4 - Till Death Tear Us Apart

Status      : Very recommended

Judul       : Till Death Tear Us Apart ( 愉此一生)

Jenis        : Drama

Genre       : Historis, action

Banyak      : 15 episode

Durasi        : 20 menit per episodenya

Rilis            : 14 Februari 2018 di QQLive

Negara      : China

Based on  : Novel BL ‘Love in a Blaze/ A Lifetime Love’ karya Nan Zhi

Sinopsis:

~[Liu Yu Sheng adalah seorang komunis yang juga berprofesi sebagai guru. Suatu hari, ia bertemu dengan teman lamanya, Zhao Yao Hua yang kebetulan sedang melakukan kesepakatan dengan pebisnis Jepang. Sejak saat itulah, keduanya menjadi berteman dekat kembali, sangat dekat sampai Zhao Yao Hua memberikan semua yang ia punya untuk Liu Yu Sheng, kecuali toleransinya terhadap komunis.]~

Till Death Tear Us Apart, jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia bisa berarti ‘sampai maut memisahkan’ (cmiiw). Sebenarnya saya ogah-ogahan nonton film ini karena judulnya menyiratkan ending yang saya kira bakal menyedihkan. Terlebih dengan tema perang-perangan + bromance, makin malaslah saya memutarnya. Namun, karena genrenya historis, dan cast-nya tamvan rupawan, saya pun akhirnya mengabaikan kata ‘till death’ pada judul, serta berpura-pura bahwa ini adalah drama BL.

Jangan tanya mengapa film ini berbelok dari boyslove ke bromance. Karena, jika dihubungkan dengan China, semua fujodanshi pasti sudah tahu jawabannya.

Film ini berlatar di wilayah Chengdu, sebuah kota terbesar di Tiongkok Barat yang sekaligus menjadi ibukota provinsi Sichuan. Mengenai setting waktu, saya menebak sekitar tahun 1940-an, di mana perang saudara Nasionalis-Komunis terjadi.

Jadi, saat itu negara Tiongkok masih di bawah pemerintahan Kuomintang (Partai Nasionalis). Pemerintahan ini masih mewarisi permasalahan akibat invasi Jepang yang semakin kuat di Tiongkok sebagai imbas dari 21 tuntutannya di tahun 1915.

Meski negara krisis, tapi kondisi ini memberikan keuntungan tersendiri pada Zhao Yao Hua. Ia adalah seorang konglomerat. Kerja sama pemerintah dengan Amerika seolah memberinya angin segar untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Juga, dengan adanya invasi Jepang seakan mempermudah kegiatan bisnisnya dengan warga negeri bunga sakura itu.

Terlebih, Chengdu merupakan wilayah penghasil produk pertanian terbesar di wilayah Tiongkok, sehingga banyak pebisnis Jepang melirikkan mata. Kerja sama ini membuatnya semakin kaya, berbanding terbalik dengan petani yang mendapatkan keuntungan tidak seberapa. Ditambah, saat reformasi agraria mulai terlupakan, membuat para petani makin kesulitan dan kelaparan. Juga, kondisi negara yang sedang krisis, membuat rakyat semakin menderita. Pemerintah memilih untuk lebih fokus menitikberatkan kekuasaan militer dan rekayasa politik daripada membangun institusi negara untuk menyejahterakan rakyatnya. Juga, mereka lebih mendukung reunifikasi dengan RRT daripada merdeka. Hal ini semakin menyengsarakan rakyatnya.

Revolusi Tiongkok yang selama ini digerakkan oleh kalangan nasonalis revolusioner telah gagal mendirikan republik yang stabil. Para panglima perang berebut kekuasaan dan malah bekerja sama dengan kekuasaan asing (Jepang) untuk kepentingan pribadinya.

Hal tersebut memicu kecaman dari para kaum intelek, sehingga memunculkan aktivis dengan paham baru seperti marxisme dan anarkisme (komunis). Mereka melakukan berbagai gerakan dengan tujuan mengakselerasi pemikiran di ranah publik, memperkuat sentimen nasionalis, dan menumbuhkan kesadaran akan kemajuan, demokrasi, kebebasan, dan individualisme.

Begitu pun dengan Liu Yu Sheng yang termasuk kalangan kaum intelek dan komunis. Ia yang bekerja sebagai guru menanamkan semangat kebangsaan pada siswanya. Ia pun berhasil menggerakkan para pelajar itu untuk melakukan protes. Dalam sejarah Tiongkok, bukan hanya pelajar saja yang melakukan demo, tapi juga kaum buruh dan aktivis anti-Jepang. Tujuan komunis yang lebih mengedepankan kesejahteraan rakyat itu pun berhasil mendapat banyak dukungan dalam waktu singkat.

Aktivitas yang diindentikkan dengan komunis itu menjadi ancaman untuk pemerintahan Kuomintang. Maka, mereka melakukan pembersihan besar-besaran atas pengaruh komunis melalui aparatur penegak keamanan negara. Tak terkecuali dengan keluarga Zhao Yao Hau yang kakak dan ayahnya yang menempati posisi tinggi dalam bidang militer. Mereka pun melakukan pengejaran pada para komunis. Hal inilah yang menyebabkan Liu Yu Sheng dan teman-temannya menyembunyikan identitas mereka. Bahkan untuk saling bertukar informasi dan rencana pun harus menggunakan kode dan isyarat.

Dalam sejarah Tiongkok, peristiwa inilah yang disebut sebagai perang saudara Nasionalis vs Komunis. Partai Komunis menang dan menggulingkan pemerintahan Kuomintang, lalu terbentuklah negara Republik Rakyat Tiongkok tahun 1949.

Filmnya berat? Hehe 😅😅, biasa saja sebenarnya. Uraian di atas tidak akan dijabarkan dalam film, kok. Itu hanyalah pikiran saya sendiri menggunakan cocoklogi sejarah. Jadi, kalian tidak perlu menyerap semua informasi yang membuat kepala pecah ini. Kalian cukup duduk diam dan menikmati adegan dengan tenang. Seiring berjalannya episode, kalian akan paham.

Meski begitu, saya tetap menyarankan untuk mempelajari sejarah Tiongkok terlebih dahulu supaya mudah mencerna filmnya. Jika tidak, kalian akan dibingungkan dengan pertanyaan apa, siapa, dan mengapa, tanpa ada penjelasan sampai film berakhir. Contohnya, saat beberapa tokoh menyebut ‘Kuomintang’ dalam dialog. Tanpa punya pengetahuan sebelumnya, kalian hanya akan bertanya, “Siapa Kuomintang itu, dan mengapa keluarga Zhao Yao Hau melayaninya?” Atau, “Apa Kuomintang itu, dan mengapa tindakan Liu Yu Sheng dianggap bertentangan dengannya?”

Bahkan bisa jadi kalian mengeryitkan dahi mengenai latar belakang konflik di mana mereka memerangi komunis, mengingat RRT saat ini adalah negara komunis. Atau, alasan mengapa mereka harus memerangi Jepang (anti-japanesse war), padahal China dan Jepang itu satu rumpun? Juga, nasib Zhao Yao Hau yang hampir mati karena permasalahan beberapa karung beras dengan Jepang.

Percayalah, semua pertanyaan ini akan terkesan konyol dan tidak akan terjawab kecuali kalian mempelajari sejarah.

Secara pribadi, saya memberi bintang 9/10 (🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐) pada film ini. Banyak alasan yang membuat saya sangat puas untuk menikmatinya. Pertama, dari alur cerita filmnya.

Semua cerita yang informatif, sangat bagus menurut saya. Film semacam ini bukan hanya menghibur, tapi juga menambah pengetahuan. Saya bisa belajar sambil bersenang-senang. Saya adalah tipe penganut Konfusius, ‘I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand’. Jadi wajar, jika metode belajar saya adalah ‘melihat dan melakukan’, karena jika hanya diterangkan, jangankan tahun depan, besok saja saya sudah lupa. Jadi, untuk tipe orang seperti saya, menonton film ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang sejarah, politik, dan geografi.

Sekilas memang terkesan kuno dan jadul. Namun, film ini diproduksi dengan kualitas yang sama dengan film-film yang lahir tahun 2017-an. Jadi, tidak perlu khawatir akan adanya gambar yang buruk serta suara yang tidak jelas. Sementara dari segi isi cerita, saya akui memang mengecewakan karena perbelokan tema dari BL ke bromance. Tapi chemistry semua tokohnya cukup untuk menutupi itu semua, kok. Perlakuan satu sama lain sudah lebih dari cukup untuk memuaskan imajinasi saya.


Bagian yang paling saya suka dari film ini adalah ending-nya. Kejutan yang disuguhkan di menit-menit terakhir sangat tidak terduga. Jika pada film lain, kita bisa menebak ending di pertengahan episode akhir, Till Death Tear Us Apart ini menyajikan perubahan plot di satu menit terakhirnya. Bayangkan! Satu menit! Rasanya itu, selama 19/20 menit perasaan saya termainkan begitu saja. Tangan saya sangat gatal ingin spoiler btw, untungnya tidak keceplosan. Hehe 😅😅.

Kedua, dari tokohnya. Till Death Tear Us Apart ini bukan ajang para pemain memulai debutnya. Sebelumnya, mereka berempat pernah main bersama juga sebagai pemeran utama di film berbeda dengan tema yang sama. Jadi, kemampuan mereka tak perlu diragukan lagi, kan?

Tapi dari segi akting, mereka sama sekali tidak mengecewakan. Mereka bisa mendalami peranan masing-masing, seolah memang seperti itu aslinya mereka. Terlebih, keempatnya juga tampan rupawan. Ketersediaan vitamin see-nya lebih dari cukup untuk mencukupi kebutuhan harian.

Ketiga, dari soundrack. Baik opening atau pun ending, jenis theme song yang digunakan sangat khas sekali dengan budaya China. Lagu-lagunya slow dan menenangkan. Bahkan, jika dibuat versi instrumental, itu sangat baik untuk pengiring meditasi dan yoga.

ARTIST

Jiang Zi Le sebagai Liu Yu Sheng

Yan Zi Dong sebagai Zhao Yao Hua

Lu Zhuo sebagai A Yan  ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Liu Yi Chen sebagai Liu Yu Shao

Bonus gambar

Ada yang tahu aktor cantik di atas 👆👆👆?
Yups, benar! Itu si A Yan, yang membuat saya kejang-kejang gegara dia jadi perempuan.
Dan dari semua pemain, saya lebih ngefan ke Lu Zhuo ❤❤❤. Pengen beut nonton Butterfly Lovers saat dia memerankan tokoh perempuan itu,  meski ceritanya lurus, sih. Tapi nanti, lah, abis namatin nonton TWM sama LBC. 😅😅😅

Lu Zhuo, pakai rambut panjang 👆👆👆 jadi cantik, pakai rambut pendek 👇👇👇 tetap tampan. Serakah banget !!!!


Butuh gambar cute Lu Zhuo lainnya? Tunggu di review Love is More Than a Word. Panen vitamin see nanti, 😅😅😅

Malang, 05 November 2018

Amoeba

###

a/n (amoeba note)


- Jika review ini membantu, tolong berikan bintang.

- Jika tidak, tolong tinggalkan saran.
- Jika ada informasi salah, tolong ingatkan.
- Jika ada film bagus, tolong rekomendasikan, karena saya sedang berusaha move on dari Guardian.
- 😙😙😙😙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top