11. Misteri Dian yang Padam (Spesial SPA'21 part 2 & KP part 1)
Edisi Spesial Scarlet Pen Awards 2021 untuk RekomeNovel M/S/T masih berlanjut, dan kali ini dipadukan dengan Edisi Spesial Karya Perdana. Loh, kok bisa gitu?
Sebagai pembuka penjelasan, saya tampilkan dulu picture dari masing-masing edisi spesial ini. Yuk dilihat 👇
Jadi, novel Misteri Terakhir milik novelis senior Tante S.Mara Gd bersinar di ajang SPA'21 itu dengan memenangkan sekaligus 3 kategori. Sesuai dengan judulnya, novel ini merupakan penutup seri duo Kosasih-Gozali, tokoh detektif dengan kearifan lokal yang beliau pertemukan di judul berikut.
Judul : Misteri Dian yang Padam
Genre : misteri detektif, drama-romansa
Pengarang : S. Mara Gd
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 979-511-693-2
Cetakan : Kedua (Februari 1993)
Pertama kali diterbitkan: Januari 1985
Untuk rekomen kali, saya buka dengan 'profil' misteri singkatnya:
Gadis dua puluh tahun asal Ngawi yang bernama Dian Ambarwati datang ke Surabaya sekitar dua bulan sebelumnya. Dia bekerja di Biro Periklanan Ramanda dan tinggal di tempat kos milik Nyonya Narti di Jalan Mawar. Meski disayangi orang-orang di sekitarnya, sepertinya tidak ada yang tahu kehidupan pribadi Dian di Ngawi.
Setiap hari Dian datang ke kantor bersama seorang rekan yang bernama Puji. Awalnya dia juga pulang diantarkan Puji, tetapi setelah berpacaran dengan Insinyur Drajat, si insinyur inilah yang mengantarkannya pulang setiap sore. Saat terakhir rekan-rekan sekantor melihat Dian yaitu pada sore hari sebelum kejadian, ketika sang pacar datang menjemput pulang. Keesokan paginya, dia ditemukan dalam keadaan sudah meninggal oleh seorang gelandangan.
Sebuah tas hitam yang hampir kosong ditemukan tidak jauh dari tempat mayatnya tertelungkup. Di situ ada sehelai saputangan, sebotol minyak angin kecil, sebuah sisir, sebuah kaca kecil, sebatang gincu bibir, dan KTP miliknya dengan alamat Ngawi, serta sebuah anak kunci.
Ya, kalian memang tidak salah baca, novel pertama karya novelis perempuan yang dijuluki sebagai Agatha Christie Indonesia ini lahir di tahun 1985. Saya sendiri baru berusia balita saat itu. Awalnya, beliau berprofesi menjadi penerjemah novel-novel milik Sang Ratu Cerita Kriminal Dunia yang sampai sekarang hak terjemahannya dipegang oleh pihak Gramedia. Selanjutnya ya bisa ditebak. Tokoh-tokoh fiksi detektif mendunia ciptaan Agatha menjadi inspirasinya, dari Hercule Poirot, Hastings, hingga Miss Jane Marple. Sehingga terciptalah duo Kapten Polisi Kosasih dan sahabatnya yang mantan napi yaitu Gozali.
Penggambaran karakter serta pemikiran Gozali di novel perdana cukup menimbulkan kesan mendalam. Sepertinya sosok yang satu ini lebih cocok untuk hidup di masa kini yang lebih mementingkan kehidupan karier atau profesi, serta kesendirian tanpa pasangan hidup. Selain dia, salah satu tokoh perempuan yang mereka wawancarai (saya sengaja mempertahankan istilah ini ketimbang memakai kata investigasi) juga punya pandangan, pemikiran, dan kepribadian yang kuat. Siapa lagi kalau bukan Herlina Subekti, tunangan si Insinyur Drajat, yang juga berpikiran maju dan cerdas untuk ukuran orang sezaman mereka.
Kosasih sendiri, yah mewakili pria (pada umumnya) sezamannya yang hidup 'lurus' dan lebih menyayangi keluarga. Seorang istri dan empat orang anak. Kalau dilihat sekilas di seputar karya-karya berikutnya tentang duo tokoh ini, sang pengarang akan menceritakan salah satu anak Kosasih.
Goodreads Indonesia mencatat ada 30 judul utama untuk seri Kosasih-Gozali ini. Dari semuanya itu ada 2 keunikan:
1. Semua judul diawali dengan kata Misteri, kecuali novel Suami (#9) dan novel Isteri (#15). Setelah kisah si Dian ini, ada Misteri Sutra yang Robek (#2), Misteri Gugurnya Sekuntum Dahlia (#3), dan seterusnya. Ada beberapa judul dibuat lebih dari 1 buku, selain Misteri Terakhir sebagai yang terbaru plus terakhir ini.
2. Biasanya ada halaman Daftar Pelaku.
Terlepas dari kata para pengulas lain di tulisan mereka, memang harus diakui kalau kelebihan novel ini terletak pada:
1. Alurnya yang rapi, dan cara penceritaan yang sistematis. Dari sudut pandang investigasi pun demikian. Ini turut diperkuat oleh kelebihan berikutnya.
2. Gaya bertutur yang sesuai dengan zamannya. Novel yang mewakili era kepenulisannya memang jelas berbeda dari penulis masa kini yang mencoba menulis fiksi historis. Bagi beberapa pengulas lain yang hidup sesudah era 1990, sangat mungkin hal ini tidak sesuai dengan selera mereka.
3. Tokoh-tokoh dengan segala keunikan karakter mereka yang tidak bisa dilupakan. Mungkin bila dibandingkan dengan karya-karya yang lebih modern, akan jadi menimbulkan kesan klise, namun para pembaca dengan perasaan sentimentil dipastikan akan menyayangi (bukan cuma menyukai saja) hampir semua tokoh.
4. Meski porsinya sedikit, saya mau menyoroti hasil dari investigasi forensik. Maklumlah, di era itu, karya-karya serial TV lokal hampir tidak ada bergenre kriminal-detektif. Ini terlihat dari dialog panjang milik Gozali setelah mengaitkan hasilnya dengan keterangan dari salah satu narasumber:
"...kita bisa menganggap bahwa kangkung yang ditemukan dalam perut korban adalah kangkung yang dimakannya sekitar pukul tujuh, antara pukul tujuh kurang seperempat sampai pukul tujuh. Kangkung itu memberikan sedikit keterangan tambahan pula bagi kita. ..."
5. Bagi pembaca yang menggemari karya dengan dialog-dialog dinamis yang berbobot, novel ini sungguh memuaskan. Beberapa di antaranya merupakan penggambaran karakter si tokoh yang mengucapkannya. Sejak awal kepenulisan, saya pribadi sudah memakai cara ini. Saya tuliskan juga sebagai penutup edisi dobel spesial ini.
6. Kover yang menarik dalam kesederhanaan konsep desainnya. Memang sama persis kalau dibandingkan dengan kover lawas novel-novel Agatha Christie terbitan jadul, dan begitu juga dengan keseluruhan desain isi bukunya. Sekali lagi, sangat mewakili zamannya. Kadang saya suka merasa jengah membaca karya lama dengan konsep desain kekinian yang kadang juga suka terasa aneh.
7. Terpenting dari keenam poin sebelumnya, banyak pesan moral klasik yang disampaikan melalui kisah si Dian ini. Semuanya dikemas dengan cara sederhana melalui 'ilustrasi' kehidupan para tokoh yang memang sesuai untuk keadaan segala zaman. Maka, novel ini sangat layak dibaca remaja tahap akhir atau dewasa muda.
Astardi Sky
RekomeNovel M/S/T('21) no.11
10 Februari 2021
"Kalau di dunia ini setiap orang diizinkan berbuat sesukanya, manusia sudah lama punah!" (Herlina Subekti)
"Ia masih muda sekali, masih polos, sehingga memandang segala sesuatu dengan terlalu gampang." (Puji)
"Setiap hari saya mendoakannya, memohon keselamatannya, memohonkan kesempatan agar kami bisa bertemu kembali. Tidak disangka kami harus bertemu kembali dalam keadaan demikian." (Menora)
Gozali:
1."Malam ini kami tidak ada waktu untuk tidur. Kami punya banyak tugas, kami harus segera kembali."
2."...uang bukanlah pangkal segala kejahatan, melainkan ketamakan akan uang itulah yang merupakan pangkal segala kejahatan."
3."Tidak ada manusia yang total baik atau total jahat di dunia ini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top