Chapter 12

***

Ketika sudah sadar, hal pertama yang kamu lakukan adalah memandang ke sekeliling, mengedarkan pandangan sejauh-jauhnya guna memindai lokasi kamu berada sekarang.

Kamu kira, kamu akan berada di tempat yang dipenuhi kegelapan--sebaliknya, kamu berada di tempat yang sangat terang, dengan aroma wewangian. Bunga glaze lily mekar di segala penjuru, rasanya seperti deja vu bagimu. Ketika kamu baru terbangun dari kematian, kamu ada di tempat yang sama.

"Jangan-jangan barusan aku mati untuk kedua kalinya ... lalu isekai ke tempat ini lagi?" Kamu tergidik ngeri, kemudian memandang tubuhmu sendiri, sungguh lega rasanya tak ada perubahan pada tubuhmu. "Ah, tidak. Aku masih menjadi Guizhong, berarti aku masih hidup. Eh, atau malah ... aku kembali ke masa aku pertama kali menjadi Guizhong?"

"Tidak begitu, (Name). Kau masih hidup, kok. Kau tidak mengulang waktu lagi."

Kamu tersentak.

Sudah lama sekali waktu berjalan, tetapi ini adalah kali pertama kamu mendengar nama itu lagi. (Name) ... nama yang sudah nyaris kamu lupakan, oleh sebab--nama itu adalah namamu di kehidupan sebelumnya.

Siapa?

Siapa gerangan yang memanggilmu dengan nama itu?

Tak ada seorangpun di Teyvat yang mengetahui nama itu, kecuali kamu--dan ... orang yang membuatmu isekai ke Teyvat.

'Jangan-jangan--!'

Kamu berbalik, kemudian menemukan sosok yang berwujud sama denganmu--atau tepatnya, sosok gadis yang wujudnya kamu ambil. Pemilik asli tubuh yang kamu pakai sekarang.

"Gui ... zhong?" Sepasang netramu terbelalak ketika mendapati sosok itu berada di depanmu, Guizhong yang asli--rekan dari Morax yang sesungguhnya. Langkahmu tertuju padanya, kemudian kamu memegang erat kedua pundak gadis itu. "Kau Guizhong ... yang asli?!"

"Ya, akulah Guizhong, (Name)." Kedua tangannya menyentuh lembut pipimu, mengusapnya perlahan-lahan dan penuh dengan kasih sayang. "Apa kau terkejut? Maaf karena aku muncul tiba-tiba."

"Sangat." Kamu mengangguk pelan. Perasaanmu campur aduk, rasanya senang sekali bertemu dengan Guizhong--dirinya yang asli sungguh anggun, tidak seperti dirimu yang bobrok ini. "Kenapa kau ada di sini? Apa kau datang untuk kembali ke tubuhmu?"

"Tadi aku sudah .... 'mati', apakah ... sekarang kau akan mengambil tubuh ini lagi?"

Meski senang karena bertemu si pemilik tubuh, sejujurnya kamu juga takut--sebab, ada kemungkinan Guizhong akan kembali ke tubuhmu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu akan kembali ke alam kematian sekali lagi? Kamu takut--kamu belum siap.

"Kau berpikir terlalu jauh, mana mungkin aku melakukannya?" Guizhong tertawa-tawa geli, ia kemudian mengusap-usap pucuk kepalamu. "Yang sudah mati itu aku, (Name)."

Kamu memerlukan sepersekian detik untuk mencerna kalimat itu. "... Apa?"

"Aku sudah mati, kemudian aku menarik jiwamu yang juga baru mati untuk masuk ke dalam tubuhku." Guizhong tersenyum sendu, rasanya berat baginya untuk menerima kenyataan bahwasannya ia sudah mati. "Adegan yang tadi kau lihat adalah ingatanku. Kita terhubung karena kabut hitam itu."

Kamu tersentak. Masih teringat jelas dalam ingatanmu bahwasannya kamu pernah berbohong pada Morax, kalau kamu diserang oleh kabut hitam yang abstrak hingga membuatmu amnesia. Ternyata ... Guizhong benar-benar diserang oleh kabut hitam itu. 'Padahal aku hanya mengarang cerita ... ternyata itu benar? Guizhong diserang kabut hitam--? Rupanya aku berbakat jadi cenayang.'

Kamu kembali fokus pada percakapan kalian. Dengan ragu, kamu bertanya, "Apa kau menyesal karena sudah menarik aku ke sini?"

"Kenapa kamu bertanya begitu?"

"Sebab, aku ini tidak ada apa-apanya dibanding dirimu, Guizhong yang asli--yang dipenuhi dengan kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan tiada batas."

Kamu menunduk kepala ketika kamu hendak menyalahkan dirimu sendiri, tetapi, pelukan hangat kamu rasakan. Gadis itu memelukmu, mengusap-usap punggungmu guna berusaha membuatmu menjadi lebih tenang. "Justru aku ingin minta maaf padamu. Aku menghalangi kematianmu yang damai, dan malah menyeretmu ke dunia sekali lagi."

"Maafkan aku, (Name). Maaf sudah membuatmu memikul beban yang harus aku tanggung."

Tanpa sadar, kamu meneteskan air mata. Perasaan haru bercampur dengan kesedihan menyatu jadi satu. Pada akhirnya, ada rasa senang lantaran ada orang yang bisa mengerti perasaanmu yang sesungguhnya--meski terlihat baik-baik saja, nyatanya kamu sudah lelah. Kamu bukan penduduk Teyvat, tapi tidak bisa mengatakannya pada siapapun. Kamu remaja biasa yang gemar bersenang-senang, tapi tiba-tiba harus mengemban tugas sebagai seorang dewi.

Kamu tidak sepenuhnya baik-baik saja, Guizhong tahu. Ia selalu mengawasimu, setidaknya ia harus ada sampai kamu mengetahui kebenaran mengapa kamu isekai ke Teyvat.

Sekarang ada Guizhong, yang notabenenya mengetahui siapa kamu yang sesungguhnya, satu-satunya orang yang memahami kondisimu sekarang.

Apakah mudah untuk beradaptasi di Teyvat? Tentunya tidak. Kamu harus menghadapi kehidupanmu sebagai dewi, dengan tekanan dari berbagai pihak--tetapi, kamu tak bisa menceritakannya pada siapa-siapa.

Morax? Tidak. Sebab, yang ia tahu--kamu adalah dewi.

Kamu lega, ada Guizhong yang mengerti kamu dan berusaha menenangkanmu.

"Lalu ... kabut hitam itu sebenarnya apa?" Kamu mengelap ingusmu dengan lengan baju. Jujur saja, Guizhong tampak terkejut melihatmu yang tak ada anggun-anggunnya--tapi, biarlah. Toh, tubuhnya sekarang adalah milikmu.

Guizhong menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tahu menahu. Ribuan tahun aku hidup, ini adalah kali pertama aku melihatnya. Jawabannya mungkin kau ketahui, tapi kau tidak ingat--pelan-pelan ingatlah, aku tahu di duniamu pun kau melihat kejadian yang ada di Teyvat."

"...."

"Sekarang kau ada di alam bawah sadar, aku tidak bisa ada di sini lama-lama. Apakah kau mau mengobrol atau bertanya tentang hal lain padaku?" tanya Guizhong. Ia menarikmu untuk duduk di atas hamparan bunga bersamanya. "Akan kujawab sesuai yang kuketahui."

"... Mengapa kau memilih untuk menarikku ke dunia ini?" tanyamu ragu-ragu. "Bukannya aku keberatan, ya. Hanya penasaran saja."

"Sebab, kau yang mencintai Morax lebih dari orang lain di duniamu."

"...?"

"Aku dapat merasakan ketulusanmu pada Morax. Intinya karena itu." Guizhong terkekeh geli. "Kau tahu? Sejujurnya aku menyimpan ... perasaan padanya. Tetapi, aku tidak bisa mengekspresikan padanya, sebab aku adalah seorang dewi."

"Kalau (Name), aku yakin kau bisa menunjukkan perasaan cintamu padanya dengan bebas."

"Tapi, bagaimana bisa dunia kita terhubung? Apa kau tahu jawabannya, Guizhong?" tanyamu lagi. Kalau dipikir, kenapa Guizhong repot-repot membuatmu ke Teyvat? Padahal, ia bisa menarik jiwa orang lain di Teyvat saja.

"Sebetulnya, dunia kita terhubung. Meski kisah kami hanyalah sekadar game di duniamu, sebenarnya dunia kami benar-benar ada, dan kita dihubungkan oleh satu orang."

"Siapa?"

"Da Wei. Dia adalah dewa yang menghubungkan duniamu dengan Teyvat."

Kamu terdiam.

'ANJRIT, DA WEI CEO MIHOYO?'

Kamu sudah tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Pada mulanya, isekai saja sudah di luar nalar. Mau tak mau, kamu menerima fakta bahwa Da Wei adalah orang yang menghubungkan Teyvat dengan bumi, meski ini sungguh tak masuk akal.

Kamu kemudian berbincang-bincang dengan Guizhong, topik yang ringan--bagaimana Guizhong melihatmu dan perubahannya, juga bagaimana Guizhong selalu mengawasimu. Sesekali kamu tertawa bersama dengannya. Guizhong sungguh membuatmu nyaman.

"Guizhong, mengapa tubuhmu jadi transparan?" Tiba-tiba kamu dikejutkan oleh keberadaan Guizhong yang semakin memudar, tubuhnya bercahaya dan tembus pandang. "Jangan-jangan--waktumu sudah habis?!"

"Sepertinya begitu, aku sudah menghabiskan cukup banyak waktuku hari ini." Guizhong tersenyum tipis ketika melihat tangannya yang tembus pandang. Ia berdiri dari posisi duduknya, menepuk-nepuk pakaiannya. "Bukan masalah, toh memang kenyataannya aku sudah mati."

"Sekarang, kau harus kembali, (Name). Hadapilah kabut hitam itu. Ingat-ingatlah sosoknya. Mungkin game yang kamu lihat di duniamu itu memiliki jawabannya." Guizhong mengulurkan tangannya, membawamu untuk berdiri di hadapannya.

Sepasang tangan Guizhong terasa dingin, tetapi kamu merasakan hangat dari tiap nasihatnya. Ia memelukmu erat-erat dan berbisik, "Kau pasti bisa, (Name)."

"Aku percaya padamu. Selamat tinggal ... (Name)."

Perlahan-lahan, tubuh itu memudar. Kamu dapat merasakan debu yang mengudara di sekitarmu, ah, tampaknya ini berkat terakhir yang bisa diberikan sang dewi kebijaksanaan padamu.

Kamu menggenggam debu itu erat-erat. Sudah saatnya kamu kembali ke realita dan menghadapi musuh terakhirmu. "Terima kasih dan selamat tinggal, Guizhong."

Kamu memejamkan mata. Kemudian sebuah pintu yang dipenuhi cahaya muncul di hadapanmu. Menarik napas dalam-dalam, kamu pun memasuki pintu itu.

"Ini yang terakhir ... kabut hitam itulah satu-satunya musuhku."

.

.

.

.

.

.

.

.

YOUKOSOOO LAMA TAK JUMPA MINA-TACHII. MAAF RASHI AGAK SIBUK LAGI AKHIR-AKHIR INI, tapi Rashi usahakan tetap update yahh mulai hari inii hshshshs

Gimana chapter kali ini? Iya belum ada romancenya, maaf yaa ;( Kayak kata Rashi di chapter kemarin, beberapa chapter ini bakal fokus ke arc gelud dulu yaa hehe jadi Morax belum muncul dulu, tapi nanti bakal ada lagi kokk!

Maaf juga chapter kali ini agak absurd
Da Wei itu archon di bumi /gak

Terima kasih udah tetep baca book ini, kalo masih ada yang baca juga HAHAHAHA /cry/ Jangan lupa tinggalkan jejak yaa vote atau komen, dua-duanya lebih bagus!!

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top