chip AI

.
.
.
.
.
.
.
.

Luna tak akan pernah lupa untuk menggenggam tangan Kaisar di saat-saat genting. Dan hasilnya..
Yap..
Luna bisa kembali ke masa depan.

"Angelin.."

Deg!

Itu Zidan. Dia membangunkan Luna ketika malah tertidur sore itu di apartemennya. Sepertinya itu hari-hari biasa seperti sebelumnya. Bisa jadi hari penantian Luna setelah pengumuman cerai waktu itu.

"Kaisar mana?" Tanya Luna.

Zidan tertegun. Wajahnya mengeras seolah muak.

"Sampai kapan kayak gini sih?!" Tanya Zidan dengan mata yang mulai memerah. "Bisa gak sih lu lupain dia? Bentar lagi dia mau nikah sama Grace. Please jangan ganggu dia!" Zidan setengah berteriak saking frustasinya. Luna pun heran, kenapa dia tiba-tiba seperti itu.

Grace siapa? Cewek anggun di hotel City? Artinya Kaisar belum mati kan?

"Sekarang tahun berapa?" Tanya Luna.

Brakkkkkkk!!!

Zidan malah mengamuk dan melempar vas yang sejak tadi bertengger cantik diatas nakas.

"Kaisar bisa mati gara-gara lu! Jangan deketin dia lagi bisa gak sih?!" Zidan kini benar-benar terlihat marah. Dari sana Luna paham sesuatu.

"Lu tau soal melompati waktu itu?" Benar. Zidan sepertinya memang tau banyak. Luna bangkit dari tempat tidur lalu meminta penjelasan lebih. "Apa maksudnya ZIDAN?" Luna merasa Zidan adalah pelakunya.

Tak bisa lari, Zidan akhirnya duduk dengan wajah frustasi. Otaknya berputar seperti sedang memikirkan penjelasan yang paling mudah untuk Luna.

"Delapan taun lalu, dia minta gue jagain Lo." Zidan menoleh menatap wajah Luna dalam-dalam. Dia sepertinya mulai menjelaskan dari awal. "Dia pergi ke Jerman buat operasi transplantasi jantung." Ungkapnya. Tenyata soal jantung Kaisar, itu benar-benar nyata. Pantas setelah bertengkar Kaisar langsung pingsan. Apalagi mungkin dia kelelahan karena berjalan terlalu jauh ke rental PS.

"Terus?" Luna makin penasaran.

"Melompati waktu apa?" Kekeh Zidan. "Lu cuma mimpi." Lanjutnya. "Selama delapan tahun gue jagain Lo, gue sama Kaisar selalu komunikasi jarak jauh. Makannya selama kita nikah, gue gak pernah bisa nyentuh Lo meski gue mau." Kali ini dia terlihat tulus juga terlihat sekilas penyesalan di sana. "Kaisar akan tau kalau gue nyentuh Lo, bahkan gue pernah abis sama dia karena sempat berhubungan se***ks sama Lo dua kali. Lo tau setelah malam itu, gue menghilang seminggu kan?"

Ya. Setiap kali Zidan menyentuh Luna, dia pasti menghilang entah satu atau dua minggu.

"Terakhir dua bulan bangsatd! Lu pergi dua bulan!" Luna menekankan karena memang masih ingat dengan jelas.

"Ya. Maaf.." Zidan menunduk terlihat menyesal. "Dia siksa gue, bahkan gue dan keluarga gue di ancam bakal di miskinkan. Semuanya. Tanpa terkecuali." Luna mengerutkan kening saking tak percayanya. Sejauh yang ia tau, Kaisar bukan tipe orang seperti itu. Luna masih berusaha meyakini itu. Tapi it's oke. Dengarkan dulu cerita dari perspektif Zidan.

"Terus?" Luna masih ingin mendengar yang lainnya.

"Dia bisa lakuin apa aja termasuk bikin bokap gue jadi walikota."

Deg!

Luna masih tak bisa menangkap apapun dari sini. Dia benar-benar berusaha untuk tidak berpikir negatif tentang Kaisar. Bukankah terakhir kali ia bertemu dengan Kaisar, yang Luna dengar Zidan-lah yang menggunakan trik licik? Sejauh ini, Luna masih belum bisa menyimpulkan apapun.

"Di Jerman, dia kenal sama orang yang bisa bikin artificial intelligence kayak alat penangkap mimpi. Dia bisa bikin Lo tiba-tiba gak sadar dan seolah-olah bawa Lo ke masa lalu. Tapi jelas itu bukan masa lalu. Itu cuma ilusi dan mimpi. AI itu bisa di tanam tanpa sadar pada kornea mata setiap orang dengan hanya melihat layar saja lewat cahaya biru dari hp." Jelas Zidan.

"Apa sih? Sinting lu yah? Mana ada alat kayak gitu?" Luna benar-benar tak percaya.

"Gue liat sendiri Lun. Gue liat percobaan mereka dan memang kayak gitu. Bener-bener canggih dan gak masuk akal." Zidan seolah memperkuat penjelasannya. "Memangnya apa lagi lun? Penjelasan gue  paling realistis. Jangan-jangan Lo bener-bener percaya kalau waktu bisa di ulang? Konyol! Lu kebanyakan nonton drama!" Ungkap Zidan. "Kalau waktu bisa di putar kembali, mana ada orang yang sengsara hidupnya." Tambah Zidan.

"Terus soal dia yang meninggal?" Tanya Luna.

"Itu karena chip nya. Chip yang udah tertanam di kornea matanya."

"Maksud Lo, kalau mimpi itu melibatkan gue, elu, dan semua orang yang kita kenal, chip itu tertanam di kornea mata gue juga?" Tanya Luna.

"Ya.."

"Terus artinya gue juga bakal mati? Kapan? Setelah dia mati?" Panik gak sih kalau tau mau mati?

"Lu bakal baik-baik aja. Asalkan dia mati, Lo bakal baik-baik aja. Kecuali kalian bener-bener pisah. Sama sekali gak ketemu dan saling interaksi. Keterkaitan dua chip itu bener-bener bikin efek yang gila. Kayak ada magnet khusus yang makin lama bikin persentase hidup Kaisar makin menurun."

Lagi.

Bahkan dari penjelasan Zidan pun, Kaisar tetap seolah mengukuhkan keberpihakannya. Jika penjelasan Zidan benar, dan meski Kaisar terdengar gila, terlihat jelas jika dia tidak gegabah apalagi membuat Luna celaka. Dia sudah memikirkannya dengan baik. Pikir Luna.

"Lo tau kan, di masa lalu kita yang sesungguhnya, dia sama Lo, sama sekali gak pernah interaksi atau bahkan jatuh cinta kayak gitu. Kalian saling asing dan sering kali melewatkan perasaan kalian sendiri. Sampai akhirnya, Lo dan gue dalam keadaan ini." Jelas Zidan. "Itu yang bikin dia menyesal seumur hidup dan pengen kembali mengulang masa lalunya sama Lo." Tambahnya.

"Dan! Gue juga kesakitan pas ada di masa lalu itu. Masa iya cuma mimpi?" Ungkap Luna masih enggan percaya.

"Lu juga bisa mati di sana. Mimpi itu tertanam di memori semua orang. Tekhnologi yang belum resmi itu dia beli dan dia pakai untuk kepentingan dia." Zidan perlahan mengamit kedua tangan Luna hingga mereka duduk berhadapan. "Lu pernah dengar AI yang akan menanamkan chip di otak manusia?" Luna menggeleng. "Mudahnya, AI yang sudah terserap ke dalam kornea itu melesat ke otak dan itu akan memindai seluruh memori manusia bahkan akan bisa dirubah dengan cara menghapus atau menambahkan cerita yang mereka mau sesuka hati. Lo lagi pakai AI itu sekarang. Kaisar bikin kita semua memakai semua teknologi mentah itu yang bahkan belum resmi di realese bahkan kemungkinan itu ilegal."

Luna mematung. Kaisar se-manakutkan itu? Benarkah?

"Lu gila Dan. Gue gak ngerasa ada sesuatu yang masuk ke dalam kornea mata gue. Apalagi ke otak. Kalau tubuh kita terganggu bukannya kita bakal kena efeknya ya?" Luna menolak percaya. Sehebat-hebatnya tekhnologi, mana ada yang bisa seajaib itu kan? Berpikir logis untuk ini sepertinya bukan hal yang sulit.

"Memang Lo bisa liat udara yang kita hirup?" Luna menggeleng tentu saja. "Mereka membuat itu lebih halus dari molekul udara sehingga bisa terserap ke dalam kornea mata tanpa disadari."

"Wah.. Sinting lu!" Luna bahkan mengagumi penjelasan yang masih juga tak bisa Luna percaya begitu saja karena memang ini hanya penjelasan sepihak.

"Terserah kalau Lo gak percaya. Tapi yang jelas, semua keputusan ada di tangan Lo. Ketika Lo sama Kaisar tetep mau bersatu, artinya Lo bunuh dia dan kita semua dimanipulasi oleh AI itu. Magnetnya ada di Lo, dan Kaisar. Dua chip yang ada dalam tubuh kalian akan merubah memori semua orang di sekitar Lo. Gitu peraturannya karena Kaisar yang punya akses untuk itu."

"Kalau kita berdua yang jadi magnet, artinya kalau gue yang mati, dia baik-baik aja?" Tanya Luna.

"Gak juga." Zidan. "Bisa jadi kenapa dia bisa meninggal justru karena chip itu. Kaisar punya tubuh yang lemah. Lo tau kan, jantungnya bermasalah? Saat Lo dan yang lain baik-baik saja dan dia malah mati, artinya tubuhnya gak kuat." Luna mengangguk karena Kaisar pun sempat mengatakannya.

"Tapi sekarang dia gimana? Baik-baik aja kan?" Luna malah makin khawatir.

"Dia baru pulang dari Jerman. Kayaknya mau ketemu sama Grace." Zidan kembali mengamit tangan Luna seolah ingin benar-benar kembali menekankan sesuatu. "Selama lu gak deket-deket sama dia, dia aman. Dia gak bakal mati. Lo tetep bisa tau kabar dia meski dari jauh." Zidan harap Luna percaya sepenuhnya.

"Lu gak ngada-ngada kan?" Luna tetap kebingungan. Entah siapa yang bisa ia percaya.

"Gue sama Kaisar temen baik Lun. Mana mungkin gue ngada-ngada." Zidan terlihat serius memang. Apalagi sejauh ini ekspresinya bisa ia percaya. Bukankah Luna sudah mengenalnya lebih dari delapan tahun?

Tapi..

Tetap saja. Kembali lagi, Kaisar pun bukan tipe-tipe orang seperti itu. Luna masih yakin jika kembalinya dia ke masa lalu adalah campur tangan Tuhan. Mana ada manusia yang bisa menciptakan teknologi se-ajaib itu. Manusia bukan Tuhan yang bisa merubah kehidupan masa lalu hanya dengan men-delete sesuatu bahkan menambahkan narasi tertentu. Ini penjelasan tergila yang pernah Luna dengar.

💕💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top