Chapter 5

***

"Morax, kenapa kau mengajakku ke desa?"

Pagi harimu dimulai dengan Morax yang membangunkanmu, menyuruhmu berganti pakaian dan segera bersiap untuk pergi ke suatu desa. Di kehidupan sebelumnya kamu selalu tidur maksimal empat jam di jam yang random pula, sisa waktunya kamu gunakan untuk bersekolah dan grinding Genshin Impact dan menguli primogem. Namun, entah kenapa di sini kamu merasa mengantuk sekali.

Kamu berasumsi jam tidur Guizhong selalu tepat waktu.

Tapi, tidak masalah. Morax sudah mengajakmu, tentunya kamu tidak boleh menolaknya, bukan?

"Kemarin, kau bertanya tentang siapa 'kau'. Aku bisa menjelaskannya dari sudut pandangku, tetapi--aku mau kau mengetahuinya dari sudut pandang orang-orang kita, Guizhong." Morax membalas pertanyaanmu, kemudian ia menarik tangan kananmu supaya kamu berjalan sejajar dengannya. "Jangan berdiri di belakang, kau bukan pengawalku."

"Ah, maafkan aku, Morax. Aku hanya khawatir--berjalan sejajar denganmu akan membuatku terkesan tidak sopan." Kamu tertawa canggung, tetapi kamu menuruti ajakannya untuk berjalan di sampingnya.

Morax menghentikan langkah, yang spontan langsung membuatmu turut berhenti. Sepasang netra amber itu tertuju ke arahmu. "Kenapa kau merasa begitu? Posisi kita sederajat, Guizhong. Aku ini dewa, dan kau juga sama."

"Apa kau masih merasa tidak nyaman denganku?"

Kamu menggelengkan kepalamu cepat, menyangkal pertanyaannya itu. "Bukan begitu! Hanya saja, kau itu 'kan archon--"

Seketika, kamu memutus perkataanmu dengan sepihak. Baru kamu ingat, bahwasannya Morax yang sekarang bukanlah sosok 'archon', tetapi hanya seorang adepti.

"Archon? Apa itu?" tanya Morax.

"Ah--tidak jadi. Aku hanya asal bicara saja, kok." Kamu tersenyum tipis, dan kemudian menarik tangan Morax untuk melanjutkan perjalanan kalian berdua ke desa. "Tidak usah dibahas lagi, ya? Ayo kita pergi ke desa."

Meski masih menyimpan rasa penasaran, mau tak mau Morax tetap bungkam dan mengangguk paham. "Baiklah, Guizhong."

***

Kalian berdua sudah sampai di desa itu. Desa yang kalian datangi tampak makmur, kamu tidak terkejut sebab kamu tahu Guizhong yang asli memiliki kemampuan hebat dalam memerintah. Hari masih pagi, tetapi sudah banyak kesibukan yang terlihat di desa kecil itu. Banyak pedagang berjualan, atau sekadar pemusik yang mencari uang dengan lagunya di tepi jalan. 

Begitu kalian memasuki gerbang desa, banyak orang memandangi kalian dengan kagum dan bersorak-sorai penuh kehebohan.

"Nona Guizhong!"

Sebagian besar warga di sana mendekati kalian dan meminta perlindungan dan berkat, tetapi tak sedikit pula yang memilih untuk menyingkir dan memandangi kalian berdua dari kejauhan dengan tatapan kagum.

"Terima kasih atas bantuan Anda dalam pembuatan pupuk, nona Guizhong! Sekarang, perkebunan saya tidak pernah gagal panen lagi!

"Nona Guizhong, saya juga ingin berterima kasih! Berkat keputusan yang Anda pilihkan untuk saya, saya mendapat untung berkali-kali lipat! Semuanya berkat Anda, nona Guizhong!"

"Saya mohon berikan saya berkat Anda, nona Guizhong! Hanya kebijaksanaan Anda sajalah yang bisa membuat saya lepas dari situasi ini, nona dewi!"

Kamu cukup canggung dengan situasi yang kamu hadapi ini--pertama kalinya dalam hidupmu kamu dikerubuti banyak orang seperti ini. Di kehidupanmu yang sebelumnya, kamu tak lebih dari gadis yang dicap freak karena mencintai laki-laki gepeng.

Namun, di sini kamu dielu-elukan, dipuja-puja, banyak orang memohon berkatmu.

'Guizhong dan aku ... bagaikan langit dan bumi, ya? Jika dia tahu aku ada di tubuhnya seperti ini ... apa dia akan marah padaku?' Kamu membatin dalam hati, setelah menyadari semua tatapan hormat dan puji-pujian itu ditujukan pada Guizhong, God of Dust. Bukan kamu, (Full Name) yang hanya gadis remaja biasa. Kamu tertawa miris dalam hati, 'Hahah, aku benar-benar menyedihkan ... ya?'

Ingin rasanya kamu pergi dari sana berteriak sekencang-kencangnya kalau kamu bukanlah Guizhong. Semua rasa terima kasih dan permohonan untuk ditolong itu rasanya terkesan sia-sia jika dikatakan pada 'Guizhong' yang sekarang.

Melihat ekspresimu yang terkesan lesu, Morax buru-buru menghalangi para warga yang mengerubungimu, membuat mereka mundur beberapa langkah.

"Guizhong sedang tidak dalam kondisi prima hari ini, tolong jangan terlalu menekannya."

Suara dingin yang dikeluarkan oleh Morax membuat orang-orang itu terdiam. Sesuai dengan deskripsi tentang masa lalunya--Morax yang ini tidak seramah 'Zhongli' yang sekarang kamu kenal di dalam game. Beberapa pasang mata menatap si adepti terkuat dengan tatapan segan.

"Ah, maafkan kelancangan kami, tuan Morax!" Salah satu dari mereka berseru keras dan membungkukkan badan, menyadari kelancangan yang sudah ia perbuat. "Kami mohon ampun, tuan!"

"Jangan meminta maaf padaku, minta maaflah pada Guizhong," sahut Morax seraya menyuruhmu berdiri di depannya.

Sesuai perkataan Morax, orang-orang itu berbondong-bondong meminta maaf padamu. Kamu hanya tersenyum dan berkata pada mereka bahwa kamu baik-baik saja.

Setelah itu, Morax hendak mengajakmu pergi dari sana, tetapi--

"Nona Guizhong!"

--dari kejauhan, kamu melihat seorang anak kecil berlari ke arahmu dengan isak tangis, tangan kirinya diperban dan mata kanannya ditutupi.

Kamu menghampiri anak kecil itu dengan cemas. "Oh, adik kecil, apa kau baik-baik saja?"

"Huaaa, aku diserang monster kemarin malam ... rasanya sakit sekali, hiks hiks!"

Anak kecil itu menangis tersedu-sedu, kamu merasa tidak tega melihatnya. Kamu mengusap kepalanya dan berkata, "Shh, jangan menangis, ya. Tunggu sebentar."

Kamu melirik ke arah Morax, ia tengah menatapmu. Kamu segera menghampirinya, menarik-narik lengannya dan berjinjit supaya bibirmu bisa mencapai telinganya. "Pss, Morax! Aku biasanya bisa menyembuhkan luka seperti itu, 'kan? Juga sekalian memberikan berkat pada orang-orang tadi?"

"Tentu saja. Itu adalah hal yang mudah bagimu." Morax membenarkan pertanyaanmu. "Tetapi, kau tidak perlu memaksakan diri. Aku tidak mau kau kenapa-kenapa, Guizhong."

"Kalau itu adalah hal yang mudah, tentunya tidak akan berbahaya padaku, 'kan? Jangan khawatir, Morax." Kamu tersenyum percaya diri, kemudian menarik napas dalam-dalam. "Apa yang biasanya kulakukan? Aku tinggal mengulurkan tanganku dan tiba-tiba berkat itu muncul sendiri, 'kan?"

"... Kurang lebih seperti itu? Tetapi, biar aku bantu."

Morax mendekat ke arahmu, kemudian berdiri tepat di belakangmu. Ia mengarahkan tanganmu untuk menjulur ke depan, pergelangan tanganmu dipegang erat olehnya. Laki-laki itu berbisik di telingamu, "Alirkan kekuatanmu ke telapak tangan."

Kamu tidak begitu mengerti--tetapi, kamu dapat merasakan ada sesuatu kekuatan yang aneh dalam tubuhmu. Kamu memejamkan mata, merasakan aliran kekuatan mengalir ke telapak tanganmu. Seberkas cahaya muncul di telapak tanganmu yang menengadah ke atas, bersamaan dengan munculnya debu-debu putih yang tipis dan halus.

"Genggam debu itu erat-erat dengan kedua tanganmu dan sebut 'berkat' yang ingin kau berikan. Kemudian, lepaskanlah dan biarkan debu itu tertiup angin."

Morax melepas pegangannya pada tanganmu, sehingga kamu bisa lebih leluasa menggenggam debu yang ada di tanganmu. Kamu mengucap berkah yang hendak kamu berikan dalam hati;

'Sembuhkanlah anak ini dan berkati orang-orang yang ada di tempat ini dengan kemakmuran dan kedamaian.'

Debu tipis itu bercahaya, pancarannya keluar dari sela-sela jarimu. Kamu membuka matamu, kemudian melepaskan debu itu dan membiarkannya terbang diterpa angin. Para warga desa yang menyaksikan ritual pemberian berkatmu itu serempak bersujud menyembahmu, dan anak kecil yang tadi pun seketika sembuh. Anak kecil itu berlari ke arahmu dan memelukmu erat, mengucapkan rasa terima kasih dan syukurnya padamu.

"Kemuliaan kepada nona Guizhong!"

Sorak-sorai kembali terdengar, pemujaan atas kuasa dan karuniamu meramaikan suasana itu. Ada rasa senang dan puas yang muncul di hatimu.

Meskipun kamu bukanlah Guizhong yang sesungguhnya--setidaknya, bahkan gadis biasa sepertimu bisa memberikan berkah pada mereka semua.

Kini kamu mengerti mengapa Guizhong begitu baik hati dan suka menolong rakyatnya--bukan karena ingin dipuji atau disembah, tetapi hanya karena pertolongan kecil itulah kamu merasakan kebahagiaan.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Morax tiba-tiba, membuatmu memandang ke arahnya. "Menurutmu, seperti apa 'kau' ini di mata orang-orang?"

"Aku adalah orang yang ... sangat dihormati? Kebijaksanaan dan pengetahuan, serta anugrah yang kuberikan pada mereka sangat membantu mereka dalam kesehariannya." Kamu menggaruk-garuk pipimu, sepertinya hanya jawaban itu yang bisa kamu berikan.

Morax menepuk kepalamu. "Tepat. Seperti itulah Guizhong di mata para rakyat."

"Apakah kau mau tahu, seperti apa 'kau' dari sudut pandangku, Guizhong?"

.

.

.

.

.

.

.

.

HEWWOO, KALI INI RASHI UPDATE NYA CEPET UEUEEE RASHI BANGGA BANGET– /udh

Gimana chapter kali ini? Semoga bisa menghibur juga yaa, maaf momen Morax x Reader nya kurang :( Tapi di chapter berikutnya, Rashi usahakan biar momennya lebih berasa heheee

Gak banyak yang pengen Rashi bilang kali ini. Seperti biasa, ini murni ngarang ya apalagi di bagian ngasih berkah itu WKWKWKW

Makasih banyak udah mampir ke book Rashi! Jangan lupa tinggalkan jejak vote atau komen, dua-duanya lebih bagus~

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top