"Oldest Warning"

Diabolik Lovers
By: ©Rejet

Reiji, Pacaran Yuk?

Shu Sakamaki x Reiji Sakamaki
[ShuRei]

Rate: T --> M

Warning: AU, Typo bertebaran, slow update, yaoi, bxb, boyslove, m-preg, INCEST, bahasa amburadul, para Chara edan semwa :v

'Oldest Warning'


Pagi kembali menyapa, perlahan sinar mentari pagi mulai menyengat setiap menitnya. Kehangatan pagi itu terasa sangat berbeda dari biasanya, seperti lebih berwarna dan nyaman disaat yang bersamaan.

Semua orang kembali melakukan aktivasi mereka di pagi hari seperti biasa. Ada yang langsung menuju ke kamar mandi ada pula yang masih betah di kasur mereka.

"Ayato bangun! Segera mandi dan turun ke bawah cepat!" Seru pemuda dengan kacamata itu di depan pintu kamar dengan nama 'Ayato'. Sesekali tangannya akan mengetuk pintu tersebut agar mendapat jawaban dari adik tirinya tersebut.

"Iya! Iya! Duh, kau semakin cerewet Reiji!" Sahut Ayato dari dalam kamarnya.

Reiji mendengus, "Aku cerewet karena kau juga Ayato!"

Dia kemudian berjalan kembali hendak menuju kamar yang lain. Jam telah menunjukkan pukul 06.30 itu artinya 30 menit lagi mereka akan berangkat.

"Kanato? Kau sudah bangun, cepat lah bersiap" Pintu dengan gantungan bertuliskan 'Kanato' dibuka. Menampakkan sosok adiknya yang lain.

Pemuda bersurai lavender dengan boneka itu menguap kecil, "Ha'i Okaa-sama" Lirihnya mengigau.

Mendengar hal itu perempatan siku merah terlihat di dahi Reiji, "Aku bukan Okaa-sama! Hahhh cepat mandi"

Tak ingin merusak mood paginya, dia pergi begitu saja dari kamar Sakamaki ke empat tersebut. Berbalik menuju kamar pertama yang ia lewati.

Kamar milik Shu yang bersebelahan dengan miliknya masih tertutup. Gantungan bertuliskan 'Shu' bergerak kecil kala ada angin yang meniupnya dari jendela.

Reiji menghela nafas, bersiap untuk membangunkan kakak tercintanya dan memaksanya untuk bangun.

Tok..
Ceklek...

Baru satu ketukan pintu tersebut telah terbuka, menampakkan wujud pemuda pirang tinggi yang sudah berpakaian seragam. Iris biru itu menelisik raut terkejut sang adik yang ada di hadapannya.

Reiji sendiri masih terkejut karena pintu tersebut yang terbuka tiba-tiba. Dia akan mundur jika saja Shu tak menahan tengkuknya dan-

"Hmm... Pantas aku mencium bau strawberry ternyata itu kau" Shu memiliki wajah di rambutnya, dia menghirup aroma yang ada di rambut adik kandungnya tersebut.

Candu.

Ah, mungkin ini adalah wangi yang akan ia sukai sampai kapan pun.

Tangan besar itu mengacak sejenak rambut Reiji sebelum akhirnya melangkah pergi menuruni tangga menuju dapur. Meninggalkan Reiji yang terpaku di depan kamarnya dengan rona merah yang menyebar di pipinya.

****

"Mau kemana Shu?" Megane bertanya kala melihat Shu yang beranjak pergi dari kelas saat jam istirahat. Seingatnya Reiji membawakan semua saudaranya bento jadi mereka tak perlu untuk ke kantin.

"Hn, keluar sejenak"

"O Bento wa do? "

Kaki yang melangkah tadi kembali berhenti, dia menoleh sejenak ke arah Reiji, "Aku akan memakannya nanti"

Pintu kelas digeser dan dengan begitu Shu pun keluar dari kelas, meninggalkan Reiji yang berdua di kelas dengan Ruki yang tertidur di bangku belakang.

"Shu aneh sekali. Bukannya dia tadi berjanji akan makan bersama?" Batin Reiji yang masih memandangi pintu kelas, sumpit yang masih ia gigit sedari tadi ia turunkan. Entah mengapa selera makannya tiba-tiba menghilang begitu saja.

Dia menghela nafas sejenak, lalu menutup kembali kotak bekalnya. Berniat menyusul Shu karena penasaran.

Dia menggeser pintu kelas dan langsung di hadapkan dengan seorang gadis bersurai putih dengan Iris merah seperti Subaru.

Mata itu menatap tajam ke arahnya, "Jangan ikuti Shu" Peringat Yuu seraya masuk ke dalam kelas.

Dia segera menuju ke bangkunya dan menaruh set bendo yang ia beli di kantin ke kolong mejanya. Reiji bergidik, dia segera keluar dari kelasnya tanpa menghiraukan peringatan gadis putih itu.

Diam-diam Yuu menoleh ke arah pintu kelas, dia menghela nafasnya sejenak. "Yare-yare... Semoga Shu sudah selesai dengan urusannya"

****

Hari itu cuaca sedang mendung, sehingga sinar matahari tak bisa mengantarkan cahaya karena tertutup awan hitam tebal. Angin sepoi pun turut adil dalam hal tersebut seolah cepat-cepat menginginkan untuk segera hujan badai yang deras.

Di rooftop Ryoutei High School terlihat dua orang yang berdiri disana. Satu bersurai pirang keorenan serta satu gadis bersurai pink yang sedang memerah di bagian wajahnya.

Sang gadis berpikir bahwa ia akan mendapat sebuah ujaran penuh cinta dari salah satu Idola di sekolahnya, apalagi itu adalah Shu Sakamaki, tertua dari Sakamaki yang terkenal dengan kemampuannya bermain musik serta jangan lupakan wajah rupawan nya yang mampu membuat semua gadis bertekuk lutut karena dirinya.

Banyak pemikiran yang berseliweran di kepala gadis itu yang mana malah membuatnya merasakan euforia kesenangan tiada henti.

"A-ano.. Shu-san.. "

"Kalau kau masih mau hidup, jauhi Reiji"

Bagai telah tersambar petir, gadis itu mendongak dengan ekspresi terkejut. Dia memandang pemuda dihadapannya yang balas menatapnya dengan tatapan tajam serta menusuk. Ekspresi yang membuatnya takut sendiri.

Perlahan gadis bernama Azure itu mundur ke belakang karena merasakan aura menyeramkan Shu. Tangannya bersiap membuka pintu yang menghubungkan ke lantai 4 dimana namun entah mengapa pintu tersebut mendadak tak bisa dibuka.

Dengan ketakutan, Azure mencoba membuka pintu di belakangnya saat mendengar langkah kaki Shu yang mendekat ke arahnya.

Pintu di hadapannya ia pukul-pukul berharap akan ada yang mendengarnya dan membantunya keluar.

Namun semua itu percuma, pintu itu tetap tak terbuka dan malah membuat tangannya memerah sakit. Samar dia bisa mendengar sebuah cutter di dorong keluar dari tempatnya membuat bulu kuduk nya semakin berdiri karena mendengarnya.

Chek..
Chek..
Chek..

Gedoran pada pintu semakin kuat, dia bahkan tak memperdulikan lagi jika tangannya akan kebas atau apa jika masih mengedor pintu tersebut. Yang jelas dia harus segera keluar dari sana agar nyawanya selamat.

Suara cutter itu semakin terdengar dan berjeda lama membuatnya semakin ketakutan dan tak berani untuk melihat ke belakang. Mulutnya tak berhenti berteriak meminta tolong bahkan ia merasakan suaranya seakan hampir habis karena terus berteriak.

Chek...

Benda pipih dingin menyentuh kulit lehernya dan entah mengapa secara otomatis pergerakannya berhenti. Irisnya mengecil ketakutan kala merasakan ujung tajam itu bergerak disekitar lehernya membuat sensasi rasa sakit pada lapisan terluar kulitnya.

"Kuperingatkan padamu. Jika masih.. Berdekatan dengan.. Reiji, maka cutter ini lah.. Yang akan memakanmu. Khukhu.. Asal kau tahu saja Reiji milikku.. Dan tak ada yang boleh.. Mengambilnya.. Dariku.." Shu berdiri tepat di belakang gadis malang tersebut. Tangannya mencengkram erat cutter yang ia tempatkan ke leher gadis tadi. Dengan perlahan menekan sisi tajam ke leher gadis itu sehingga lapisan kulitnya terkoyak oleh cutter tersebut.

"A- a akkhh!!! Sh-Shu-san.. Be-berhenti... "

Darah mulai keluar dari bekas luka tersebut, senyum kembali tersungging di wajah Shu kala melihat cairan itu keluar dari tubuh sang korban. Cutter ia angkat dan menjilat sisian cutter yang terkena darah.

"Tck, busuk"

Cutter kembali ia gesek kan ke kulit Azure menciptakan sebuah luka memanjang di dekat tengkuknya kali ini darah yang keluar lebih banyak daripada yang tadi.

Kilatan nafsu terpancar dari iris biru itu, entah sejak kapan ia mulai suka dengan kegiatannya saat ini. Dia mengarahkan cutter nya ke leher bagian depan Azure membuat posisinya seolah ingin memenggal kepala gadis tersebut.

"Jangan... Beritahu siapapun"

Dan secara tiba-tiba pintu terbuka dan Shu melepaskan gadis itu, membuat Azure condong ke depan yang mana membuatnya terjatuh dari atas.

"KKKYYYAAAA!!!!!!"

Shu berjalan menjauh dari pintu, dia kemudian memanjat pagar dan segera terjun ke bawah di taman belakang sekolah yang sepi. Dia turun tanpa lecet sedikit pun seolah dia sudah biasa melompat dari ketinggian.

Untung lah tak ada sedikit pun noda darah pada bajunya sehingga ia tak perlu susah-susah mencari baju ganti untuknya.

Dia berniat untuk membuang cutternya sebelum sebuah suara menghentikan aksinya.

"Sepertinya sifat aslimu telah terbuka ya" Shu mendengus kecil. Dia tahu persis pemilik suara tersebut.

"... Shu Sakamaki"

Dia berbalik dan mendapati seorang gadis bersurai putih serta pemuda tinggi dengan surai cokelat yang di ikat. Yuu dan Yuuma.

Yuuma berdecih, "Tak kusangka bocah Neet sepertimu memiliki sifat seperti itu. Benar-benar kejutan" Dia tersenyum merendahkan seraya bertepuk tangan. Sementara Yuu hanya bersender di tembok dengan kedua tangan bersedekap di dada dengan mata terpejam serta seringai menyeramkan.

Shu acuh, dia membuang cutternya tanpa pikir panjang dan berjalan mendekat kearah dua sahabatnya tersebut.

"Tak masalah apapun untuk Reiji" Ungkapnya dengan sebuah seringai sadis penuh kegilaan.

Yuuma tertawa kecil, dia menepuk pundak pemuda pirang itu sejenak. "Apa pun itu kami akan mendukungmu"

"Well, itu gunanya sahabat. Aku akan membantumu pirang dan akan kupastikan masa depanmu bersama Reiji" Sahut Yuu dengan sebuah seringai licik.

Kelopak matanya terbuka dan menampilkan satu Iris merah darahnya dan satu lagi Iris berwarna putih dengan sebuah symbol bintang berwarna hitam yang dikelilingi oleh satu buah lingkaran.

"Ya, aku akan sangat terbantu oleh hal itu"

****

Jam pelajaran ke empat di kelas 11-1 sedang kosong, jadi banyak siswa yang memanfaatkan hal tersebut dengan berbagai hal. Entah itu pergi ke kantin, pergi ke tangga sebelah seraya memainkan gitar ataupun diam di kelas seraya membuat geng dan mulai bergosip tentang peristiwa yang baru-baru ini terjadi.

Peristiwa tentang jatuhnya seorang siswi kelas 11-5 bernama Kanzaki Azure memang menjadi gosip terhangat di sekolah Ryoutei saat itu. Banyak yang bertanya-tanya kenapa gadis energik kelas 11-5 jatuh dari tangga rooftop dan memiliki luka sayatan di lehernya?

Banyak yang menyatakan bahwa Azure sedang bermasalah dengan seseorang dan membuatnya seperti itu dan ada pula yang menyatakan bahwa gadis itu hanya mencari sensasi atau pansos ke guru-guru.

"Kira-kira apa yang terjadi ya" Gumam Reiji yang tak sengaja mendengar gosip para hawa di kelasnya.

Dia, Shu, Ruki, Carla dan Yuu saat ini sedang mengisi waktu mereka dengan makan bersama di kelas. Karena tadi mereka semua -entah kebetulan atau apa- tak memakan makan siang mereka dan sekarang sedang jam kosong maka mereka memanfaatkan waktu itu sebaiknya.

Shu mengangkat bahu acuh, "Entah lah" Dia kemudian mulai menyumpit makanannya. Setelah kejadian tadi dia benar-benar lapar dan masakan Reiji adalah obat terbaik untuknya.

"Bukan urusan kita juga" Sahut Carla acuh dan kembali memakan bekalnya.

Ruki yang sedang menyedot susu kotaknya memasang wajah berpikir, dia sebenarnya juga kaget sekaligus penasaran. Apalagi berita ini sampai ramai dikalangan angkatan mereka.

"Mungkin.. Ada masalah tentang hubungan percintaan?" Ungkap Ruki mengutarakan pendapatnya.

Dia menoleh ke arah Yuu yang memakan set bentonya dengan tenang. Yuu yang merasakan dirinya di tatapan hanya mengangkat bahunya acuh.

"Aku tak bisa melihat apapun" Jawabnya lalu meminum jus kotakan miliknya.

Diam-diam Shu menyeringai kecil, puas dengan hasil kerjanya serta sahabatnya yang mau membantunya. Sepertinya ia harus memberikan sesuatu pada gadis bersurai putih tersebut.

"Tak perlu kau fikirkan Rei" Ujar Shu mencoba membuat adiknya mengalihkan pikirannya dari berita itu.

Dan sepertinya Reiji menurutinya, pemuda manis itu mengangguk dan kembali memakan bekalnya dengan tenang. Sesekali juga percakapan terjadi di antara dirinya dan Ruki yang kadang juga melibatkan Yuu dan juga Carla.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top