Bab 4 : Kisah dimulai atau belum?

"Kau anak haram, harusnya kau tak ada disini."

Naruto membuka matanya dengan keringat dingin didahinya.

"Hey kau baik-baik saja? Aku mendengarmu berteriak." ujar Sasuke membuka pintu kamar Naruto, wajah pria itu terlihat begitu khawatir.

"A-aku..."

"Semua baik-baik saja." bisik Sasuke yang masuk tanpa permisi dan memeluk Naruto erat, karena dia tahu gadis didepannya butuh perlindungan.

"Hiks... Aku lelah, aku lelah..."

Sasuke mengeratkan pelukannya, gadis ini terlalu membebani dirinya, dan dia disini untuk membuat gadis dalam pelukannya melepaskan emosi yang terpendamnya dan membuatnya bahagia.

"Ada aku, aku akan ada disampingmu, jangan takut, aku tak akan lagi menyakitimu, aku tak akan membuatmu kembali merasakan kesedihan mendalam, aku akan ada untukmu mulai sekarang sampai akhir hayatmu."

Pagi menjelang, dan Naruto masih dalam posisinya memeluk Sasuke sambil tidur, dan Sasuke sendiri juga tengah tertidur diranjang yang sama karena semalam Naruto tak ingin ditinggal.

"Hangat..." gumam Naruto yang masih setengah sadar, menenggelamkan wajahnya didada bidang Sasuke.

Tunggu.

Memang gulingnya seperti ini.

Wajahnya langsung pucat.

"Huaaaa..."

Bugh.

Dan Sasuke dengan tidak elitnya jatuh dari tempat tidur karena didorong Naruto,

"A-apa yang kau lakukan dikamarku?!!" teriak Naruto panik,

Sasuke membuang nafas mencoba tak terpancing,

"Kau yang memintaku untuk tak pergi dan tetap menemanimu. Lupa?"

Naruto mengatupkan mulutnya saat ingat kejadian semalam, dia menangis dipelukan pria itu, ada rasa nyaman saat dia melakukan itu.

"Maafkan aku." ujar Naruto dan membantu Sasuke berdiri,

"Hn. Kau sudah tenang sekarang, aku akan kembali ke kamar."

Naruto memegang ujung baju Sasuke dan menunduk.

"Terimakasih, mungkin terdengar aneh, tapi berkatmu aku bisa tidur dengan nyenyak semalam, tanpa bermimpi hal mengerikan."

"Sudah kukatan bukan jika ada masalah kau bisa mengatakannya padaku jika kau tak ingin membuat kakakmu khawatir. Aku orang lain disini tapi aku akan siap menjadi pendengar semua keluh kesah yang tak bisa kau bagikan dengan orang terdekatmu, kau bisa mempercayaiku."

Naruto terdiam dan tersenyum kecil.

"Rasanya aneh. Tapi aku merasa aku dekat denganmu juga jauh, ada hal yang membuatku mengatakan jika aku harus menjauh."

"Aku akan pergi ke kamar sekarang, kau harus bekerja bukan?" tanya Sasuke mengalihkan pembicaraan.

"Ahhh!!! Aku lupa!!!" teriak Naruto heboh, sedangkan Sasuke berjalan pergi dengan senyum kecil diwajahnya.

"Jangan karena kau tokoh utama malah terlambat Naruto, profesionallah." seru Kiba melihat kedatangan Naruto seorang diri, jangan tanya kemana managernya karena dia baru ingat belum ada pengganti managernya sekarang.

"Maafkan aku Kiba, ahh maksudku sutradara Kiba, aku tidak bisa tidur dan bangun kesiangan, kakakku pergi jadi tak ada yang membangunkanku, bahkan managerku, ahh aku baru ingat Ayame cuti dan belum ada yang menggantikan."

Kiba hanya menggeleng dan memberi isyarat pada staf untuk membantu Naruto bersiap.

"Kau sudah membaca naskahnya bukan? Kita akan mulai dengan adegan kau bertemu pangeran Sasuke, Sai bersiaplah!!" seru Kiba sibuk,

Naruto hanya mengangguk, well dia mengakui Kiba sebagai sutradara handal meski umurnya muda, bahkan sekarang Kiba yang sibuk dengan persiapan pernikahan tetap profesional, dia harus banyak belajar dari calon suami Hinata ini.

.

.

Naruto menatap dirinya didepan cermin, hanfu warna putih dipadukan biru muda, rasanya deja vu, dia merasa pernah memakai baju ini tapi bukan untuk syuting, dia merasa dia tengah berada ditengah kerumunan orang dan pria itu... tersenyum padanya...

"Naruto bersiaplah."

Gadis itu kembali kedalam dunia nyata dan mengangguk mengiyakan, sepertinya dia kurang fokus.

.

Naruto bertatapan dengan Sai yang memerankan sebagai seorang pangeran,

"Aku bukanlah gadis bangsawan, ibuku seorang budak, ayahku bangsawan dan aku tak bisa bersamamu."

Sai menggenggam tangan Naruto dan tersenyum, "Kau wanitaku, yang akan aku lindungi, aku akan selalu mempercayaimu apapun yang terjadi."

Wajah Naruto berkaca-kaca,

"Maaf aku kurang fokus." ujar Naruto menatap kamera,

Entah kenapa ada rasa sakit mendengar kata-kata itu, harusnya di dalam naskah dia tersenyum bahagia dan memeluk Sai, tapi tidak bisa, kata-kata yang diucapkan tadi membuatnya merasa tersakiti entah karena apa, tenggorokannya terasa tercekat.

"Apa perlu adegan ini kita tunda dulu? kau sakit Naru?" tanya Kiba yang merasa aneh karena selama ini jika dia bekerjasama dengan Naruto gadis itu begitu profesional dan pintar menyembunyikan perasaan.

"Maafkan aku, aku akan mencobanya lagi."

"Baiklah, tolong buat ekspresi gadis bahagia tapi terbebani, seperti gadis yang siap melewati kesulitan bersama, mengerti maksudku?"

Naruto mengangguk dan membuang nafas sebentar.

"Maaf Sai, kita ulangi lagi." bisik Naruto.

.

.

.

Sasuke duduk dengan santai di perpustakaan rumah kediaman milik Shikamaru.

Dia cukup banyak membaca buku, salah satunya buku tua yang menceritakan kerajaan yang berdiri di negara ini, dan benar apa yang dikatakan Shikamaru, kerajaannya tak ada dalam sejarah.

Bagaimana bisa?

Seolah memang kejayaan kerajaannya tak ada.

Apa yang terjadi?

Apa setelah kepergiannya ke masa depan kerajaannya hancur dan dibumi hanguskan sampai sejarahpun tak tersisa?

"Apa benar Shikamaru tak tahu apapun tentang hal ini?" gumamnya,

Terlalu banyak misteri memang,

Kepergiannya ke masa depan sangat tak masuk akal, bahkan dewa waktu murka, sepertinya memang kaisar langit sendiri yang ikut campur dalam takdirnya.

.

Bugh.

Suara pintu ditutup kasar membangunkan Sasuke dari lamunannya, pria itu dengan cepat melihat siapa yang pulang.

"Naruto?"

Naruto menatap Sasuke sekilas dan menjatuhkan diri di sofa.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai?"

Naruto menggeleng dan memeluk bantal sofa dan termenung.

"Aku mengacaukan pekerjaanku, jadi aku memutuskan untuk pulang, aku tahu aku tak profesional, hanya saja emosiku belum stabil, aku perlu menenangkan diri." curhat Naruto,

"Memang ada apa dengan pekerjaanmu? Sesulit itu?"

Naruto menggeleng dan melempar naskah drama yang membuat emosinya tidak stabil.

"Boleh kubaca?"

Gadis itu mengangguk singkat.

.

Sasuke terdiam.

Setiap kalimat, setiap adegan, bahkan setiap latar yang digambarkan disana.

Hampir bisa dikatakan sempurna.

Naskah yang dibacanya sekarang seolah menggambarkan kehidupannya.

"Siapa yang membuat ini?"

Naruto mengangkat bahu, "Tak tahu, aku belum pernah bertemu penulisnya, dia akan datang saat pembuatan episode terakhir."

"Apa aku bisa menemuinya?"

"Untuk apa?"

"Mungkin dengan menemuinya ingatanku akan pulih." jawab Sasuke berbohong,

"Memang ada hubungannya dengan ingatanmu?"

"Aku perlu memastikan sesuatu, untuk itu aku harus menemui orang yang menulis naskah ini."

"Aku harus bertanya pada sutradara, aku akan sangat senang jika kau akhirnya mengingat kembali masa lalumu." ujar Naruto yang moodnya kembali baik,

"Kau mengkhawatirkanku?"

"Tentu saja, karenaku kau lupa segalanya, ahh benar, apa kau mau menemaniku minum? kau suka minum bukan?"

"Kau lemah terhadap alkohol, satu teguk saja kau bisa mabuk Naru."

"Bagaimana kau tahu?"

Sasuke tersenyum.

"Kau tak berubah ternyata."

.

Dan benar saja, Naruto sudah tertidur dikursi padahal dia baru minum satu kaleng bir dan Sasuke dengan setia menatap wajah tidur Naruto sebelum akhirnya membawa gadis itu kedalam kamar dan menidurkannya.

"Selamat beristirahat Naru." bisiknya mengecup kening reinkarnasi istrinya itu.

.

Dia kembali menatap naskah drama Naruto.

Ada yang tahu tentang kisahnya dan Naruto.

Dan dia takut,

Apa Naruto akan ingat kehidupan lamanya dan kembali membencinya kerena tak bisa menjadi pelindungnya sesuai janji?

Dia takut akan hal yang belum terjadi sekarang, dia senang bisa bersama istrinya kembali, tapi di satu sisi dia takut jika Naruto ingat masa lalunya.

.
TBC
.

A/N : Karena salah klik tadi, baiklah saya mengumumkan comeback 2021 dan kembali ke dunia orange setelah berkelana ke negara asing 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top