"Akihabara"
Diabolik Lovers
By: ©Rejet
Reiji, Pacaran Yuk?
Shu Sakamaki x Reiji Sakamaki
[ShuRei]
Rate: T --> M
Warning: AU, Typo bertebaran, slow update, yaoi, bxb, boyslove, m-preg, INCEST, bahasa amburadul, para Chara edan semwa :v
"Akihabara"
Sore itu, cuaca cukup terang. Tak ada mendung dan hal apapun yang menganggu pada sore itu.
Sesuai janjinya pada sang adik bungsu, Shu akan mengajak adiknya itu ke Akihabara. Mereka akan berangkat jam 4 menuju ke stasiun terdekat untuk sampai ke stasiun Akihabara.
Shu merapikan rambutnya sedikit sebelum keluar dari kamarnya. Berjalan menyusuri lorong untuk mencapai kamar adik bungsunya tersebut.
Pintu cokelat dengan papan nama 'Suba' itu sudah terlihat di depan, begitu sampai di depan pintu. Shu mulai mengetuk pintu, "Suba, kau sudah selesai?"
"Sebentar lagi!" Seru Subaru dari dalam, Shu diam kemudian menyender disebelah pintu bermaksud menunggu sang adik.
Tak lama pintu terbuka dan sosok Subaru keluar dengan pakaian kasualnya. Dia tersenyum manis ke arah Shu, "Maaf membuat menunggu"
Shu mengangguk, tangannya terangkat dan mengacak surai putih itu perlahan. "Ayo kita berangkat"
"Ha'i"
Keduanya berjalan beriringan menuju lantai dasar, dimana semua saudara mereka berkumpul saat ini.
Saat keduanya telah mencapai lantai dasar, beberapa pasang mata menatap keduanya heran. Mereka adalah si kembar tiga yang kebetulan sedang bersantai di ruang tengah bersama.
"Mau kemana kalian?" Tanya Ayato heran, dia yang duduk di atas senderan sofa menoleh ke arah Shu dan Subaru dengan kedua kaki yang dipegang erat oleh adik bungsunya bermaksud menjaga kakak kembarnya agar tak terjungkal ke belakang.
"Akiha, kalian mau titip sesuatu?" Tawar Shu menepuk pundak Ayato sejenak.
"Boleh juga. Aku takoyaki" Pinta Ayato si maniak tako tersebut. Dia menggoyangkan kakinya membangunkan Laito yang bersender pada kakinya.
"Oi Laito! Shu bilang dirinya ingin ke Akiha kau ingin titip sesuatu tidak?" Tanya Ayato, Laito menggerang kecil lalu mengangguk malas.
"Macaroon" Ucapnya lirih lalu kembali menyandar pada kaki sang kakak dan mulai menutup matanya.
"Kalau kau Kanato?" Kali ini Subaru buka suara, dia menatap kakak ke empat nya yang masih diam di tempatnya.
"Dango manis" Lirihnya lalu menatap ke arah depan. Kembali memfokuskan dirinya melihat sebuah film yang sedang mereka tonton.
"Baiklah kalau begitu, akan kubelikan" Kata Shu enteng, dia kemudian mengalihkan pandangan ke arah dapur yang nampak sepi, dia kembali menatap Ayato.
"Kemana Reiji?" Tanya penetua tersebut. Ayato menunjuk ke arah perpustakaan yang tertutup rapat yang berada persis di sebelah pintu dapur.
"Dia tertidur disana mungkin kelelahan karena terlalu banyak belajar" Jawab Ayato dan terkekeh kecil seraya menggelengkan kepalanya.
"Begitu"
Subaru kemudian segera mengajak Shu pergi. Keduanya pun berjalan sebentar menuju stasiun yang berada tak jauh rumah mereka.
Subaru sengaja mengganti kenderaan, dia bilang dia tak terlalu suka jika menaiki mobil maka dari itu dia mengajak Shu untuk menaiki kereta.
Kebetulan kereta saat itu hanya ada beberapa orang termasuk mereka berdua. Shu dan Subaru memutuskan untuk duduk di bangku dekat pintu, agar saat mereka sampai bisa dengan mudah langsung turun.
Angin sore yang berhembus melewati jendela menerpa rambut putih Subaru membuat beberapa anak rambutnya terbang dengan lembut. Beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya sesekali ia arahkan ke belakang untuk memperjelas pandangannya.
Iris merah itu melebar sejenak saat melihat pemandangan di hadapannya. Surai blonde oren yang berkibar entah mengapa di penglihatan Sakamaki bungsu itu terasa slow motion di tambah dengan kelopak mata putih itu yang tertutup.
Wajahnya terasa panas secara tiba-tiba, jantungnya pun berdetak lebih keras daripada biasanya. Tanpa sadar dia menundukkan wajahnya berusaha menyembunyikan warna merah yang terlihat jelas di wajahnya.
"Huh? Kenapa Suba?" Pony-nya di usap bermaksud untuk melihat wajah si bungsu. Namun yang terjadi adalah Subaru yang menjauh dari Shu dengan wajah memerah cerah.
"Ja-jangan mendekat!" Seru Subaru berusaha menutupi rona merahnya, dia benar-benar malu saat bertatapan dengan si sulung.
Shu memandangnya sejenak sebelum mengangkat bahunya, "Ya terserahmu lah, ayo turun kita sudah sampai"
Tangan yang lebih besar mengenggam tangannya lalu menarik pemuda putih itu untuk keluar dari kereta. Berjalan beriringan dengan tangan saling bertaut menuju pintu keluar yang ada.
Lautan manusia adalah yang pertama mereka lihat kala keluar dari stasiun, sangat banyak yang datang ke Akihabara untuk berburu berbagai macam benda berbau anime.
Iris merah itu berbinar senang, tanpa memperdulikan kejadian tadi. Subaru segera menarik tangan Shu menuju salah satu tempat yang sangat ingin ia kunjungi.
Keduanya memasuki sebuah toko yang menjual berbagai macam marchides anime seperti action figure, jaket, topi, dakimakura dan juga selimut.
Beberapa pasang mata melirik ke arah keduanya, ah tidak. Lebih tepatnya ke arah Shu yang hanya bisa diam seraya mengikuti Subaru yang nampak sangat bersemangat di depannya.
Berbisik-bisik tentang betapa serasinya mereka dan sebagainya. Namun keduanya tetap acuh dan mengabaikan bisikan para fujoshi yang ada disana.
"Sebenarnya, apa yang ingin kau beli Suba?" Tanya Shu saat menyadari mereka terus-terusan berjalan berputar beberapa kali.
Subaru menoleh sejenak dan berhenti di salah satu rak. Wajahnya nampak berusaha berpikir mengingat sesuatu.
"Aku ingin mencari selimut-"
"Kita melewatinya tadi" Potong Shu cepat, Subaru menggeleng, keinginannya bukan lah selimut biasa.
"Bukan selimut seperti itu! Selimut yang aku inginkan itu bergambar satu tokoh cowok dari anime vampire!" Ujar Subaru kesal.
Sementara Shu yang ada di hadapannya mengernyitkan dahinya heran. Sebuah judul anime entah kenapa tiba-tiba terlintas di pikirannya.
"Diabolik Lovers?" Tanya Shu memastikan dan saat itu juga Subaru mengangguk penuh semangat.
"Aniki melihatnya?!" Tanya Subaru antusias, dia bahkan memanggil Shu dengan sebutan 'Aniki' sesuatu hal lain jika dia tak sedang merengek padanya.
"Aku sekilas melihatnya" Jawab Shu tak yakin, asal kalian tahu saja. Dia kadang juga ikut menonton bersama Subaru namun masih kesulitan menghafal rupa parah tokoh yang ada disana. Jadi dia agak ragu apakah benar tadi ia sempat melihatnya.
"Yosh! Kalau begitu ayo cepat Aniki! Kudengar barang dari DL itu cepat sekali habisnya!" Kata Subaru berapi-api seraya mendorong punggung lebar Shu.
"Ah, iya iya aku tahu" Shu terkekeh kecil melihat betapa antusiasnya sang bungsu. Subaru tak pernah seantusias ini jika bukan karena anime selain Roti panggang dan bunga mawar.
Sebenarnya Subaru cukup lucu jika merengek seperti itu. Andai dia tak tsundere.
****
"Aaa~! Aku tak percaya aku mendapatkannya!" Riang Subaru dalam perjalanan, ia masih dengan mengangkat bungkusan plastik putih itu dengan mata bersinar takjub. Sementara Shu yang ada di sebelahnya hanya tersenyum tipis. Kembali berjalan seraya memakan dango yang sempat mereka beli untuk Kanato.
"Hati-hati kau bisa menabrak-"
"Auch!"
"Aku sudah bilang kan"
Shu menjulurkan tangannya ke arah Subaru yang terduduk di jalanan. Berniat membantu sang adik yang baru saja di tabrak oleh seseorang.
Subaru meringis kecil seraya menerima uluran tangan Shu. Kepalanya segera mengedarkan pandangannya menatap siapa yang sudah menabraknya tadi.
Seorang gadis yang masih terduduk dengan surai blonde platinum yang memakai hoodie pink serta celana seperempat paha.
"Mattaku, Yui! Sudah kubilang jangan berlari! Barang yang ingin kau beli tak akan kemana-mana" Seru gadis lain dari arah belakang gadis bernama Yui tadi.
Shu berpikir sejenak, dia sepertinya kenal siapa pemilik suara tersebut. Belum selesai ia berpikir, sosok sahabat putihnya sudah terlihat dan kini berjongkok di belakang gadis tadi.
"Untung aku masih bisa melihat pergerakanmu"
"Yuu?"
Kepala bersurai putih terangkat, dia menatap Shu dengan wajah datar andalannya.
"Oh, Shu. Apa adikku menabrakmu? Atau malah Subaru?" Tanya gadis itu. Dia kemudian membantu sang adik yang masih terduduk di jalanan.
Shu mengangguk kecil, "Dia menabrak adikku"
Satu Iris berwarna merah menatap Subaru, seolah mengintimidasi pemuda yang mempunyai surai sama sepertinya.
"Aniki, siapa dia?" Tanya Subaru, berusaha mengabaikan tatapan menakutkan Yuu.
"Dia sahabatku, Yuu Itakama" Gadis itu membungkuk sedikit. Helaian putih miliknya terkibar sejenak terkena angin dan menampakkan satu Iris putih dengan sebuah symbol bintang disana.
"I-irisnya berbeda" Batin Subaru gemetar. Pasalnya ia tak pernah melihat Iris yang berbeda seperti sebelumnya dan hak itu membuatnya agak takut.
"Irisku memang seperti itu, maka dari itu aku menutup irisku dengan pony" Seolah tahu apa yang di pikirkan bungsu Sakamaki tersebut. Sebuah senyum remeh ia perlihatkan pada pemuda itu.
"Dia adikku, Yui Komori" Irisnya bergulir melirik gadis yang ada di sebelahnya.
"Ha-hajimemaste"
Kedua Sakamaki mengangguk, sang sulung kembali mengedarkan pandangan ke arah Yuu.
"Aku tak tahu kau punya adik" Ucapnya datar. Iris biru miliknya menatap datar gadis bernama Yui tadi.
"Dia bukan kandung, hanya tiri. Kami beda Ibu" Koreksi Yuu masih dengan sifat kalem miliknya. Dia kemudian melirik bungkusan yang ada di dekapan bungsu Sakamaki itu, sebuah senyum amat tipis terbit di wajahnya.
"Tunggu lah kami di cafe seberang. Aku ingin membahas sesuatu" Dan setelah itu gadis bersurai putih itu pergi seraya menyeret adiknya yang masih nampak kebingungan.
Yui menoleh sejenak, "Ja-jaa nee senpai!"
Subaru menatap Shu lekat, dia menatap tak suka ke arah gadis tadi.
"Kenapa?" Tanya Shu heran, satu alisnya naik saat melihat ekspresi kesal adiknya ini.
Pipi sedikit ia gembung kan, tatapan tajam tak luput dari ekspresinya yang sudah seperti predator yang hendak memasang.
"Jangan tebar pesona Aniki no baka! Baka! Baka!!" Dengan anarkis di pukulnya lengan si sulung. Tak ia pedulikan tatapan heran beberapa orang yang melihat mereka.
Dia sudah terlanjur kesal dengan Shu yang seolah tebar pesona -menurutnya- pada adik Yuu tadi.
Tapi jangan berpikir bahwa bungsu Sakamaki ini menyukainya, dia malah merasa cemburu dengan hal itu.
Shu meringis, walaupun Subaru lebih kecil darinya pukulan benar-benar tak main-main. Ah, ia lupa. Adiknya ini sabuk hitam di karate, pantas saja tinjuannya sakit.
"Auch! Auch! Itu sakit Suba! Hentikan! Hey!"
"Aniki baka!! Baka!!!"
"Kalau kau menyukainya aku tak masalah jadi hentikan oke?"
Bukannya tenang, Subaru masih tetap memukul saudaranya itu. Kali ini lebih bringas daripada yang tadi. Sumpah serapah pun ikut andil dalam kecemburuannya.
"ANIKI NO BAKA! BAKA! SHINNE BAKA ANIKI!! AHO!!!"
"YAK! ITTAI!"
Ya mon maap lama apdet, orang ngurusin pendaftaran masuk sekolah SMK :v
Btw jan lupa vote lu pada, jan cuma baca sambil nunggu apdetan nya doang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top