"Dekat Bukan Berarti Jadian"

Diabolik Lovers
By: ©Rejet

Reiji, Pacaran Yuk?

Shu Sakamaki x Reiji Sakamaki
[ShuRei]

Rate: T --> M

Warning: AU, Typo bertebaran, slow update, yaoi, bxb, boyslove, m-preg, INCEST, bahasa amburadul, para Chara edan semwa :v

'Dekat Bukan Berarti Jadian'

"Arigatou gozaimashta!"

Keduanya berjalan keluar, dengan menentang tas belanjaan mereka. Mungkin hanya Shu saja yang membawa sementara Reiji berjalan disebelahnya tak membawa apa-apa.

Sebenarnya tadi Reiji sudah menawarkan dirinya untuk membantu Shu, namun pemuda pirang itu menolaknya agar dia saja yang membawa belanjaan tersebut.

Reiji tentu saja tak mau, dia beranggapan Shu pasti sudah lelah karena sudah ia ajak berputar kesana kemari mencari bahan makanan. Namun bukannya mengalah Shu malah mengatakan bahwa itu memang tugasnya, dia memaksa Reiji agar ia saja yang membawa yang membuat Reiji akhirnya menyerah dan membiarkan Shu membawa belanjaan mereka.

Mungkin sekilas mereka berdua nampak seperti pasangan yang romantis, namun jika di lihat lebih dekat mereka sebenarnya hanya lah kakak beradik.

Sungguh kenyataan yang pahit bagi Shu yang mencintai adiknya sendiri.

Mobil Shu dengan perlahan mulai melaju bersama dengan mobil lainnya. Kebetulan hari sudah sore dan para pekerja kantoran mulai pulang ke rumah masing-masing, walaupun tadi sempat terkena macet namun saat memasuki jalur hutan sudah tak macet.

Keheningan terus terjadi di dalam mobil, tak ada dari mereka yang mau membuka percakapan terlebih dahulu. Mungkin agak canggung, karena sebelumnya mereka tak pernah sedekat ini.

Shu menyerah, dia harus memecahkan keheningan ini agar pendekatannya dengan Reiji berjalan baik. Atau apa pun itu yang membuat mereka nampak dekat.

"Rei"

"Hm?"

Wajahnya yang sedari tadi memperhatikan pemandangan di luar menoleh menatap Shu. Sesekali Shu melirik adiknya yang masih setia menoleh ke arabnya, dia mengambil nafas sejenak sebelum kembali berbicara.

"Seperti yang kukatakan tadi, sebelumnya kau ke kota untuk berbelanja dengan siapa?" Reiji memiringkan sedikit kepalanya, mengingat siapa yang sering bersamanya ke kota.

"Cukup banyak sih, kadang aku pergi bersama Ruki-chan dan juga Carla-kun. Kadang juga bersama Yuu-san, ah ngomong-ngomong dia gadis surai putih yang selalu dianggap kakak Subaru, dia itu teman sekelas kita kadang juga aku pergi bersama Music anak band sekolah yang berambut cokelat dari kelas 11-2 atau tidak dengan Azure-san dari kelas 11-5" Jawab Reiji panjang lebar.

Shu yang mendengar tanpa sadar mencengkram kuat setirnya, berusaha menahan amarah tak kala mendengar Reiji selalu pergi bersama gadis lain.

Dia harus melakukan sesuatu agar mereka tak jatuh cinta pada adiknya ini. Ya! Ia harus mengancam mereka! Bagaimana pun caranya Reiji adalah miliknya dan itu adalah mutlak!

"Hoo, nampaknya kau terlalu banyak dengan gadis" Komen Shu agak sinis, dia masih berusaha memendam emosinya.

Reiji terkekeh kecil, "Bukannya bagus? Aku bisa kenal orang lain yang mungkin saja menarik bagiku"

Oh, Reiji. Asal kau tahu saja, jawabanmu tadi membuat iblis dalam diri Shu meronta ganas untuk segera dibebaskan.

Namun bukannya berhenti, pemuda manis itu malah melanjutkan ucapannya.

"Oh ya, kadang aku juga menerima bingkisan kecil dari Flo-san dari kelas sebelah ada juga dari Iwaki-san kakak kelas kita yang menjadi ketua tim renang laki-laki. Ah ya beberapa kali aku juga mendapat kue dari adik kelas kalau tak salah sih namanya Nezuko dan Ayumi mereka dari kelas 10-2 katanya saat itu mereka baru selesai memasak dari kelas memasak dan harus memberikan kue ke kakak kelas. Yuko-senpai juga pernah memberiku bunga walaupun aku kesal dengannya kenapa aku diberi bunga. Nao-san dari klub jurnalistik juga pernah memberiku surat namun aku malah lupa menaruhnya hahaha jadi sampai sekarang aku tak tahu apa isinya"

Dia terus menceritakan siapa saja yang pernah mencarinya dan memberinya hadiah, wajahnya sesekali berkerut marah dan nampak kesal namun sedetik kemudian berubah menjadi cerah dan kembali bercerita dengan semangat.

Dia bahkan tak memperdulikan Shu yang sudah terbakar api amarah. Pemuda megane itu tak menyadari Shu yang mengeluarkan hawa gelap yang pekat di sebelahnya.

"Kau dengar kan Shu?" Wajah manis itu kembali menoleh ke arahnya, Shu yang tak sengaja meliriknya menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Hawa gelap tadi dalam sekejap hilang digantikan dengan hawa biasa, dia mengangguk dan terkekeh kecil.

"Sepertinya mereka semua tertarik padamu ya" Ujarnya berusaha menyembunyikan sakit hatinya.

Reiji mengangguk semangat, "Mereka memang menyukaiku tapi aku masih belum merasa ada yang cocok denganku. Ahahaha mungkin bisa di bilang aku ini bodoh ya dalam hal cinta, berbeda denganmu dan Raito"

Bibir Shu mengatup rapat, pandangannya mendatar seketika. Dia paling tak suka jika dia dibandingkan dengan Raito.

"Ah ya Shu" Tubuh mungil di mendekat ke arah Shu membuat Shu terkejut kecil.

"Besok tolong tunggu aku ya! Kemarin Fuu-senpai dari kelas 12-4 bilang ingin berbicara sebentar denganku" Dia memberikan sebuah senyum manis ke arah Shu. Shu yang melihatnya terpaku untuk sejenak, sebelum kemudian dia mengalihkan pandangannya ke depan kembali.

Rona merah tipis nampak di wajahnya, "Umh, Ya"

"Arigatou!" Pipinya di kecup dengan cepat membuat Shu tersentak kecil.

Dia melirik Reiji yang nampak tenang-tenang saja di tempat duduknya. Seolah itu adalah hal yang wajar, padahal baru kemarin Reiji nampak tak begitu menyukainya namun sekarang ia malah mengecupnya.

Mungkin, ini awal yang bagus bagi Shu.

Ah tidak, dia harus menyingkirkan beberapa hawa yang ada. Dan setelahnya ia pasti akan dengan mudah mendapatkan Reiji.

Di otaknya sudah tersusun berbagai rencana-rencana keji untuk menyingkirkan para hama itu.

Dan akan Shu pastikan mereka 'senang' dengan rencana Shu.

****

"Tadaima"

Kedua masuk masih tetap dengan Shu yang membawa barang belanjaan. Kanato yang kebetulan baru turun dari lantai berjalan mendekat.

"Okaeri, tak biasanya kalian bersama" Ujarnya sarkas. Pemuda dengan rambut warna lavender itu kemudian duduk di sofa ruang tengah, menunggu makan malam seraya menonton televisi seperti biasa, tentu dengan boneka beruangnya.

Subaru yang baru saja selesai menyiram tanamannya berpapasan dengan Shu, pemuda dengan surai putih itu segera mengambil beberapa kantong belanjaan dari tangan Shu dan membantu membawanya ke dapur.

"Shu, tadi aku mencarimu. Kau bilang akan menemaniku ke kota sore tadi" Shiro itu merengut kesal sesaat setelah menaruh belanjaan tadi.

Shu menoleh ke arah Subaru dan menunjukkan sebuah cengiran kecil, "Maaf maaf, aku lupa. Bagaimana kalau sebagai gantinya lusa besok kita ke Akihabara? Aku akan mengendarai mobil untuk kesana"

Untuk sejenak Subaru terdiam, dia kemudian mengangguk semangat tanda bahwa ia menerima tawaran Shu. Tak ada salahnya bukan? Pergi hanya berdua dengan sosok kakak yang ia kagumi? Dia juga berharap Reiji tak akan ikut dalam kencannya dan Shu.

"Yosh.. Segera lah mandi. Kau baru dari taman belakang bukan?" Tangan besar Shu mengelus lembut helaian putih milik Subaru.

Dengan malu-malu bungsu Sakamaki itu mengangguk, rona merah sudah menyebar di wajahnya. Dengan segera ia pergi dari dapur melaksanakan perintah Shu untuk segera membersihkan dirinya.

"Akhir-akhir ini sepertinya kau dekat dengan Subaru ya" Reiji keluar dari kamar mandi dapur dengan sebuah senyum kecilnya.

Shu menoleh ke arahnya, "Begitu lah, akhir-akhir ini Subaru sering ada disekitarku. Aku bahkan pernah berpikir dia masih penasaran dengan luka jahit ku dulu"

Shu dulu pernah terluka dan menyebabkannya harus menerima sekitar 10 jahitan di punggungnya. Kejadian itu bermula kala mereka masih berumur 9 tahunan. Kala itu Shu, Reiji dan Subaru sedang bermain di sekitar jurang yang tak begitu dalam namun terdapat banyak baru runcing disana.

Mereka yang saat itu berusaha mengumpulkan buah berry diarea tebing tak sengaja melihat semak yang sangat lebat akan buah dan berada di pinggiran tebing.

Subaru yang terlalu bersemangat tanpa pikir panjang segera berlari ke arah semak tersebut. Dan kebetulan Shu yang mengetahui bahwa disekitar sana ada jurang segera mengikuti Subaru guna menyelamatkan bungsu Sakamaki itu.

Kaki Subaru yang tak sengaja tergelincir membuat Shu semakin menambah laju larinya. Dia memang berhasil menarik Subaru kembali ke tepian. Beruntung Reiji ikut membantu menarik Subaru namun sial pada dirinya yang malah terjatuh ke dalam jurang.

Punggungnya secara terus-menerus tergores oleh batu-batu stalagmit yang runcing. Beruntung tak ada yang masuk ke lukanya dan dia segera mendapat pertolongan dengan cepat.

Sejak saat itu Subaru selalu saja mengawasi punggungnya dengan tatapan bersalah serta penasaran. Bersalah karena dialah sang sulung terluka dan penasaran dengan bekas jahitan yang katanya sangat besar itu.

Reiji terkekeh kecil, dia kemudian menuju pantry. Bersiap mengolah bahan makanan yang telah ia beli untuk makan malam kali ini.

"Boleh aku membantu?" Tawar Shu berdiri di samping Reiji.

Reiji mengangguk, dia segera menyerahkan beberapa sayuran yang sudah ia pilih untuk menu makan malam ke Shu.

"Tolong cuci dan kupas ya" Shu mengangguk seraya menerima beberapa buah wortel, kentang.

"Oh? Kau ingin membuat kari?" Tanya Shu seraya mencuci sayuran tersebut.

Reiji yang memotong bawang bombay menoleh dan mengangguk, "Ya.. Mereka menginginkan kari untuk makan malam kali ini dan juga sudah agak lama kita tidak makan kari"

Tangan yang tadi basah dengan air kini kembali kering, Shu selesai mencucinya dan bersiap untuk mengupas kulit kentang.

"Sepertinya begitu. Tak heran sih kari buatanmu memang enak mereka pasti akan menyukainya" Puji Shu tulus.

Reiji tertawa kecil, dia mulai menghidupkan kompor untuk menggoreng tempura. Tangannya bergerak lincah mencelupkan beberapa sayuran ke adonan tepung dan kemudian menggoreng nya.

"Ah, padahal biar aku saja yang memotongnya" Ujar Reiji saat dia melihat Shu yang sudah memotong beberapa wortel. Tak ia sangka, ternyata Shu cukup mahir juga.

Shu menggeleng, "Tak apa, biar aku saja"

Mereka berdua mulai memasak makanan makan malam bersama. Sesekali Shu akan mencicipi rasa kari Reiji guna mengetahui apa yang kurang.

Sesekali tawa kecil terdengar dari mulut Reiji tak kala melihat wajah Shu yang tak sengaja terkena adonan tepung. Dia segera mengambil tissue yang ada dan mengelap adonan basah yang ada di pipi Shu.

"Hora, sudah kubilang ada adonan di wajahmu" Dia segera membuang tissue tadi dan kembali memasak.

Shu terdiam sejenak, tak lama sebuah lengkungan ke atas tercipta dengan indahnya.

"Terima kasih" ... Calon istriku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top