24 - Call Me by Your Name

Status       : Recommended

Judul        : Call Me by Your Name

Jenis         : Movie

Genre        : Romance

Durasi       : 135 menit

Rilis           : 22 Januari 2017 (Sundance Film Festival) di New York, 24 November 2017 di USA, 18 Januari 2018 di Brazil, 25 januari 2018 di Italia, dan 28 Februari 2018 di Prancis.

Negara      : Italia, USA, Brazil dan Prancis

Based on  : Novel 'Call Me by Your Name' karya Andre Aciman

Sinopsis    :

~[Elio adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang hobi membaca buku dan mahir bermain piano. Suatu hari, ia harus meminjamkan kamarnya untuk ditempati Oliver, seorang sarjana arkeologi berusia 24 tahun yang diundang ayahnya untuk membantu melakukan penelitian. Selama Oliver tinggal di sana, Elio memandunya mengunjungi berbagai tempat, mengajak berenang, juga menemaninya pergi melakukan penelitian. Kedekatan itu pun menimbulkan perasaan spesial di hati keduanya.]~

Film ini berlatar tahun 1983 di sebuah pedesaan Italia Utara. Jadi, saat menontonnya, kita seolah dibawa pada peradaban tiga puluh tahun silam. Kita masih bisa melihat suasana kota yang sepi, radio dan mobil yang sudah tua, serta bangunan-bangunan kuno dengan tembok yang terkelupas memamerkan bata merahnya.

Kondisi rumah Elio, dengan semua perabot jadul-nya.

Pertama kali saya membaca judul, yang terpikirkan di otak saya adalah Elio meminta Oliver untuk memanggil dia dengan namanya. Saya kira mereka akan menikah, jadi wajar jika seseorang dipanggil dengan nama pasangannya. Toh di Indonesia sendiri, banyak kok istri yang dipanggil dengan nama suaminya. Hal inilah yang membuat saya sangat tertarik, berharap mereka akan ber-happy ending sehingga saya pun tidak perlu berimajinasi sendiri menyatukan kedua tokohnya.

Saya pribadi akan memberi bintang 8/10 (🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐) pada film ini. Saya kira bintang itu sepadan dengan kualitas yang disajikan. Ada beberapa bagian yang membuat saya puas, dan sebaliknya.

Pertama, dari alur. Menurut saya, durasi 135 menit ini terlalu panjang jika hanya untuk proses pedekate saja. Progress kedekatan mereka terkesan sangat lambat. Waktu saya seolah habis hanya untuk melihat mereka bersama tanpa ada kemajuan yang berarti. Mereka terus-menerus pergi bersama ke kota, tapi tidak ada ekspresi yang menunjukkan betapa keduanya saling jatuh cinta, saling melindungi dan saling memperjuangkan. Lalu, apa yang spesial dari film ini? Nothing. Bahkan jika saya harus men-skip adegan yang ada, sepertinya saya tidak akan ketinggalan banyak cerita.

Namun, saat saya hendak menulis review ini, saya menonton ulang filmnya. Saya memaksa mata untuk memperhatikan dari awal sampai akhir dan tidak boleh ada yang terlewat meski satu detik saja. Dan tadaaaaaa ... saya sangat menyesal tidak menonton dengan benar di waktu dulu. Saat di mana saya memutuskan untuk meng-skip adegan, saat itulah saya membiarkan sebuah informasi terlewatkan.

Sebuah cerita yang bagus menurut saya itu bukan hanya menghibur, tapi juga informatif dan punya pesan moral yang bisa membawa kita menjadi lebih baik. Jadi, saya tarik kembali penilaian awal saya. Alur yang sangat lambat jadi sedikit termaafkan (meski saya prefer untuk tak terlalu lambat, sih) karena tersisip ilmu pengetahuan di dalamnya. Contohnya, pengetahuan tentang penyerapan kata dari berbagai negara. Seperti, ayah Elio mengatakan bahwa kata aljabar, alkemik, alkoholik itu berasal dari bahasa arab. Begitu pun asal mula kata Italia 'albicocca' adalah serapan dari bahasa arab 'al-birquq'. Kemudian Oliver membantah dengan pendekatan etimologinya, lengkap dengan sumber. Menurut saya, selain untuk menunjukkan betapa cerdasnya karakter Oliver di sini, pengetahuan semacam ini sangat berguna untuk penonton, terutama untuk mereka yang menyukai arkeologi dan sejarah.

Juga, siapa yang tahu bahwa ada yang namanya Perang Piave di Perang Dunia pertama dulu? Atau, siapa yang tahu istilah versi Bach, Liszt, Busoni dll dalam permainan piano? Saya pribadi, jika bukan dari film ini, mungkin tidak akan pernah tahu.

Baground-nya itu monumen, bukan onggokan batu jatuh dari mars, 😂😂

Kedua, dari akting para tokohnya. Keduanya saya kira sudah tidak perlu diragukan lagi kiprahnya dalam dunia seni peran. Sehingga tanpa harus saya puji pun semua pasti bisa membayangkan sendiri bagaimana mereka bisa mendalami perannya. Satu hal.yang pasti, mereka selalu berhasil membuat penonton ikut terlarut pada perasaan mereka. Saya bahkan bisa ikut terhanyut suasana, hanya karena melihat Elio duduk diam di depan perapian selama empat menit full.

Ketiga, dari sountrack-nya. Lagu Mistery of Love yang dibawakan oleh Sufjan Stevens ini menurut saya sangat cocok liriknya. Mungkin wajar, ya, karena lagu itu memang diciptakan khusus untuk film Call Me by Your Name ini. Bahkan, theme song ini berhasil masuk nominasi untuk Academy Award for Best Original Song di 2018 Ceremony. How great they are!

ARTIST

Timothée Chalamet sebagai Elio Perlman

Armie Hammer sebagai Oliver

Hwaaaaahhhh 😍😍😍😍

Tulungagung, 09 November 2018

Amoeba

###

- Jika review ini membantu, tolong berikan bintang.
- Jika tidak, tolong tinggalkan saran.
- Jika ada informasi salah, tolong ingatkan.
- Jika ada film bagus, tolong rekomendasikan, karena saya sedang berusaha move on dari Guardian.
- 😙😙😙😙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top