The Beginning
I've been hearing symphonies
Before all I heard was silence
A rhapsody for you and me
And every melody is timeless
Life was stringing me along
Then you came and you cut me loose
Was solo singing on my own
Now I can't find the key without you
Lirik yang mengalun merdu itu berasal dari ruang musik, mereka memang sedang berlatih untuk lomba paduan suara nantinya. Karena itulah mereka terpaksa berlatih untuk waktu yang cukup lama, hingga akhirnya mereka diperbolehkan pulang pada pukul 5 sore.
Kim Taehyung, salah seorang dari anggota paduan suara itu meraih tasnya dan menyampirkannya di bahunya. Melangkahkan kakinya keluar dari ruang musik. Ia memang salah satu yang terbaik dalam klub paduan suara ini, tak heran banyak gadis yang mengidolakan dirinya. Seperti saat ini,
"Bisakah kau berhenti mengikutiku?"
Gadis itu tersenyum, Jeon Jungkook namanya. Ia seakan tuli dan tetap melangkahkan kaki mungilnya mengikuti pemuda tampan di hadapannya. Taehyung menghela nafas kasar, lelah menegur gadis yang selalu mengikutinya bagai bayangannya sendiri.
"Aku tidak perduli jika kau sakit nantinya, tanggung saja sendiri."
Seperti itulah setiap hari keadaan keduanya. Hujan mulai turun setitik dan semakin deras ditiap kurun waktunya, air hujan telah membasahi sosok mungil itu tapi Taehyung tetap melangkahkan kakinya dengan payung yang menaunginya. Ia tiba di rumah, sedangkan Jungkook harus berputar terlebih dahulu karena rumah keduanya cukup jauh.
"Dasar perempuan aneh."
--- *** ---
"Hatsyim!"
Suara bersin itu cukup mengganggu ketenteraman kelas rupanya, seisi kelas menoleh untuk melihat siapakah yang bisa-bisanya bersuara dalam keheningan mengerjakan soal ujian matematika yang sulitnya tak terkira itu.
"Jungkook, tidak bisakah kau diam?"
Ucapan penuh sarkasme itu dikeluarkan oleh salah seorang teman satu kelas yang merasa terganggu dengan suara bersinnya. Jungkook hanya menggumam maaf, matanya tetap tak lepas dari sosok yang selama ini ia kagumi dari jauh. Ia memang telah berusaha menunjukkan ketulusan perasaannya, tapi Taehyung bersikap seolah ia tidak menyadarinya.
Sakit? Jangan ditanya, siapa yang tidak merasa sakit hati saat kau sudah berupaya memberikan segala perasaanmu dan hanya ditanggapi dengan diam? Tapi Jungkook sepertinya cukup tahan banting, buktinya ia masih sanggup bertahan hingga saat ini.
BRUUSH!!
"Harus berapa kali ku katakan, huh?! Aku tidak suka kau terus-menerus mengikutinya!"
Bae Joohyun, seorang dari gadis penggemar dari Kim Taehyung. Ia adalah seseorang yang suka sekali menyiksa Jungkook. Jungkook tahu betapa iblisnya gadis ini, tapi bisakah seorang upik abu melawan seorang putri? Ya, Joohyun adalah idola sekolah sedangkan Jungkook hanyalah sepersekian eksistensinya dibandingkan Joohyun.
"Taehyung milikku, haruskah aku merekam suaraku dan menyumpalnya di telingamu supaya aku tidak perlu mengulanginya terus-menerus?"
Jungkook menahan perih saat gadis itu mendorongnya hingga membuatnya membentur dinding, satu lawan lima tentunya tidak adil. Tapi jika ia melawan, hal itu hanya akan memperburuk keadaan. Jungkook tetap diam. Salahkah dirinya jika ingin memperjuangkan seseorang yang ia cintai?
"Tidak Joohyun, itu tidak perlu."
"Lalu apa yang harus kuperbuat supaya kau men-"
"Bae Joohyun!"
Seruan itu menghentikan ucapan Joohyun, digantikan dengan eksitensi Kim Taehyung. Joohyun dengan segera dapat mengubah ekspresi wajahnya menjadi ceria dan memberikan senyuman mempesonanya pada Taehyung. Tentu saja Jungkook menyadari itu, dan ia merasa begitu kecil. Sosok keduanya memang terlihat sangat serasi.
"Kau latihan hari ini?"
"Tentu saja, kau?"
"Aku rasa aku tidak bisa, ada urusan."
"Oh ya, apa?"
"Sesuatu, aku tidak bisa mengatakannya padamu. Tolong izinkan aku nanti."
"Aku ikut denganmu."
"Jangan, nanti aku harus bertanya pada siapa jika kau ikut absen latihan hari ini?"
Wajah Joohyun memerah, ia merasa begitu dibutuhkan dan memandang Jungkook dengan ekspresi penuh kemenangan. Jungkook tak membalas tatapan itu, ia hanya berlalu dari sana tanpa memperdulikan keduanya yang masih membincangkan sesuatu yang tak ingin ia ketahui.
"Itu Jungkook, kan?"
Pertanyaan Taehyung membuat Joohyun menoleh, menatap Taehyung kebingungan. Tumben sekali ia tiba-tiba menanyakan gadis itu.
"Tentu, ada apa?"
"Kalian memperbincangkan apa tadi?"
"Ah, itu... biasalah, tugas."
Joohyun memberi senyuman palsu, dalam hati ia sedikit merasa kesal saat Taehyung justru menanyakan Jungkook saat sedang berbicara dengannya. Mata Taehyung juga tidak lagi fokus menatapnya, tapi menatap kepergian Jungkook yang saat ini berjalan menuju kelasnya.
'Aku menjadi khawatir, meskipun kau mendekat padaku, aku tak bisa mengatakan sesuatu padamu, aku khawatir.'
--- *** ---
Sesuai dengan perkataan Taehyung tadi siang, ia tidak ikut latihan. Taehyung sibuk mengendap diam-diam keluar dari gedung sekolah, Jungkook tentu menyadarinya dan ia pun menyusul Taehyung diam-diam. Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju sebuah gang yang cukup sepi dan mengeluarkan isi tasnya. Ia mengeluarkan sekotak rokok yang tentunya terlarang mengingat ketatnya peraturan sekolah.
Jungkook tentu saja terkejut melihatnya, dirinya bimbang ingin maju menghampiri atau diam melihat pemuda itu menghisap asap nikotin tersebut. Tapi hati Jungkook terlalu kuat, ia memaksakan langkah kakinya, merampas puntung rokok itu dan membuangnya. Jungkook menginjak-injak puntung itu hingga bara apinya mati.
"HEI!"
Jungkook sedikit terlonjak, tapi matanya menatap Taehyung tajam. Menantang mata setajam elang yang begitu ia kagumi selama ini.
"Jangan lakukan lagi, itu melanggar peraturan."
"Kau pikir siapa dirimu? Kau bahkan bukan ibuku!"
"Siapa pun diriku, aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Berhentilah merokok, otak cerdasmu pasti sudah mengetahui 1001 bahaya merokok, bukan?"
Taehyung merangsek kearah Jungkook dan mencengkeram lengannya kuat, membuat Jungkook meringis kesakitan.
"Berhenti mengurusi hidupku!"
"Kalau begitu berhentilah merusak hidupmu sendiri!"
"Memang apa pedulimu?"
"Karena aku tidak mau kembali kehilangan orang yang kusayangi hanya karena benda beracun yang kau hisap itu!"
Taehyung mengernyitkan kening saat melihat bulir air mata jatuh dari mata Jungkook, Jungkook menghentakkan lengannya yang dicengkeram oleh Taehyung hingga terlepas.
"Ayahku perokok aktif, beliau meninggal setahun yang lalu karena kanker paru-paru. Itu saja, dan aku tidak mau kau bernasib sama,"
Jungkook menggantungkan kalimatnya sejenak, ia memandang Taehyung yang sekarang terlihat serius mendengarkan ucapannya.
"Kalau kau memang membenci hidupmu, setidaknya bertahanlah untuk orang lain yang menyayangimu."
Taehyung tertegun, tubuhnya seolah membeku di tempat sampai rasa manis menyapa indera perasanya. Sebuah permen mint.
"Kuharap berguna, aroma mint akan memberi efek yang menenangkan perasaan gelisah dan depresi."
Jungkook menarik tangan Taehyung dan memberikan sebungkus permen mint padanya, ia menarik kembali tangannya dan melangkahkan kakinya menjauhi Taehyung.
'Ku berharap engkau tidak mengisi hatimu yang terluka
atau terjebak dalam keputusan yang sesaat.'
--- *** ---
Semenjak hari itu, Jungkook rajin memberikan Taehyung permen mint. Banyak dari mereka yang menanyakan mengapa Jungkook sering sekali memberinya permen tersebut, keduanya akan menjawab 'hanya iseng'.
Taehyung perlahan mulai memperbaiki diri dan menjauhi diri dari rokok, itu pun dibantu oleh Jungkook yang kian hari semakin rajin datang ke rumah Taehyung hanya untuk mengecek keadaannya.
"Taehyung, berhenti menonton TV hingga terlalu malam. Besok kau harus sekolah."
"Taehyung, berhenti bermain game seperti itu."
"Taehyung,..."
"Iya bawel! Berhentilah mengoceh dan pulang saja sana!"
Taehyung lama-lama kesal juga, tapi Jungkook justru tertawa mendengar omelan Taehyung. Taehyung juga tak merespon banyak, ia hanya mengedikkan bahu dan kembali fokus pada layar PSP di hadapannya.
"Kalau begitu aku pulang, aku yakin orang tuamu pulang sebentar lagi."
Taehyung melirik jam, sudah pukul 8 malam rupanya. Ia mengambil kunci motornya lalu menarik lengan Jungkook.
"Kuantar, ayo."
"H-huh?"
"Kau tuli? Kubilang akan kuantar, ikut saja."
Jungkook tersinggung, enak saja bilang dia tuli? Sepertinya orang ini harus berkaca lebih dulu, siapa yang lebih pantas disebut tuli jika Jungkook sampai harus beribu kali menasihati Taehyung yang hanya ditanggapi oleh angin yang melambai di udara?
Taehyung mengambil motor NCR M16 miliknya dan membawa Jungkook selamat hingga di depan rumah. Jungkook melepas helm dan menggumamkan terima kasih. Sebelum Jungkook benar-benar menghilang dari hadapannya, Taehyung menarik kembali lengan mungil itu.
"Ada apa?"
Pertanyaan Jungkook membuyarkan lamunan Taehyung. Tanpa sadar ia pun menarik kembali lengannya.
"Tidak, tidak jadi. Selamat malam."
--- *** ---
Taehyung mendadak merasa canggung sejak hari itu, baginya agak aneh jika ia terus-menerus bersama Jungkook. Rasanya lain, ia merasa canggung tapi di sisi lain ia berharap untuk bisa melihat keberadaan Jungkook di dekatnya. Mengetahui kondisinya, apa yang ia lakukan, atau hal kecil lainnya. Tapi Taehyung takut, takut menerima perbedaan dalam hatinya yang tiba-tiba menyerangnya.
"Taehyung, kau baik-baik saja?"
Itu Joohyun, gadis itu saat ini mengajak Taehyung untuk makan malam bersama. Taehyung pikir ini ide yang baik, karena itulah ia memilih untuk pergi bersamanya.
"Maaf, aku baik."
"Apa kau sakit?"
"Tidak, aku baik-baik saja."
Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran berbintang lima. Joohyun yang mentraktir, ia beralasan bahwa ia ingin mendekatkan diri dengan Taehyung. Keduanya masih berbincang hingga akhirnya mata tajam Taehyung melihat siluet yang ia kenali dengan baik. Ia melihat Jungkook! Gadis itu terseret mengikuti langkah seorang lelaki yang terlihat lebih tua usianya, orang itu menghentakkan lengan Jungkook dan membuat gadis itu berdiri di sampingnya. Taehyung bisa melihat setitik air mata lolos dari mata Jungkook.
'Ada apa dengan seseorang yang berada di sampingmu, apakah dia yang membuatmu menangis?'
Tak perlu waktu lama sampai orang itu tiba-tiba menampar pipi Jungkook, itu cukup membuat Taehyung terlompat dan reflek melangkahkan kakinya menghampiri orang itu. Saat tangannya sudah melayang hendak menampar Jungkook untuk kedua kalinya, Taehyung menahannya.
"Memukul wanita itu perbuatan paling hina, bung."
Orang itu memandang Taehyung bengis, tapi tidak ada sedikit pun kegetiran atau rasa takut di mata Taehyung.
"Kau siapa?"
"Aku teman satu sekolahnya."
"Oh, begitu? Kalau begitu, katakan padanya untuk berhenti bersekolah saja! Pinjam uang tapi tak bisa mengembalikan, memangnya hanya kau yang butuh uang?!"
Orang itu meninggalkan keduanya dengan penuh amarah, tak lupa sebelumnya mengancam Jungkook untuk mengembalikan uangnya segera. Taehyung merasakan kecanggungan, dirinya hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu tapi Jungkook lebih dulu mengangkat tangan dan berlalu pergi dari sana. Taehyung juga tak berusaha untuk mengejar, kakinya terpaku di sana.
'Aku khawatir, aku merasa gelisah karena aku tidak bisa lebih dekat padamu atau mencoba untuk berbicara padamu'
--- *** ---
Sudah dua minggu sejak kejadian itu dan hingga saat ini Taehyung belum juga melihat batang hidung gadis itu. Ya, sudah seminggu juga Jungkook tidak masuk sekolah. Tak hanya seisi kelas yang tidak tahu, bahkan guru-guru juga tak ada yang mengetahui keadaan Jungkook.
Selama itu juga, Taeyung berkali-kali menghampiri rumah Jungkook dan nihil. Tapi ia pantang menyerah, hari ini ia kembali lagi dan harus kembali dikejutkan saat melihat sosok Bae Joohyun yang juga berada di depan rumah Jungkook. Awalnya ia berniat menghampiri, sampai Taehyung akhirnya dapat melihat jelas apa yang terjadi.
"Aku sudah bilang padamu, bukan? Hari ini hari terakhir kau untuk membayar hutang, dan kau bahkan memberiku tidak lebih dari seperempatnya?"
Joohyun mengibaskan beberapa lembar uang tepat di depan wajah Jungkook, gadis itu terdiam melihat perlakuan Joohyun padanya. Jungkook memang membolos sekolah, tapi ia membolos demi mendapatkan uang. Ayahnya telah tiada, ibunya pergi meninggalkan dirinya dan menikah lagi. Mau tak mau, Jungkook harus bisa menanggung bebannya sendiri.
"Tidak heran ibumu meninggalkanmu, kau sungguh tidak berguna Jeon Jungkook."
Joohyun melempar beberapa lembar uang itu tepat di wajah Jungkook, tangannya menjamah rambut hitam Jungkook dan menariknya kuat membuat Jungkook menjerit kesakitan saat Joohyun melakukannya.
"Dengar ya, aku tidak mau disusahkan setiap hari menjadi seorang rentenir menggantikan kakakku. Jadi mulai sekarang, usahakan untuk bisa mencari uang yang banyak dalam waktu singkat jika kau masih ingin hidup tenang!"
Joohyun melepas kasar genggamannya pada rambut Jungkook, ia pun berbalik dan betapa terkejutnya Joohyun saat melihat sosok Taehyung yang terlihat sangat marah. Ia benar-benar marah, auranya sangat pekat.
"Jadi, inikah dirimu yang sesungguhnya?"
Nadanya dingin menusuk tulang, Joohyun mulai berkeringat dingin. Jungkook ikut merasa ketakutan sekaligus terkejut, tak menyangka akan kehadiran Taehyung di sana.
"T-Taehyung aku..."
"Berhenti berbicara, sialan! Aku muak mendengar suaramu, pergilah dari hadapanku!"
Joohyun tersentak, air mata lolos dari matanya dan ia terjatuh berlutut dihadapan Taehyung sembari menarik sebelah kakinya memohon pengampunan.
"Tidak Tae, tidak! Kau tidak mengerti, aku-"
"Semua sudah jelas, jadi pergi sekarang!"
Taehyung marah, ia marah sekali. Sebenarnya tak ada alasan khusus baginya untuk marah pada Joohyun, hanya saja rasanya ia nyaris gila melihat semua perlakuan dan tindakan Joohyun yang begitu buruk pada orang yang tidak berada di levelnya. Ia bahkan nyaris menganggap Jungkook setara alas kaki atau apapun yang dianggapnya hina.
"T-Taehyung..."
Kali ini tatapan Taehyung terjatuh pada Jungkook, membuat gadis itu gemetar ditatap oleh mata sedingin miliknya. Mendadak dada Jungkook terasa nyeri, tubuhnya berkeringat, dan ia mulai sesak nafas. Jungkook tak mengingat apa yang terjadi selanjutnya selain Taehyung yang panik memanggil namanya dan berlari menuju kearahnya.
(A/N)
Next chapt will be posted in tomorrow, hope u like it^^
Ku butuh saran dan kritik kalian, but please don't bash me._. Thx guys!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top