Lamaran
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Zidan dan Kaisar berpapasan di dekat lapangan basket. Namun tak seperti biasanya, hubungan mereka masih belum membaik. Bahkan Kaisar benar-benar enggan bertemu sebenarnya. Tapi bisa apa? Mereka masih satu sekolah bahkan satu kelas.
Kaisar mengabaikannya dan melenggang menuju kelas. Biarkan saja. Kaisar yakin Zidan tidak akan berani menyusulnya ke kelas sebelum bel berbunyi. Dia pasti akan bersembunyi di suatu tempat untuk menghindarinya. Apalagi setelah kejadian kemarin.
Masih ada tanda kebiruan di sudut mata Zidan ketika Kaisar memberi bogem mentah padanya.
Ya.
Dia juga menyukai Luna. Karena itu Zidan selalu memberi kabar yang berlawanan dengan kenyataannya. Bahkan Zidan lebih gila dari yang dibayangkan. Dia rela melakukan apapun untuk menjauhkan Luna dari Kaisar. Zidan bahkan sengaja mendekati Kiran supaya bisa lebih dekat dengan Luna. Bukannya langsung mendekati terang-terangan, Zidan malah main belakang. Mungkin dia sudah bisa melihat dengan jelas jika Luna selama ini hanya tertarik pada Kaisar saja. Sinting! Entah sejak kapan Zidan mulai melakukan itu. Tak ada yang tau kapan tepatnya dia mulai jatuh cinta pada Luna. Yang jelas, dia psikopat.
Dan Zidan memang rada-rada. Karena itu dia pantas mendapatkan pukulan dari Kaisar. Namun dia masih pengecut dengan melaporkan kejadian itu pada komite sekolah dan berharap Kaisar di keluarkan. Entah cerita seperti apa yang ia karang sedemikian rupa. Komite pun sempat terhasut dan menghakimi Kaisar sepihak.
Tapi jangan harap!
Bukan Kaisar namanya jika dengan mudah disingkirkan begitu saja. Bahkan dia bisa lolos tanpa tindakan pendisiplinan sama sekali. Tentu saja. Otoritas terbesar di SMA 59 itu adalah Kaisar. Padahal itu sekolah Negri resmi milik negara. Kaisar tetap pemenangnya. Zidan pun bukan tandingan.
Seolah mengukuhkan diri di tempat terkuat, Kaisar hari itu berjalan seperti biasa menuju kelasnya tanpa rasa bersalah sama sekali. Gosip mulai menyebar kemana-mana. Mereka membicarakan Kaisar yang dingin, kejam, bahkan rela menyiksa teman baiknya hanya karena masalah sepele. Zidan berhasil membuat gosip yang bisa menyelamatkan nama baiknya di sekolah. Ia tau persis jika Kaisar pasti tidak akan peduli dengan berita yang menyebar dengan heboh itu. Zidan benar-benar mengenalnya.
Meski berusaha untuk tidak peduli, Kaisar tetap manusia biasa yang juga sedikit terganggu saat mendapat pandangan penghakiman itu. Dia memilih untuk menutupi telinganya dengan headset menggunakan volume tertinggi. Biar saja jika telinganya meradang setelah ini. Kaisar hanya tak ingin mendengar apapun sekarang.
"Lunaaaaa!!!" Teriak Karin yang sejak tadi sudah gibah berjamaah di kelas. Mereka sempat berhenti ketika melihat Kaisar datang tadi. Karin sepertinya akan melanjutkannya kembali saat melihat kedatangan Luna. Apalagi dia lihat Kaisar memakai headset dan meringkuk di bangkunya. Pasti tidak akan memperhatikan.
"Gue kangen kalian.." Luna menghambur selagi memeluk teman-temannya satu persatu termasuk Karin.
"Eh eh.. Tau gak sih Lun, kemarin ada yang berantem!" Karin berbisik saking tak tahannya menyampaikan kabar ini pada Luna.
"Siapa?"
"Kaisar sama Zidan."
Deg!
"Kenapa?" Luna sempat melirik ke arah Kaisar sebelum kembali bertanya karena penasaran.
"Gara-gara lu!" Jawab Karin. "Kayaknya mereka berdua suka sama Lu."
"Hey.. Gak mungkin!" Luna mengelak karena memang diantara kedua pria itu, bukankah yang satu langsung menolak saat Luna mengatakan cinta, dan yang satu lagi pada akhirnya meminta perceraian? Ada apa dengan kedua orang itu?
"Bener! Zidan sampai bonyok. Biru-biru di sana sini." Tunjuk Kiran pada wajahnya sendiri.
Brakk...
Luna langsung bangkit lalu menghampiri Kaisar. Kiran sempat menahan namun percuma saja. Luna terlanjur pergi ke arah dimana Kaisar duduk bahkan tertidur di mejanya.
"Kaisar.." Luna membuka paksa headset di telinga Kaisar hingga membuatnya sedikit terhenyak.
"Apa sih?" Tanya Kaisar heran bahkan hendak marah. Namun saat melihat orang yang melakukan itu adalah Luna, amarahnya menguap begitu saja.
"Mana? Lo luka?" Luna bahkan menelungkup wajah Kaisar mencari-cari dimana luka yang Kiran sebut-sebut tadi namun dia tidak menemukan apapun di sana.
"Kenapa berantem segala sih?!" Luna terlihat kesal bahkan khawatir. Kaisar bisa tersenyum lega sekarang.
Benar.
Jika harus bersaing dengan Zidan, dia pasti pemenangnya. Kenapa Zidan berbuat hal bodoh seperti itu, karena sepertinya dia sudah tau hasil dari persaingan cintanya dengan jelas. Dia benar-benar putus asa. Pikir Kaisar.
"Heh!" Luna heran saat melihat Kaisar malah senyum-senyum sendiri sambil memandanginya.
"Kemana aja?" Tanya Kaisar dengan senyuman tipis. Matanya bersinar entah bagaimana membuat Luna terpesona. Padahal seharusnya itu hanya mata lelah karena kurang tidur. Tapi bagi Luna terlihat begitu seksi.
Deg!
Desiran halus dan cukup mengganggu itu kembali Luna rasakan. Ia merasa detak jantung, nadi, bahkan aliran daranya tiba-tiba merusuh. Mendengar pertanyaan itu saja membuat Luna salah tingkah. Apalagi Kaisar malah semakin mendekat dengan penuh perhatian seolah menanti jawaban.
"Kenapa gak bilang Kakak kamu kecelakaan?" Kaisar kembali bertanya dengan raut prihatin. Suaranya terdengar halus bahkan membuat jantung makin ramai dangdutan. Oh my God! Kemana aja Luna selama ini? Kenapa melewatkan sensasi ini? Jatuh cinta pada Kaisar bisa se-gila ini ternyata. Luna yang dulu benar-benar parah.
"Ngapain juga gue bilang sama Lo?" Luna berusaha mengenyahkan rasa gerogi karena tatapan halus dari Kaisar itu. Kakinya tak bisa berhenti bergetar berharap meredakan salting. Harusnya pakai gula kali ya kalau kebanyakan salt? Chanda..
Next..
Tak ada jawaban apapun lagi dari Kaisar. Dia hanya memperhatikan Luna yang jelas-jelas makin gelagapan.
"Apa sih?" Fiks! Luna makin gerogol dipandangi semakin dalam seperti itu.
"Pulang sekolah jalan yuk!" Ajak Kaisar tiba-tiba.
Deg!
Dia ngajak kencan?! Teriak Luna dalam hati. Hampir saja tubuh Luna meleyot saking senangnya. Mulutnya tiba-tiba gagu tanpa bisa berkata apapun. Luna hanya melongo dengan debaran jantung yang tak terkendali. Hidungnya kembang kempis selagi menahan senyuman yang hampir saja mengembang sempurna.
"Mau gak?" Tanya Kaisar harap-harap cemas.
"Mau!" Jawab Luna langsung. Kaisar tersenyum mendengarnya.
Yes!
💕💕💕
Kencan!
Kencan!
Kencan!
Zonk!!!!
Bukan kencan!
Kaisar meminta Luna mengajaknya ke kuburan Eky. Dia sama sekali tidak memberi Luna alasan kenapa harus membawanya ke sana.
"Tadi pagi gue juga ke sini." Ungkap Luna begitu ia kembali menemui makam kakaknya untuk kali kedua hari itu.
"Ngapain?" Tanya Kaisar.
"Nyiram air doa di suruh Ibu." Jawab Kaisar. Mendengar jawaban Luna, ia hanya mengangguk kemudian kembali memperhatikan gundukan tanah itu tanpa berkata-kata. Dari ujung sampai ke ujung, dia perhatikan dengan seksama. Tak ada kata yang terucap setelah beberapa lama mereka di sana.
"Ngapain sih kita ke sini?" Tanya Luna mulai kesal. Apalagi matahari di sore itu lumayan terik. Bisa-bisa dia gosong kalau kelamaan di sana.
"Kalau aku mati nanti, kamu bakal datang setiap hari buat nyiram air doa juga?" Tanya Kaisar tiba-tiba.
Deg!
Dia siapa? Kaisar di masa lalu kah? Atau Kaisar yang sudah tau bagaimana masa depannya nanti? Pikir Luna.
"Apaan sih lu?" Tentu Luna enggan menjawab pertanyaan konyol itu.
"Lun.. Dari tadi, dalam hati aku minta maaf sama Abang kamu." Kaisar lagi-lagi mengucapkan hal konyol. Luna hampir meninggalkannya karena tak mau mendengarnya lagi. "Lun.." Kaisar menahannya dan kali ini memandanginya dengan mimik serius. "Selama kamu gak sekolah kemarin, ada banyak hal yang aku pikirkan soal kamu. Apalagi Zidan bilang kamu deketin aku cuma karena aku kaya. Terus kamu janji ketemu tapi malah gak datang. Bahkan aku sempat cemburu karena kamu datang sama Abang kamu dan keliatannya kalian deket banget. Zidan bilang katanya kamu diantar pacar. Kalau dipikir-pikir, semua pikiran buruk aku tentang kamu, selalu berasal dari Zidan. Tapi aku gak mau nyalahin dia. Justru karena Zidan, aku malah makin penasaran sama kamu. Dan makin lama, makin pengen ketemu, ngobrol, bahkan berantem sama kamu. Entah perasaan ini apa namanya, yang jelas kayak ada kupu-kupu di sini." Kaisar menunjuk dadanya dan ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Luna dengar selama mengenal Kaisar.
"iiiih! KAISAR!!" Luna malah mendorong pelan tubuh Kaisar malu-malu. "Gak romantis banget sih! Kok nyatain cinta di kuburan sih?!" Keluh Luna sambil goyang-goyang manjah. "Lu nembak gue?" Tanya Luna.
"Nembak?" Kaisar malah kebingungan. "Enggak." Jawabnya yakin.
"Lah? Terus tadi itu apa? Lu suka sama gue kan?" Tanya Luna.
"Suka.." Kaisar menjawab apa adanya meski masih belum paham sepenuhnya maksud ucapan Luna.
"Ya udah! Kalau lu gak nembak, gue aja!" Ungkap Luna.
"Lu mau gak nikahin gue nanti?" Lanjut Luna yang langsung membuat Kaisar makin menganga.
"Kok nikah sih?"
"Pacaran doang cetek! Gue maunya nikah! Lu nikahin gue!" Tegas Luna.
"Kita baru kelas satu SMA Lun.." Kaisar berusaha tetap realistis.
"Essss!! Mau gak?!" Desak Luna.
"Ya.. Gak tau.." Kaisar benar-benar kebingungan.
"CK.. Kalau sekarang gak tau, gue tanya lagi nanti! Sana! Pulang! Gue juga mau balik!" Titahnya yang langsung berlari kecil menuju rumahnya yang tentu tak jauh dari pemakaman umum itu.
Aaaaaaaaaaaaaaaa MALUUUUU... Jika tak ditahan, Luna pasti sudah berteriak saking malunya. Sedang Kaisar, benar-benar memantung. Ucapan Luna memang terlalu sulit untuk di cerna. Kan?
💕💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top