Kaisar
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Lunaaaaaaaaaaaa!!"
Teriakan itu membuat Luna terbangun dengan dengungan di telinga dan kepala yang pening.
"Ibuu!!!!" Teriak Luna saking kesalnya karena di bangunkan seperti itu.
"Udah jam berapa ini?! Cepetan nanti kamu telat!" Ujar ibu yang lalu melengos sambil menggerutu. "Anak gadis jam segini baru bangun. Yang lain udah lenggak lenggok depan cermin centil sana centil sini............" Ibu masih meneruskannya selagi terus menjauh dari kamar itu.
Loh?
Ini kamar Luna? Dan dia masih harus sekolah? Memangnya kapan dia kembali ke masa lalu? Bukankah terakhir kali Luna bahkan tidak menyentuh Kaisar sama sekali? Apa kali ini tanpa menyentuh pun bisa langsung kembali? Artinya Kaisar lagi-lagi mati? Pikir Luna.
Oke!
Harus segera di konfirmasi. Luna langsung menyibak selimutnya kemudian melompat untuk bergegas ke sekolah. Begini sialnya jadi orang miskin. Bahkan hp pun gak punya. Padahal teman-temannya sudah ramai membeli ponsel dengan layar berwarna bahkan versi terbaru slide. Tapi Luna masih tak sanggup membeli. Sudahlah. Yang penting Luna tau persis hal-hal penting yang harus ia rubah di masa lalunya.
Tentang chip atau molekul apapun yang mempengaruhi memori itu, terserah saja. Luna bisa menerima apapun karena tujuannya tetap sama sejak awal. Yaitu menyelamatkan Kaisar. Jika memang penjelasan Zidan seperti itu, dia juga harus mendengar penjelasan Kaisar kan?
Sesaat setelah berpakaian rapi, Luna keluar dengan tas selendang seadanya. Dia bahkan sama sekali tidak memperhatikan buku yang ia bawa. Percuma saja bawa buku banyak-banyak toh kemungkinan besar dia tidak akan belajar nanti. Pikirnya.
Dan yang bikin heran, ternyata di depan rumahnya sudah ada sebuah mobil hitam mewah yang menunggu. Kaisar bahkan melambai begitu melihat Luna keluar dari rumah.
Wah.. Dia ganteng Gilak! Wajahnya udah cerah lagi dan rambutnya sedikit memanjang. Sejak kapan? Luna sempat menyesal karena melewatkannya. Atau mungkin sebelumnya pun memang panjang? Dan.. Oh My God!! Apa itu? Ini seriusan? Dia merentangkan kedua tangannya seolah meminta Luna menyambut.
Benarkah? Dia minta pelukan? Otak Luna benar-benar ribut pagi itu. Entah harus menyambut atau justru menjauh seperti apa kata Zidan.
Tapi..
Tantangan terberatnya adalah, bisakah menolak Kaisar saat itu?
Tentu tidak kan?
Luna akhirnya mendekat meski ragu. Dan bisa dipastikan dia berakhir dalam pelukan hangat Kaisar.
"Aku kangen banget." Ujarnya sedikit berbisik di telinga Luna. Dia bahkan tak lantas melepas pelukan itu dan malah makin mempererat. Benar-benar seperti pelukan orang yang memang sudah lama tak bertemu.
"Bukannya baru kemarin?" Tanya Luna asal. Luna juga ingin tau, berapa lama waktu yang terlewatkan.
"Tapi tetep kangen." Jawab Kaisar yang kemudian baru mau mengurai pelukannya.
Tak sampai di sana saja, Kaisar mengulurkan tangannya dengan senyuman hangat yang bikin addict. Jangan coba-coba dilihat! Nanti menyesal sendiri.
"Maaf kemarin bikin kamu khawatir." Ujar Kaisar seolah kembali membahas soal kehujanan di dekat rental PS itu. Seketika, ingatan Luna muncul entah dari mana. Luna ingat saat tiba-tiba sopir Kaisar datang dengan mobil hitam yang sama. Entah siapa yang memintanya datang, namun Kaisar bisa diselamatkan setelah mendapat pertolongan pertama dari sang sopir yang terlihat cukup paham dengan situasi kemarin.
"Sekarang gak papa?" Tanya Luna selagi mengusap lembut pipi mulus milik Kaisar.
"Gak papa." Jawabnya yakin. Lagi-lagi dengan senyuman yang bikin ketar-ketir. "Berangkat yuk!" Ajak Kaisar. "Atau mau kemana?" Goda Kaisar.
"Kemana?" Tanya Luna heran.
"Kita bolos lagi aja." Putusnya yang kemudian menarik Luna masuk ke dalam mobil bahkan tanpa melepaskan genggaman tangannya.
Ah..
Ya..
Genggaman tangan itu kali ini tak berarti apa-apa. Atau memang sejak awal pun tak berarti apa-apa? Pikir Luna. Lalu siapa yang bertanggung jawab terhadap semua kejadian ini? Terlempar dari masa ke masa itu tak masuk akal. Harus ada sebuah kekuatan terbesar yang paling berkuasa untuk melakukan ini. Jika alasannya hanya AI, Luna menolak untuk percaya.
💕💕💕
Kaisar membawa Luna ke sebuah villa yang cukup sepi. Katanya itu tempat ternyaman yang bisa mereka datangi dengan mudah. Tak perlu berkeliling untuk mendapat tempat bagus, Kaisar hanya harus memberi perintah untuk mengantarnya ke sana kemari. Sopir itu bahkan tak mempertanyakan kenapa Kaisar tidak sekolah hari itu. Benar-benar aneh.
"Villa siapa?"
"Papah.." Jawab Kaisar.
"Ada Papah kamu di dalam?" Tanya Luna lagi.
"Mana ada. Papah di Kanada." Jawabnya masih dengan senyuman manis itu.
"Ngapain ke sini?" Tanya Luna yang langsung berhenti di depan pintu. Pikiran Luna tiba-tiba kacau nyerempet ngeres. Biar bagaimanapun Kaisar juga laki-laki normal. Sebaik apapun dia, jika berhadapan dengan wanita, apalagi lagi bucin bucinnya, dia mungkin aja kelewatan kan? Gak lucu kalau MBA di usia-usia ini. Gumam Luna dalam hati.
"Tenang aja. Aku gak akan ngapa-ngapain kok. Aku masih waras Lun.." Kaisar sepertinya tau persis apa yang Luna takutkan saat itu.
"Apa sih?" Gengsi, Luna kali ini menerobos masuk seolah tidak mengkhawatirkan apapun. Meski dalam hati masih saja meragukan Kaisar.
Melihat tingkah Luna, Kaisar kembali terkekeh gemas.
"Aku udah nyiapin mie instan. Kemarin kamu gak sempat makan kan? Kita keburu hujan-hujanan." Ungkap Kaisar yang langsung berjalan lurus menuju dapur dengan view terbuka itu. Villa bergaya mezzanine itu cukup membuat Luna terkagum-kagum. Meski sempat tinggal di apartemen mewah milik Zidan, tapi ternyata ada tempat yang lebih nyaman dari hanya sekedar apartemen itu.
Villa Kaisar terasa lebih hangat, bahkan lebih layak disebut sebagai hunian keluarga karena memang di desain lebih cantik dengan penataan dapur dan taman belakang yang juga terasa sangat nyaman.
"Siapa suruh malah ngambek gak jelas." Gerutu Luna. "Apalagi kamu bikin orang panik setengah edan. Bisa-bisanya malah pingsan begitu." Luna seolah mengomel sambil melihat-lihat sekitar bahkan mengagumi furniture-furniture yang terkesan elegan itu.
"Lun.."
"Hm?" Luna menoleh dan mendapati Kaisar sedang berjalan mendekat ke arahnya. Semakin dekat, semakin dekat, lalu gep!
Kaisar lagi-lagi memeluk Luna bahkan menghirup dalam-dalam aroma mint dari tubuh Luna seolah hendak berpisah.
"Kenapa sih?" Sadar Kaisar terus saja memeluknya, Luna pun penasaran.
"Gak papa.." Meski berkata seperti itu, Kaisar masih enggan mengurai pelukan itu dan malah semakin erat. Hal yang bisa Luna lakukan hanya mengusap-usap punggung lebarnya seolah memberi jawaban atas physical touch yang Kaisar lakukan.
"Sar.." Kaisar terlalu lama memeluknya. Luna benar-benar ingin tau apa arti pelukan-pelukan itu. Apa mungkin Kaisar memang sedang mengungkapkan perpisahan? Dia sudah tau akhir dari hidupnya kah? Atau bagaimana? Pikir Luna.
"Hm?" Akhirnya Kaisar mau melepas pelukan itu, meski harus buru-buru mengusap matanya.
Benar.
Dia menangis.
"Kenapa? Ada apa?" Tanya Luna lembut dan tentu saja sedikit panik. Bukankah tadi dia tersenyum se-indah itu? Kenapa sekarang malah menangis?
"Gak papa.." Lagi-lagi jawaban yang sama Kaisar ucapkan berulang-ulang. Fiks! Luna tidak akan menerima jawaban itu karena sepertinya Kaisar memang sedang tidak baik-baik saja.
"Gak bisa!" Luna menarik tangan Kaisar untuk membawanya duduk di sofa itu berharap bisa nyaman membahasnya di sana.
"Ceritain! Kenapa?!" Putus Luna. Yakin dan percayalah. Luna tidak akan berhenti bertanya sebelum jawaban Kaisar memuaskan. Meski begitu, Luna masih menggenggam tangan Kaisar dengan lembut dan bahkan menatapnya penuh perhatian.
Aneh kan? Kenapa cowok cengeng banget? Tapi yang lebih aneh lagi, bahkan ketika sedang seperti itu pun, Kaisar tetap meresahkan. Malah makin bikin meleleh.
"Aku kayaknya bentar lagi mau mati.."
Deg!
Sompral!
💕💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top