Bab 3 : Kenangan
Naruto dan Ino tersenyum saat melihat Hinata yang menangis diacara talk show.
Ya. Mereka dan semua orang yang menonton itu menjadi saksi Kiba melamar Hinata dengan cara romantis,
Hinata sangat beruntung akan dipersunting oleh Kiba yang sangat begitu mencintai Hinata,
Dan Kiba juga sangat beruntung memiliki calon istri sebaik Hinata, kesampingkan rasa cemburu, karena cemburu adalah tanda cinta.
"Saat aku memasangkan cincin ini dijarimu, maka artinya kau milikku, tak akan pernah kulepaskan." ujar Kiba lembut tapi tegas.
'Saat aku menyematkan cincin ini dijarimu, maka artinya kau milikku, tak akan pernah aku lepaskan, aku akan melindungimu.'
Tubuh Naruto rasanya diguncang gempa,
Suara datar tapi lembut yang terdengar dikepalanya itu... Siapa?
"Naru kau kenapa? Wajahmu pucat." tanya Ino khawatir,
Naruto menggeleng.
"Aku baik. Hanya sedikit pusing,"
"Istirahatlah."
"Aku masih harus bekerja, aku harus bertemu sutradara serta para pemain."
"Kau menerima penawaran drama itu?" tanya Ino tak percaya.
Hey dia tahu Naruto lebih sibuk darinya maupun Hinata, wajah polos dan manisnya memang menyita banyak perhatian, tapi tak harus menerima semua pekerjaan bukan?
"Ya. Aku menyukai naskahnya. Meski memang akan cukup sulit karena genrenya tak pernah kumainkan tapi aku akan berusaha. Penulis itu menaruh minat besar padaku. Lagipula aku ingin beradu akting denganmu hehehe..." jelas Naruto yang kini sudah bernafas normal, sempat dia berpikir jika asmanya kambuh, tapi ternyata tidak, mungkin benar ini hanya efek dari lelah.
"Naru..." ujar Ino menatap wajah Naruto khawatir.
"Kita juga bersiap Ino, menyambut sahabat kita yang akan menikah!!" seru Naruto.
Pantang baginya membuat orang disekitarnya khawatir, dia tak suka jika orang lain mengkhawatirkannya secara berlebihan, sejak dulu dia seperti ini, sejak di adopsi oleh keluarga Nara dia memilih untuk tak terlalu dekat dengan keluarga itu, dia membuat jarak tersendiri.
•
•
•
Sasuke menatap tampilan dirinya di cermin, rambut panjangnya kini sudah dipangkas, tak ada lagi baju kebesaran, tak ada lagi status bangsawan, tak ada lagi kekuasaan.
Dia disini hanya sebagai Sasuke, hanya Sasuke tanpa embel-embel apapun.
"Apa yang sedang kau pikirkan Sasuke?" tanya Shikamaru yang juga ada disana setelah banyak memberi info tentang keadaan dunia sekarang.
"Kau ingin aku tak menganggu kehidupan Naruto saat ini karena merasa puas melihat Naruto yang bahagia. Tapi Shika, kau yakin dia benar-benar bahagia."
"Ya. Tentu saja,"
"Kau tahu dia mirip dengan karakternya yang dulu? Dia tak ingin menyusahkan orang lain termasuk keluarganya sendiri."
"Dia bahagia aku tahu itu."
Sasuke terdiam sebentar dan tersenyum kecil.
"Bahagia definisimu dan dia berbeda. Kutebak jika dia selalu mengatakan baik-baik saja saat kau bertanya keadaannya."
Benar. Adiknya selalu tersenyum, dia jarang sekali melihat air mata yang menetes dari mata indah adiknya,
Meskipun dia melihat adiknya menangis dan dia bertanya kenapa menangis maka adiknya akan mengatakan baik-baik saja.
"Dia akan baik-baik saja, dia akan bahagia dan didalam kebahagiaan itu tak ada dirimu." ujar Shikamaru kemudian dia pergi dari kamar yang ditempati Sasuke.
•
•
•
"Ini Sai yang pemeran raja, lalu ada Ino yang memerankan permaisuri dan Naruto selir kesayangan raja." Kiba yang merupakan sutradara yang memimpin pembuatan drama itu memperkenalkan tokoh utama yang akan bermain dalam drama yang di sutradarai olehnya.
Sai mengangguk dan tersenyum ramah, Naruto dan Inopun melakukan hal yang sama.
"Kiba bukankah penulisnya akan kesini? Jika boleh tahu dimana dia?" tanya Naruto penasaran,
Kiba tersenyum kecil dan mengangguk mengerti, "Dia tak datang Naru, dia mempercayakan semuanya padaku, tapi dia berjanji akan datang di episode terakhir pembuatan."
"Semua pekerjaan kau yang mengerjakan? Apa masih ada waktu untuk persiapan pernikahan kalian?" tanya Naruto khawatir,
"Ada WO Naru, lagipula aku masih bisa memiliki waktu untum Hinata, jangan khawatir." jawab Kiba santai.
Naruto hanya mengangguk saja, yang penting nanti Hinata tak berlari mencarinya, curhat jika Kiba tak memiliki waktu untuk persiapan pernikahan.
•
Dan perkenalanpun dilanjut, darimulai pemain pembantu sampai staf dan pembacaan naskah bersama hingga malam menjelang.
"Baiklah... pengambilan gambar akan dilakukan besok. Mohon kerjasamanya untuk semuanya." ujar Kiba menutup pertemuan.
.
.
.
"Kau sudah pulang?" sambut Sasuke yang duduk diruang santai menyambut Naruto.
"Ah ya. kakak kemana?"
"Mereka berdua tak memberitahumu jika akan pergi selama satu minggu ke err... Os.. oasis?"
"Osaka maksudmu?"
"Ya. kesana,"
Naruto mendengus.
"Sasuke apa kau sudah makan?"
pria itu menggeleng.
"Baiklah. kita masak ramen saja bagaimana?"
"Terserah padamu."
Tunggu. kenapa dia begitu santai pada pria yang baru dikenalnya?
Bukankah pria itu dari awal membuatnya susah dan jengkel?
Ahh tidak peduli.
.
Keduanya duduk dikursi dan menikmati ramen dimeja makan, Naruto terlihat begitu lahap.
Sasuke sangat yakin jika ini makanan favorit wanitanya.
"Apa kau masih belum bisa mengingat masa lalumu?" tanya Naruto membuka percakapan,
Sasuke menggeleng.
"Maaf karenaku."
"Tak masalah. Jangan menyalahkan dirimu atas segala hal Naru, jangan menyimpan masalah seorang diri, kau bisa terbuka padaku, meski kau menganggapku orang lain."
Naruto terkekeh, menatap lekat wajah Sasuke.
"Kau yang kehilangan ingatan menawarkan bantuan? Tapi terima kasih telah menawarkan bantuan, kau seolah bisa melihat diriku yang kusembunyikan sedari dulu."
"Kakakmu meyakini jika kau bahagia, tapi aku merasa kau berbohong demi menyenangkan hati semua orang. Apa aku salah?"
Naruto menyimpan mangkok yang sudah kosong,"Didunia hiburan kami memerlukan hal itu, itu nilai jual kami para aktris maupun aktor."
Sasuke menggeleng, "Aku melihatnya kau selalu berbohong, ceria, tertawa, menangis, ketakutan. Aku rasa kau telah membohongi diri sendiri dalam waktu lama hingga kau tak menyadarinya sendiri."
Naruto terdiam, tatapan matanya seketika kosong,
"Apa aku harus menampilkan wajah seperti ini didepan mereka? Mereka akan mengkhawatirkanku."
Sungguh. Sasuke terkejut dengan perubahan wajah itu,
Tatapan kosong, wajah tanpa ekspresi.
"Katakan bebanmu, kau layak bahagia disini. Semua orang layak bahagia,"
"Aku cukup bahagia. Mereka menerimaku dan aku tak boleh membuat mereka kesulitan, aku harus bisa membuat mereka nyaman denganku."
Sasuke perlahan mendekati Naruto dan membawanya kedalam pelukan.
"Aku ingin kau tak membohongi diri sendiri, tertawalah saat memang kau senang, tersenyumlah saat kau bahagia, marahlah saat kau kesal, menangislah saat kau merasa sedih, kau bisa melakukannya Naru."
Naruto perlahan mendorong Sasuke dan menggeleng.
"Mereka dan kau akan mengingatku sebagai Naruto yang ceria, maaf aku harus beristirahat." pamit Naruto setelah selesai makan.
"Ahh... Manusia memang memerlukan topeng bernama bahagia, setidaknya aku memiliki itu dan tak memiliki topeng bernama munafik, aku tak seperti itu."
.
.
.
Naruto menatap tampilan dirinya di cermin. Dia memang selalu berbohong, bukan keinginanya seperti ini, hanya saja jika dia terlalu jujur dan terbuka maka dia yang akan tersakiti, dia takut sakit lagi, sudah cukup, dia akan membuat dinding pemisah agar tak kembali tersakiti lagi.
Kenangan saat di panti asuhan membuatnya takut. Mereka memperlakukannya tak manusiawi dia disebut pembawa sial, dia korban kekerasan di panti asuhan itu, sebelum akhirnya dia di adopsi oleh keluarga Nara, tapi malang... Ayah dan ibu angkatnya meninggal karena kecelakaan saat dia lulus sekolah menengah atas,
Mungkin benar. Jika dia anak pembawa sial.
Tapi kakaknya bilang jika itu semua tragedi, hanya kecelakaan.
"Aku bahkan tak ingat orangtua kandungku. Yang aku inginkan hanya melihat Shika-nii bahagia. Itu sudah cukup untukku,"
'Kau layak bahagia.'
Wajah Sasuke terlintas dibenaknya dan dia membuang nafas kesal.
"Memang benar semua orang kayak bahagia tapi untukku... Kata bahagia jauh dari benakku, bahkan tak pernah terlintas, Tapi terimakasih, kau orang pertama yang mengatakan hal itu." bisik Naruto, ada rasa senang terselip dalam benaknya.
Pria itu, memang aneh tapi entah kenapa ada sedikit hatinya yang terisi, seolah dia mengenal pria itu begitu lama.
Sasuke... Nama asing yang terdengar sangat akrab.
Sasuke...
Apa dia memang mengenal pria aneh itu?
.
.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top