikan dirinya bajingan di depan Selomita. sementara dia bahkan tidak berani memandang mata Felicia tadi karena takut melihatnya terluka.

Selomita menampakkan kekecewaannya. Dia berdiri dan melayangkan tamparan ke wajah lelaki itu.

"Kamu brengsek!" makinya sebelum berjalan pergi dari sana dan menjadikan Aldrich tontonan.

Aldrich mengusap pipinya yang panas akibat tamparan perempuan itu yang sama sekali tidak dipedulikannya. Seharusnya Felicia menamparnya seperti yang dilakukan perempuan barusan. Dan bukan pergi meninggalkannya tanpa berbuat apa-apa sambil memperlihatkan wajah hampir menangisnya, yang hanya membuat Aldrich merasa merana memikirkannya seperti sekarang.

Jonathan dan Andreas menatap drama di depan mata mereka barusan dengan terkejut.

"Lo nggak apa-apa, Drich?" kata Jonathan berhati-hati sambil memperhatikan pipi sahabatnya yang memerah itu.

Aldrich tidak menjawab. Dia hanya berdiri mengambil kotak rokok dan pematiknya.

"Gue mau ke atap," katanya singkat.

"Mau gue temenin?" tanya Jonathan dan Andreas bersamaan.

"Sendirian." katanya menambahkan.

"Oke," kata mereka pasrah.

Sepertinya sahabatnya itu memang butuh waktu sendirian. Mereka tidak pernah melihat Aldrich semerana itu setelah mendapatkan tamparan dari seorang perempuan. Atau entah karena hal lainnya.

***

"Hei, Fel!" panggil Bianca dengan tepukan penuh semangatnya.

Bianca baru saja tiba di kampus siang ini, dan dalam perjalanannya menuju kantin untuk bertemu dengan pacarnya, Jonathan, saat berpapasan dengan Felicia.

"Lho? Lho? Mata lo kenapa merah?" tanyanya dengan kaget otomatis melihat mata berlinang Felicia.

"Lho? Lho? Kok malah nangis?" katanya semakin panik saat Felicia mulai menangis setelah melihat perempuan di hadapannya itu.

Felicia berusaha menahan tangisannya semenjak tadi keluar dari kantin. Dan kini, saat melihat seseorang yang beberapa hari ini cukup dekat dan baik dengannya, tanpa bisa dihentikannya lagi, Felicia merengek sambil memeluk Bianca.

"Ada apa sih, Fel? Kok tiba-tiba lagi jalan bisa nangis gini? Siapa yang jahat sama lo?" kata Bianca sambil menepuk-nepuk pundak gadis itu menenangkan, "Yuk, kita pindah ke tempat yang sepi. Nggak enak banyak yang liatin di sini," Bianca mengedarkan pandangannya melihat banyaknya mata yang memperhatikan mereka.

Bianca yakin sebagian pandangan sekelilingnya ini bukan hanya penasaran dengan kenapa Felicia dan dia berpelukan seperti ini. Gosip bahwa gadis di pelukannya ini dan Aldrich melakukan adegan panas di tengah-tengah lantai dansa pasti sudah tersebar di seantero kampus. Apalagi acara yang mereka jadikan sebagai tempat kejadian itu merupakan acara ulang tahun Selomita yang notabene adalah perempuan yang masih belum bisa move on dari Aldrich walau lelaki itu sudah berganti pacar beberapa kali lagi sejak dia berpacaran dengan Selomita.

Sebenarnya Bianca hendak menyampaikan kepada Felicia, sahabat barunya itu, pagi ini, bahwa ada salah satu temannya yang tidak diundang oleh Selomita ke acara ulang tahunnya dan sudah mengetahui berita ini serta menanyakan keabsahan berita ini kepadanya. Yang artinya gosip ini sudah tersebar jauh lebih cepat dari kisi kisi ujian.

Tapi saat ini ada hal yang lebih penting untuk dibicarakannya dengan Felicia. Dan dia perlu mencari dulu tempat aman tanpa gangguan untuk mereka bercerita.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top