37 - Indigo no Kibun
Status : Very recommended
Judul : Indigo no Kibun
Kategori : BL
Jenis : Drama
Genre : Romance
Banyak : 6 episode
Durasi : 25 menit per episode
Rilis : 28 Februari 2019
Negara : Jepang
Based on : Manga ‘Indigo no Kibun’ karya Maki Marukido
Sinopsis : Kijima adalah seolah penulis handal, sayangnya minat baca masyarakat yang rendah membuat buku-bukunya jarang laku di pasaran. Hal ini membuatnya mengalami masa-masa sulit keuangan. Di situasi semacam ini, tanpa diduga dia bertemu Kido, teman kuliah dan juga seorang editor novel porno. Kido yang sangat kagum akan karya-karya Kijima itu pun menawarinya menulis novel porno. Merasa tak punya pilihan, Kijima pun menyetujuinya. Di temani Kido, Kijima berjuang menulis cerita erotis yang bisa membangkitkan birahi pembacanya, hingga tanpa sadar, keduanya terlibat dalam hubungan yang disebut cinta.
Kyaaaaaaaaaaaaaaaa ... Om Kijima .... 😍😍😍
Errrrrrrmm, kurang lebih begitulah reaksi saya pas tahu Indigo no Kibun akan rilis (catat : masih akan!). Jadi, jangan tanya segila apa saya demi menunggu tanggal tayangnya. Tau sendiri kan, saat itu saya sedang putus asa berusaha move on dari Pornographer, lalu cari pelampiasan, dan jatuh ke jurang yang lebih dalam yang saya sebut Guardian?
Oke, sudahi curcolnya, dan mari kembali membahas filmnya. Jadi, Indigo no Kibun kalau dibahasa-Indonesiakan artinya perasaan indigo. Mengingat indigo sendiri punya dua makna, yaitu warna nila (makna sebenarnya) dan orang yang mempunyai indra keenam (makna kiasan), jadi saya kurang paham indigo di sini mengarah ke warna, ke sifat, atau mungkin ke kedua-duanya. Terlebih, tidak ada penjelasan apa pun mengenai judul tersebut.
Jika mau berpikir sederhana, Indigo no Kibun itu adalah judul buku yang ditulis Kijima, yang memenangkan penghargaan besar, sekaligus yang membuat Kido mengaguminya. Tapi, jika mau ditelaah lebih dalam lagi, ada makna tersirat yang mengarah pada perasaan ambigu Kido. Dia terangsang pada Kijima, tapi menolak mengakui dirinya gay.
Jadi kesimpulannya, saya lebih prefer ke opsi pertama. Meskipun indigo di sini ditulis menggunakan katakana (yang berarti merujuk ke bahasa inggris), dan di Jepang sendiri menggunakan aiiro (藍色) untuk menggambarkan warna indigo, tapi analisa saya ini lebih masuk akal mengingat karakter Kijima yang senang menulis berdasarkan pengalaman pribadi. Jadi, kecil kemungkinan dia akan menulis sesuatu yang berbau fantasi.
Btw, saya jadi penasaran, apakah isi novel Indigo no Kibun (Indigo Mood) yang dibaca Kido itu sama seperti kisah mereka berdua ya?
(Btw, saya baru sadar salah nerjemahin yang seharusnya 'kuliah' malah 'sekolah'. Apa kabar yang sudah di-hardsub 😂😂😂)
Di beberapa ulasan, Indigo no Kibun ini memperoleh rating yang lebih tinggi daripada Pornographer. Pencapaian ini termasuk luar biasa mengingat film ini hanyalah prequel saja, yang secara nalar tidak akan menarik karena ending-nya sudah tertebak.
Tapi, memang inilah kelebihan karya Maki Marukido. Dia selalu bisa menggiring penonton untuk menikmati semua prosesnya. Meski ending terkesan biasa saja, tapi jalan yang dilalui itu sangat luar biasa. Perasaan saya bahkan bisa dibuat baper, marah, dan kesel sepanjang perjalanannya.
Btw, biasanya saya itu kalau menonton drama pasti nunggu sampai tamat dulu. Saya tidak bisa ya digantung selama semingguan cuma buat nungguin kelanjutannya, bisa-bisa saya tak bisa tidur karena penasaran. Tapi, rasa puas saya terhadap Pornographer membuat saya tidak tahan untuk mencicipi prekuelnya ini saat baru tayang di episode ketiga. Saya bahkan sampai menunda menerjemahkan Guardian demi membuat softsub film ini.
Secara pribadi, saya memberi bintang 9/10 (🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐) pada drama ini. Ada beberapa penyebab yang membuat saya memberikan rating cukup tinggi. Alasannya, tidak jauh berbeda dari yang saya tulis di review Pornographer, tapi mungkin ada sedikit poin perbedaan, yaitu di alurnya saja. Jika di Pornographer cerita lebih berfokus pada kegiatan tulis menulis, sementara di Indigo no Kibun ini lebih fokus pada perjuangannya.
Diceritakan, Kijima ini adalah seorang penulis berbakat, tapi sayang keluarga dan keadaan tidak mendukung. Tak peduli sebagus apa pun tulisannya, tak peduli berapa banyak penghargaan yang dia dapatkan, tapi jika minat baca masyarakat sangat rendah, pendapatan dari pekerjaan semacam ini tetap tak bisa diandalkan. Dia bahkan sudah mencapai tahap terkere dalam hidupnya, seperti tidak bisa membayar tagihan air panas padahal air di sana sangat dingin. Dia bahkan berjalan kaki pulang ke rumah yang jaraknya sangat jauh karena tidak punya uang untuk membayar kereta.
Ngakak sama reaksi Kido pas denger jawaban Kijima yang seolah tak ambil pusing karena tak punya uang sama sekali. Pasti si Kido ini mikir, "Sampai sih sampai, tapi gila aja, jauh banget jaraknya."
Sementara Kido, dulunya dia bercita-cita menjadi seorang novelist. Lalu, saat teman sekelasnya, Kijima, memenangkan penghargaan besar untuk novel, dia tidak percaya. Dia pun akhirnya membeli bukunya yang berjudul Indigo no Kibun itu, dan saat membacanya, dia sadar bahwa dirinya benar-benar telah kalah telak. Dia pun merasa minder, lalu menghapus novelnya yang belum selesai.
Saat bertemu Kijima, dia mendapati keadaannya sangat menyedihkan. Dia yang kebetulan bekerja sebagai editor novel erotis itu pun menawarinya menulis cerita porno. Seperti kebanyakan penulis yang menganggap sebuah cerita sebagai karya seni, jelas Kijima Sensei menolak untuk membuat cerita sampah semacam itu. Namun, kondisi ekonomi membuatnya tak punya banyak pilihan, dan dia pun terpaksa menyetujuinya.
Menurut saya, Kijima ini sangat hebat. Dia mau menurunkan gengsinya sebagai penulis novel bermutu tinggi demi segempal uang yang didapatkan dari sebuah novel rendahan. Iya, novel rendahan, novel yang dijual dengan sangat murah, dan dengan mutu yang sangat buruk, tanpa alur, tanpa logika, yang penting bisa untuk memuaskan selangkangan saja! Dan anehnya, novel semacam ini sangat laris di pasaran!
Meski begitu, menulis cerita erotis tidaklah semudah yang dibayangkan. Kijima yang terbiasa menulis kegiatan bercinta hanya dalam satu kalimat, kini harus menulisnya minimal sepuluh lembar penuh adegan. Untuk ukuran orang yang belum pernah bercinta, jelas dia sangat kesulitan. Hingga akhirnya, Kido menyarankannya untuk menjadi murid Gamouda Sensei, seorang penulis porno senior.
Sayangnya, hal ini pun juga penuh perjuangan. Gamouda Sensei tidak mau menerima Kijima kecuali dia mau bertindak sebagai perempuan ... dalam artian, dia harus bisa membuat seorang pria muncrat, dan di sini, Kido lah yang menjadi subjeknya.
Ulasan yang saya tulis ini baru episode awal ya, yang artinya masih baru permulaannya saja. Kalian yang pernah menonton Pornographer pasti sudah tahu akan seperti apa cerita ini nantinya. Meski begitu, kalian bakalan rugi kalau tidak menyaksikan Indigo no Kibun ini sampai tamat. Karena, di sini kalian akan disajikan sebuah kisah mengharukan tentang perjuangan, pengkhianatan, dan juga ketulusan. Kalian juga akan diajak melihat sisi lain seorang penulis porno yang melegenda, yang ternyata hidupnya tidak selalu penuh dengan wanita dan foya-foya.
Salah satu adegan yang paling menyentuh di sini adalah kedekatan Kijima dan Gamouda Sensei. Mereka baru bertemu beberapa bulan saja, tapi sudah seperti keluarga. Bahkan, saat Gamouda sadar hidupnya tak lama lagi, dia masih mencemaskan Kijima.
Gamouda sudah melakukan semua hal yang dia inginkan, dan berpikir akan mati tanpa penyesalan, tapi ternyata di akhir hayatnya, dia justru takut meninggalkan Kijima sendirian. Karena itulah dia minta Kido menjaga Kijima sebagai bentuk pertanggung-jawaban karena sudah mengenalkan Kijima kepadanya.
Jika di Pornographer, saya kesal karena Kijima yang sangat licik, tapi di Indigo no Kibun, saya justru sangat bersimpati padanya. Di sini, dialah yang paling banyak tersakiti. Meski begitu, tidak ada satu pun karakter yang saya benci. Semua punya alasan dan bertindak dengan sangat dewasa. Bahkan jika saya di posisi mereka, saya mungkin juga akan mengambil pilihan yang sama.
Dari segi akting, pemerannya masih sama seperti di Pornographer, jadi tidak perlu ya saya salin tempel lagi ke sini review-nya. Sementara untuk ost, Indigo no Kibun ini masih menggunakan penyanyi yang sama yaitu Chihiro Onitsuka. Meski saya akui BGM-nya masih kalah menyentuh dari Pornographer, tapi lagu End of the World ini lumayan juga kok.
Dari segi kekurangan, eeemmm, agak susah sih saya harus cari-cari kelemahan di sini. Tapi, anggap saja masih sama seperti Pornographer, yaitu kurang panjang. Meski alurnya tidak kecepatan atau pun kelambatan, tapi mungkin saya mengharapkan sedikit tambahan episode yang memberikan kejelasan tentang hubungan mereka. Mungkin, tentang pernikahannya Kido, atau pun hal yang terjadi selama Kijima kabur dari Kuzumi di Pornographer kemarin.
Dan, untuk yang belum pernah menonton dua series ini, saya sarankan untuk memutar Indigo no Kibun dulu baru Pornographer. Mungkin, kalian nanti akan bingung di adegan pembuka dan penutup, tapi saya yakin kalian akan menikmati sensasi alur yang lebih seru dari pada dengan urutan yang sebaliknya.
AKTOR
Takezai Terunosuke sebagai Rio Kijima
Yoshida Munehiro sebagai Shirou Kido
Orang bilang, drama ini sad ending, tapi bagi saya happy ending kok. Karena pada akhirnya, Kijima berhasil menemukan cinta sejatinya.
Mereka cocok banget, 😍😍😍, tapi maaf saja, kapalku belum karam.
Om Kijima, kau berhak bahagia juga, ❤❤❤
LOL 😂😂😂
###
Kalau ada salah informasi, tolong ingatkan, ❤
Jika ada drama BL bagus, tolong rekomendasikan ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top