Awal dari kehancuran
Anyeong yeorobun..
Mana yang katanya pecinta sick male lead? Sini-sini kita bisik-bisik..
Gak tau kenapa, ketika mendalami genre ini makin lama makin garing gak sih? Terlalu mellow juga rasanya kurang greget gitu..
Aku menelisik dan selalu memantau SML yang ada di YouTube dan di platform lain dan yang paling masuk ke dalam hati tuh tetep Wattpad gak sih? Di sini kita bisa berimajinasi sebebas-bebasnya untuk menghindari penyakit mental ya kan? Wkwkwk..
Disini aku bawa cerita yang lumayan mirip sama Lovely Runner..
Tau kan?
Lagi booming banget gak sih?
Tapi tentu saja tidak identik ya.. Akan ada banyak sekali cacat logika, kesalahan penulisan, salah penyebutan, bahkan kesalahan fatal lainnya karena maklum ya, saya bukan penulis profesional. Jadi jangan ber-ekspektasi terlalu tinggi..
Cerita ini di posting karena sudah mencapai Endingnya. Jika aku posting artinya memang sudah selesai. Jadi gak ada cerita yang tiba-tiba gantung gak jelas. Ngeselin kan kalau gantung? Berasa di PHP-in sama doi..
Kebanyakan cing cong gak sih? Hehe..
Ya sudah.. Selamat membaca..
.
.
.
.
.
.
.
.
~Luna Angelin~
Kalian tau gak, katanya ketika cowok jatuh cinta, dia hanya bisa merasakannya satu kali seumur hidup. Hanya pada satu wanita saja, dan itu yang terdalam tanpa menyisakan apapun.
Dan kayaknya itu bener. Buktinya, suami gue kelihatannya memang gak pernah bisa ngelupain mantan terindahnya yang kebetulan sahabat baik gue dulu. Sial banget kan hidup gue? Mending kalau mantannya masih ada kan? Paling enggak bisa gue tanya gitu gimana caranya meluluhkan hati suami gue ini. Tapi sayangnya sahabat tercinta gue itu udah meninggal sepuluh tahun lalu.
Ya kali kalau dia masih ada, mungkin gue gak akan terjebak dengan pernikahan yang menyiksa ini. Arggh bener-bener apes hidup gue.
💕💕💕
Luna mematut diri di depan cermin dengan setelan Melayu berwarna navy beserta aksen mutiara-mutiara yang sengaja ditabur pada dada kiri bajunya. Tubuhnya masih bagus karena memang selama delapan tahun menikah, Luna sama sekali tidak pernah dikaruniai anak. Skip. Kita ceritakan nanti soal ini.
Setelah full make up natural yang memang membutuhkan waktu lama itu selesai, dia kini fokus untuk menyelaraskan pakaian yang ia kenakan dengan selendang berwarna putih atau navy untuk penutup kepala. Meski bukan untuk hijab, di hari istimewa seperti ini harus sedikit syar'i kan? Setidaknya untuk memastikan identitas keagamaan. Gitulah kurang lebih.
Sempat mencoba ini dan itu, sepertinya dia masih kebingungan untuk menentukan warna mana yang kira-kira bisa ia kenakan dan cocok untuk sekedar menutupi sedikit rambut yang sudah ia atur-atur secantik mungkin.
Cklek..
"Mas?! Lebih cocok yang mana? Navy, atau putih?" Tanya Luna langsung ketika suaminya Zidan keluar dari pintu kamar mandi.
"Yang mana aja terserah kamu." Ungkapnya dingin. Zidan sepertinya langsung mencari-cari baju yang juga hendak ia kenakan.
"Tuh.. Di meja.." Tunjuk Luna pada meja riasnya. Ia paham jika suaminya memang sedang mencari baju. Sebagai seorang istri yang baik, Luna memang selalu menyiapkan pakaian suaminya. Apalagi pada hari-hari besar seperti ini.
Sebenarnya hati Luna sedikit berat jika harus berhadapan dengan moment-moment seperti sekarang. Tentu saja di hari lebaran, sesuai tradisi di negerinya, keluarga manapun musti, kudu, wajib berkumpul di rumah orang tua untuk menjalin silaturahim. Hal ini sudah lumrah dimana-mana. Luna paham dengan konsekuensi pernikahannya ini meski masih saja terasa tak nyaman. Luna perlu usaha yang lebih keras lagi untuk bisa berbaur dengan keluarga Zidan.
Sebetulnya tak masalah jika Zidan bersikap seperti layaknya suami yang baik kayak video-video fyp di medsos. Suami yang perhatian sama istrinya, membantu pekerjaan rumah bersama, makan malam romantis setiap hari, jalan-jalan di hari weekend dan hal-hal manis lainnya.
Namun sayang sejak menikah, Zidan sepertinya selalu menganggap Luna sebagai teman biasa bahkan terkesan dingin. Dia lebih sibuk dengan pekerjaannya dibanding memperhatikan waktunya bersama istri. Entah perasaan Luna saja atau memang wataknya sudah seperti itu. Luna tidak pernah tau. Selama ini dia hanya bisa memakluminya saja. Kalau Karin sahabatnya tidak pernah meminta Luna untuk menikahi Zidan ketika saat-saat terakhir hidupnya, pastilah Luna tidak akan pernah mau menikahi Zidan jika tau akhirnya malah seperti ini. Apalagi, benih-benih cinta itu ternyata malah muncul tanpa di undang.
Tapi harap garis bawahi. Zidan sepertinya tidak bersikap manis karena mungkin tidak ada kesempatan kan?
Untuk makanan, selalu ada pembantu rumah yang memasak setiap hari. Beberes rumah, juga tak pernah Luna lakukan sendiri. Bahkan jalan-jalan, Zidan sudah menyiapkan sopir pribadi untuk Luna. Namun yang namanya perempuan, tetap saja menuntut lebih dari itu. Apalagi ketika sang suami dalam delapan tahun pernikahan, hanya menyentuhnya beberapa kali. Itupun ketika Zidan terlihat sedang frustasi dan pulang dengan seluruh tubuh berbau alkohol.
Luna tersiksa?
Sebagian wanita realistis harusnya ia menikmati semua fasilitas itu dengan senang hati. Ikut arisan sana sini, pakai barang branded, dan kalau memungkinkan, ikut nongkrong-nongkrong cantik bersama artis-artis ternama bukanlah hal yang mustahil. Mungkin juga ia bisa mencari pria lain yang ia jadikan simpanan untuk pemuas kebutuhan. Tapi Luna tak sampai hati melakukannya.
Dalam pernikahan itu, ada nama baik keluarga yang harus ia jaga. Terutama keluarga mertuanya yang kebetulan kini sedang menjabat sebagai seorang Walikota. Zidan memang tergolong keluarga berada. Tak jarang Luna mendapat sarkasme dari seluruh keluarganya karena berasal dari keluarga biasa. Satu-satunya hal yang membuatnya bertahan menjalani hubungan suami istri itu adalah janjinya pada Kiran.
Kenapa? Pernikahan itu pada dasarnya dilandaskan untuk kepentingan keluarga Zidan sebenarnya. Luna pun tak paham persis permasalahannya. Namun katanya, jika Zidan membatalkan pernikahan karena Kiran meninggal, akan ada berbagai gosip yang muncul. Pasalnya, keluarga Zidan sudah mengumumkan ke publik jika sang anak akan segera menikah. Katanya untuk kepentingan politik, pernikahan itu tidak boleh gagal atau batal.
Entahlah.. Luna pun tak paham kenapa harus cepat-cepat menikah. Karena itu, Kiran memohon-mohon supaya Luna mau menggantikannya untuk menikah dengan Zidan. Dia bahkan meminta Luna bertahan sepuluh tahun saja. Tak tega dengan permintaan Kiran sesaat sebelum meninggal itu, Luna akhirnya setuju. Meski hingga sekarang, publik tidak pernah tau bahwa calon pengantin Zidan sebelumnya adalah Kiran. Bukan dirinya.
Namun karena pernikahannya dengan Zidan, keluarga Luna pun bisa merasakan manfaat yang cukup berpengaruh besar terhadap ekonomi mereka. Dari mulai modal berbisnis laundry yang semakin besar, bisa menggunakan properti milik Zidan tanpa uang sewa, hingga mendapat promosi gratis karena Zidan cukup dikenal khalayak ramai.
Menguntungkan bukan?
Tetap tidak!
Bagi Luna, ketulusan yang ia harapkan sejak awal pernikahan tak pernah ia rasakan sama sekali. Bukan! Bukannya Zidan begitu buruk atau kasar. Sama sekali tidak. Zidan selalu menghamburkan hartanya untuk membantu keluarga Luna justru. Namun semua itu bagi Luna tidak cukup.
Serakah?
Ya!
Luna memang sangat tidak realistis. Dia bahkan mengabaikan seribu kebaikan hanya untuk hati Zidan yang mustahil ia dapatkan sampai kapanpun.
Bodoh memang. Silahkan umpat Luna! Kalian tidak akan pernah kehabisan kata untuk mencercanya.
💕💕💕
"Kapan punya anak?" Pertanyaan sakral itu kembali ia dengar setiap tahun. Sangat menyiksa dan mengganggu. Luna hanya bisa tersenyum tipis selagi sesekali menoleh ke arah Zidan yang sepertinya tak terganggu sama sekali dan malah berjabat tangan dengan keluarganya yang lain.
Anj**ing kan?
"Doa-kan ya Tante.." Jawab Luna dengan pipi merona karena malu. Semua anggota keluarga yang lain terlihat mendengar namun tak ada satupun yang menanggapi.
"Makannya jangan KB dulu. Jadinya susah kan? Udah ke dokter yang Tante rekomendasi-in itu belum? Kemarin tetangga Tante juga langsung isi loh.. Padahal udah kosong lima tahun." Ungkapnya.
Luna kehabisan kata-kata dan hanya bisa tersenyum lagi dan lagi.
Masalahnya bukan rekomendasi dokter atau KB yang pernah ia kemukakan dulu ketika beralasan karena tak kunjung hamil. Namun bagaimana bisa hamil, jika Zidan pun sangat jarang menyentuhnya?
"Atau coba bayi tabung aja Lun, Zidan mampu kok. Ikhtiar mah boleh-boleh aja kan? Ya kan Tan?" Seorang lagi terlihat ikut nimbrung setelah memperhatikan sejak tadi. Dan semakin terpojoklah Luna di sana. "Temenku juga sepuluh tahun kosong akhirnya bayi tabung dan ternyata langsung isi. Kembar dong anaknya." Ungkapnya dengan penampilan yang terlihat senada dengan Luna dan yang lain. Sepertinya mereka sengaja menentukan dress clothes tahun ini berwarna navy. Suasana di sana seluruhnya berwarna navy. Meski begitu tak terlihat mendung. Justru malah nampak elegan dan mewah.
"Luna! Lun! Sini!"
"Oh! Iya Eyang!" Luna langsung pamit untuk menghampiri orang yang memanggil namanya.
"Cigh.. Anak jaman sekarang. Kayaknya ikut-ikutan trend yang child free child free gitu deh kayaknya. So soan gak mau badannya rusak lah, gak mau menyusui lah. Padahal harusnya kan ada keturunan biar bisa jadi penerus kita nantinya. Iya gak?" Tante tadi masih membicarakan Luna setelah dia pergi bersama orang-orang lain.
Zidan sempat menoleh ke arah mereka dan mendengar sedikit percakapannya. Ia tertegun, kemudian melihat sang istri yang kini tengah sibuk bersama Neneknya untuk mempersiapkan makanan di sebuah meja panjang.
Cukup lama ia memandangi Luna dengan pandangan penuh arti. Entah apa yang sedang ia pertimbangkan dalam hati. Namun, pandangan itu cukup menghawatirkan.
💕💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top