Reinkarnasi ?
(Terinspirasi dari Hakuouki hekketsuroku episode 06)
Cast: Okita Souji and Other
.
.
Akhir April 1868,
Tahun keempat era Keiou
Langit kian menguning dan matahari hampir tenggelam di ufuk barat, membiaskan warna jingga di atas langit yang berawan. Di sebuah jalanan yang sepi, terlihat Okita Souji terus memacu kudanya membelah jalanan.
Begitu mendengar kabar bahwa Kondou-san akan di eksekusi, Kapten Divisi I itu langsung pergi menuju Aizu ditengah kondisi tubuhnya yang kurang baik.
Sang rembulan mulai naik ke singgasana di atas langit, menggantikan matahari yang telah meninggalkan peraduannya. Okita tiba di kastil Tsuruga pada malam hari. Pria berambut coklat itu segera turun dari kuda begitu iris hijaunya menangkap keberadaan wakil komandan mereka.
'Bruk'
Punggung Hijikata terhempas begitu saja pada batang pohon di belakangnya akibat dorongan Okita.
"Kenapa kau meninggalkan Kondou-san untuk mati?!" bentaknya marah. Tangan Okita mencengkram kuat kerah baju Hijikata.
"Katakan sesuatu!" Okita berkata lagi karena Hijikata hanya terdiam seraya menatapnya.
"Karena kau yang berada disampingnya, kenapa kau tidak bisa menyelamatkannya?" Iris hijau sang kapten divisi 1 memandang Hijikata tajam dan penuh rasa kecewa.
"Okita-san, kumohon hentikan. Hijikata-san sedang terluka."
Suara Chizuru terdengar dibelakang tubuhnya. Okita memandang Hijikata dengan seksama, dan ia baru menyadari bahwa leher wakil komandannya itu terbalut oleh perban.
Okita melepas cengkramannya, pria itu menatap Hijikata sebelum berbalik dan melangkah meninggalkan tempat itu. Kakinya terus melangkah, mengabaikan Chizuru yang memanggil namanya berulang kali.
.
.
Matahari mulai meninggi di tengah hiruk pikuk keramaian kota. Okita terus berjalan diantara lalu-lalang warga Aizu. Pria itu tidak tau mau kemana, ia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah.
Tak terasa hari sudah mulai sore, Okita berhenti di depan sebuah kuil. Mungkin ia bisa beristirahat disini untuk malam ini. Pria itu berjalan dan mendudukkan diri diantara undakan tangga seraya memperhatikan sekumpulan anak kecil yang tengah bermain di halaman kuil tersebut.
Tanpa sadar pria berambut coklat itu tersenyum. Okita memang menyukai anak-anak. Saat di markas dulu pun dirinya sering bermain dengan mereka jika memiliki waktu luang.
Di tengah lamunannya, Okita melihat seorang anak kecil tampak mengejar bola yang menggelinding ke arahnya.
"Onii-chan, apa yang sedang kau lakukan?"
Pemuda berambut coklat itu memandang anak perempuan yang menatapnya dengan tatapan polos.
Apa yang sedang aku lakukan?
Pertanyaan gadis kecil itu seolah menampar dirinya. Benar, apa yang ia lakukan disaat teman-temannya berjuang di medan pertempuran? Meskipun ia gagal melindungi Kondou-san, setidaknya ia harus bisa melindungi hal yang berharga bagi pria yang ia kagumi itu.
.
.
Malam kembali menyapa. Okita membuka matanya saat terdengar samar-samar suara orang menyebut nama Hijikata. Pria berambut coklat itu segera bangkit dan merapat ke dinding, iris hijaunya mengintip dari balik celah dan mendapati sekumpulan orang yang terlihat sangat mencurigakan.
Okita terus menguping pembicaraan orang-orang itu, hingga tiba-tiba matanya membulat saat mengetahui bahwa ternyata orang-orang itu akan menyerang Hijikata yang kini tengah bersembunyi di Nanukamachi di kediaman Shimizu.
Okita terdiam seraya menggenggam erat katana di tangannya. Jika Kondou-san telah mempercayakan Shinsengumi pada Hijikata, maka ia tidak boleh tidak melindungi pria bermata ungu itu bukan?
Oleh karena itu pada dini hari saat rembulan masih menampakkan sinarnya, Okita menghadang orang-orang yang akan menuju ke tempat Hijikata berada.
"Bajingan, minggir dari sana! Jika kau berniat menghalangi kami, kami juga akan membunuhmu." Seru salah satu dari kumpulan orang-orang itu.
Okita tak bergeming dari tempatnya berdiri, membuat orang itu mendecih kesal.
"Habisi dia!" Perintah orang itu marah karena Okita tak mengindahkan kata-katanya.
Beberapa tembakan dilepaskan dan sukses mengenai tubuh Okita, meskipun darah terus mengucur namun pria berambut coklat itu tetap berdiri kokoh seolah tubuhnya tidak merasakan sakit sedikitpun.
"Bajingan, siapa kau sebenarnya?!"
Okita mendongak, iris hijaunya menatap tajam kumpulan orang-orang jahat itu. "Kapten Divisi I Shinsengumi, Okita Souji." Jawabnya dingin. Secepat kilat, Okita melesat menyerang musuh-musuhnya itu.
Okita terus menebas mereka tanpa ampun, ia tidak akan membiarkan mereka melewatinya dengan mudah. Meskipun luka-luka di tubuhnya terus mengucurkan darah segar, Okita tidak peduli. Bahkan jika memang ia akan mati di tempat ini, setidaknya ia sudah berjuang hingga titik darah penghabisan.
"Ne, Hijikata-san. Jangan sia-siakan pengorbanan teman-temanmu." Lirih Okita sebelum tubuh penuh luka pria itu ambruk diantara gelimpangan mayat orang-orang yang telah berhasil ia kalahkan.
oOo
Kyoto, 2014
Di sebuah kamar yang gelap, tampak seorang pria tersentak dari tidurnya. Iris hijaunya membulat disertai keringat dingin yang membasahi sekujur tubuh pria itu. Bangkit dari tidurnya, pria itu mengusap wajahnya kasar. Mimpi aneh itu lagi. Kenapa ia selalu memimpikan hal yang serupa? Peperangan, darah, dan juga ... Shinsengumi?
Sinar rembulan masuk melalui celah yang tidak tertutup tirai. Tangan pria itu terulur meraih ponsel di atas nakas dan menyalakan benda itu untuk melihat jam yang tertera di layar persegi panjang tersebut.
Pukul 04.00 pagi
Pria itu menghela napas sebelum bangkit dari atas kasur dan melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci wajah, sepertinya joging di pagi buta akan menjadi kebiasaan barunya sebelum bersiap untuk ke sekolah.
.
.
Di akhir Maret ini, saat pergantian musim dingin ke musim semi, bunga sakura mulai mekar, membuat Kyoto menjadi cantik dan indah.
Keindahannya membahagiakan siapapun yang melihatnya, menghibur yang luka, menghiasi tempat dimanapun dia tumbuh walaupun pada akhirnya akan rontok dalam waktu 2-3 minggu saja. 2 minggu sangatlah pendek, dibandingkan dengan 49 minggu pohon ini menyiapkan segala energinya untuk menghasilkan bunga-bunganya yang menawan.
Sepanjang musim semi, musim panas dan musim gugur pohon ini memperkuat akar-akarnya, memperkuat batang, dahan dan rantingnya hingga membuatnya berdiri kokoh serta menghijaukan daun-daunnya untuk memberi penghidupan dan perlindungan untuk makhluk hidup sekitarnya. Walaupun di musim dingin daunnya tidak luput dari kerasnya perjuangan melawan rendahnya suhu dan angin yang kencang bertiup.
Disana, tepat di bawah rindang pohon sakura terdapat dua sejoli tengah duduk menikmati sejuknya angin yang berhembus menerpa tubuh keduanya.
"Souji, apa kau percaya reinkarnasi?"
Pemuda yang tengah bersandar pada pohon sakura itu membuka matanya yang terpejam, iris hijaunya memandang gadis yang baru saja mengajukan pertanyaan.
"Reinkarnasi?" ulang pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah itu.
Sang gadis mengangguk. "Reinkarnasi atau kelahiran kembali menurut Budha adalah satu jiwa yang lahir berkali-kali ke dalam tubuh yang baru atau bentuk kehidupan yang baru. Jiwa berkelana pada kehidupan yang kekal untuk menjalani karma dari kehidupan sebelumnya, dan akhirnya mencapai pencerahan yang sempurna. Mereka yang percaya paham reinkarnasi sebagai proses penyempurnaan."
Sebelah alis pemuda berambut coklat itu terangkat mendengar penjelasan gadis di sampingnya.
"Nee, Souji. Kau tau sejarah tentang kelompok Shinsengumi?" tanya gadis bermata [eye color] itu lagi.
Entah kenapa pertanyaan sederhana itu membuat dadanya tiba-tiba merasa sesak. Selalu seperti itu setiap kali ia mendengar atau bahkan menyebut kata Shinsengumi.
Dirinya juga sering kali bermimpi aneh tentang sekelompok samurai tak bertuan yang mengabdikan diri mereka pada Tokugawa Bakufu itu. Ia akan mengabaikan mimpi itu jika hanya sekali terjadi, tapi jika mimpi yang sama datang berulang kali bagaimana? Tentu saja dirinya akan berpikir bahwa itu aneh.
"Souji!"
Souji tersentak saat gadis itu mengguncang tubuhnya.
"Kenapa malah melamun?"
Pemuda tampan itu tersenyum, tangannya terangkat menepuk puncak kepala gadis yang tengah menatapnya bingung.
"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu padaku, [Name]?"
Gadis bernama lengkap [Full Name] itu menunjukkan sebuah buku sejarah yang tadi sempat di pinjamnya dari perpustakaan.
"Aku baru sadar, bahwa namamu sama dengan nama Kapten Divisi I Shinsengumi itu," jawab [Name] dengan binar di matanya. "Jangan-jangan kau reinkarnasi Okita Souji!"
"Jangan konyol. Yang memiliki nama seperti itu bukan hanya aku, bodoh," sahut Souji seraya mengacak rambut [Name] yang panjang tergerai.
"Aish! Kau membuat rambutku berantakan!" [Name] menyingkirkan tangan Souji dari atas kepalanya. Gadis itu merapikan rambutnya seraya memandang sinis pemuda yang kini menyandar pada pohon sakura seraya kembali memejamkan mata.
"Jadi, kau percaya?" tanya [Name] lagi.
"Tentang apa?"
"Reinkarnasi."
"Entahlah."
Gadis itu merengut mendengar jawaban Souji yang tidak memuaskan. [Name] memilih mengabaikan pria itu dan kembali menekuni bacaannya yang sempat tertunda.
Sedangkan Souji, dalam hati pemuda itu terus memikirkan pertanyaan gadis yang merupakan kekasihnya tersebut.
Reinkarnasi, kah?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top