Chapter 8
***
Entah sudah berapa minggu kamu lewati bersama Morax untuk latihan membela diri. Sekarang, kamu sudah tidak sepayah kamu yang dulu--atau tepatnya, tidak 'sepayah' Guizhong yang asli. Memang betul pilihan Morax tidak salah, catalyst adalah opsi senjata terbaik untukmu.
"Morax, Morax!" Di tengah ajang latihan kalian berdua, kamu memanggil laki-laki itu dengan sangat antusias. "Boleh aku lihat Vortex Vanquisher milikmu?"
Netra sewarna amber milik Morax memicing tajam--tampak kebingungan ketika mendengar permintaanmu. "Untuk?"
"Keluarkan saja, aku mau lihat!"
Meski dilanda oleh keheranan, bukan Morax namanya jika ia tidak menuruti permintaanmu--alias Guizhong. Ia memunculkan sebilah polearm kebanggaannya, Vortex Vanquisher, satu-satunya senjata yang paling ia sering gunakan di medan perang. Ia menggenggam erat polearm itu. "Ini?"
"Boleh aku pinjam sebentar?"
Laki-laki itu mengangguk tanpa ekspresi, kemudian menyerahkan senjatanya padamu. Kamu menerimanya dengan tangan kanan, sementara tangan kirimu kamu gunakan untuk mengeluarkan catalyst Memory of Dust.
Kalian berdua terdiam. Kamu menyadari kedua senjata itu memiliki motif yang sangat mirip, wajar--sebab, dalam game pun kedua senjata tersebut adalah series dari Liyue.
"Morax," panggilmu seraya memandang sosok Morax, "bolehkah aku meminta satu hal?"
Ia mengangguk. "Katakanlah, dan aku akan mengabulkannya."
"Catalyst ini ...." Kamu mengembalikan Vortex Vanquisher pada Morax sesaat sebelum kembali mengalihkan pandangan pada Memory of Dust. "Bolehkah aku menjadikannya sebagai senjataku?"
"Hm?" Dehaman penuh tanda tanya diberikan sebagai reaksi, disertai dengan tatapan heran yang tertuju padamu. Kedua alisnya bertaut, sepasang netranya memicing tajam.
Jantungmu berdebar-debar, 'Ini Morax gak akan marah 'kan–aku ngomong begini?'
"Aku tahu rasanya terkesan kurang ajar," katamu sebelum Morax memberikan sambungan kalimat, "aku paham, ini adalah lambang sumpah kita."
"Namun, aku rasa ini adalah catalyst terbaik yang bisa membantuku dalam peperangan."
Morax tidak langsung menjawab, ia memandangmu dari atas hingga ke bawah. Ia menyadari kamu yang terlihat gelisah, maka ia buru-buru menghela napas dan tersenyum kecil. "Apanya yang kurang ajar?"
"Toh, ini adalah ciptaanmu." Jemarinya terulur, ia mengusap-usap lembut pucuk kepalamu. "Pakailah. Memang, ini adalah lambang sumpah kita. Tetapi, tak ada salahnya ia berada di tanganmu sebagai sang pencipta, pasti kau sendiri yang paling tahu bagaimana cara memanfaatkan potensi maksimal catalyst itu."
Senyum lebar merekah di wajahmu, ekspresimu terlihat sangat bahagia--ditandai dengan munculnya binar-binar di sepasang matamu. "Terima kasih, Morax! Aku sangat bersyukur!"
"Kenapa kau bersyukur--aku sudah bilang pada dasarnya itu memang milikmu karena itu adalah ciptaanmu," balas Morax.
Kamu menggeleng-gelengkan kepalamu. "Ini adalah milik kita bersama, Morax. Aku cuma menciptakannya saja, tetapi catalyst ini adalah saksi."
"Aku bersumpah akan menggunakan catalyst ini sebaik mungkin."
Morax hanya bisa menahan tawa melihatmu yang membusungkan dada dan tampak begitu percaya diri. Kamu terlihat sangat lucu, pikirnya. Ia tak terpikir untuk melakukan hal lain selain mencubit pipimu dengan gemas. "Kau lucu juga saat percaya diri begini."
"Biasanya kau lebih tenang dan tak banyak berekspresi seperti itu."
Kamu mengusap-usap pipimu yang dicubit oleh Morax. "Apakah sifatku yang sekarang aneh? Tidak seperti aku yang dulu?"
"Sifatmu memang terlihat jelas perbedaannya." Morax melangkah maju untuk mendekatimu, ia menyentuh bahumu ringan sebelum kemudian melangkah pergi. Sambil berjalan, ia berkata, "Tapi, aku lebih suka kau yang sekarang ... Guizhong."
Morax berjalan melewatimu. Semburat merah semakin tercetak di wajahmu yang rupawan. Pikiranmu melayang-layang, ada rasa senang yang aneh ketika kamu mendengar ucapan itu--yang secara tidak langsung, Morax lebih menyukaimu dibanding Guizhong.
Setidaknya, sifatmu lebih disukai. Walau--kamu sedikit merekayasa sifatmu, tidak sepenuhnya kamu tunjukkan sifat aslimu saat masih hidup di dunia dulu.
'AAAAAAH--kenapa Morax harus bilang gitu, sih?! Aku 'kan jadi kepedean, ini!' Jantungmu semakin berdebar, tapi kali ini karena kegirangan. Kamu menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengumpulkan kembali kefokusanmu.
Kamu pun menyadari langkah Morax yang semakin menjauh. Cepat-cepat, kamu mengejarnya dan kemudian menggenggam tangannya untuk menghentikan langkah. "Tunggu, Morax!"
Ia langsung berhenti dan berbalik, ia menatapmu. "Ada apa?"
"Kau mau ke mana?" tanyamu.
"Pesisir pantai. Aku merasakan ada sumber energi negatif yang terpusat di sana--dan kekacauan itu harus segera aku bereskan."
Sebuah ide cemerlang muncul di kepalamu. Ini adalah momen terbaik untuk menguji sejauh mana kekuatanmu. "Kalau begitu, bolehkah aku ikut?"
Morax menghela napas, ia tersenyum tipis, kemudian menggenggam erat tanganmu dan membawamu dalam tiap langkahnya. "Tentu saja."
.
.
.
.
.
.
.
.
HAAII gimana kabarnyaa! Setelah sekian lama banget akhirnya Rashi bisa up buku inii AAAAA saking lamanya Rashi menelantarkan book ini, jujur Rashi lupa sama alurnya HAHAHAHA
Apa masih ada yang baca book ini?
Maaf ya chapter kali ini pendek :( Tapi, Rashi harap tetep bisa menghibur yaaa~
Makasih udah mampir ke book ini! Jangan lupa tinggalkan jejak yaa, vote atau komen, dua-duanya lebih bagus!
See ya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top