34 : SPACE FOR A WHILE

End of The Day - One Direction

1:27 ━━━○─────── 3:17

⇄ ◁◁ II ▷▷ ↻

|

Akan tiba masanya sesuatu yang sebelumnya sedekat nadi akan berjarak seperti bumi dengan matahari.

|

REGALO BAGIAN 34 : SPACE FOR A WHILE

Insiden waterpool itu dengan segera merangkak sebagai trending topic paling panas seantero SMA Satria Garuda. Setiap kelas, setiap lorong, di mana pun itu, pembahasan tentang Ken dan Arsen terus dibicarakan tanpa henti. Bahkan guru-guru pun tak mau kalah untuk ikutan membahasnya.

Hari berikutnya, Ken benar-benar dijaga ketat oleh kelima abangnya. GEMAZ dan juga Darga turut membantu. Ken sudah menceritakan semuanya, termasuk Arsen yang sudah mengetahui tentang kebenaran keluarga gadis itu. Untuk sementara ini, demi menjaga semua yang sudah dirahasiakan sejak awal, Ken memutuskan untuk menjaga jarak dari semua orang. Hanya kelima abangnya, GEMAZ, dan juga Darga yang ia percaya saat ini.

Kantin sebenarnya bukanlah tempat yang tepat untuk Ken sekarang. Di sana berbagai macam bahan pembicaraan dibahas. Ken benar-benar tidak ingin ke sana, tapi dasar nasibnya yang memiliki abang superprotektif. Kel tidak akan membiarkan adiknya itu kehilangan pola maka teraturnya hanya karena gosip murahan yang sedang treding seantero Saga.

Ken bersama Nana dan Darga, juga kelima abangnya, duduk bersama di satu meja. Sementara personel GEMAZ yang lain duduk di meja sebelahnya.

"Demi apa, sih, Ken itu adeknya Kak Kel, Kak Raja, sama Kak Harris?"

"Makanya masuk Saga dari dulu! Semua orang udah tau soal Ken sama abang-abangnya. Lo baru masuk Saga aja awal SMA."

"Enak banget sumpah jadi Ken. Hidupnya dikelilingin cogan. Abangnya lima-limanya cakep, pacarnya anak most wanted. Darga sohibnya juga cakep sialan!"

"Dia juga kena masalahnya sama Arsen. Lo semua tau se-famous apa Arsen di yayasan. Saingannya Si Adam! Emang gila Ken hidupnya cuma seputar cowok ganteng."

"Tapi gue beneran penasaran banget asli sama kronologi yang sebenernya kenapa Ken bisa kecebur kolam renang dan Arsen dihajar abis-abisan sama abang sama pacarnya Ken."

"Mungkin Arsen cari gara-gara sama Ken. Diceburin dah, tuh, cewek ke kolam. Terus pawangnya ngamuk dan ngehajar Arsen."

"Bisa jadi."

Ken mendengus. Dia semakin risih karena di mana-mana ia mendengar namanya terus disebut. Ken menatap Kel yang duduk di hadapannya dengan tampang memelas, berharap kakak sulungnya itu membiarkannya pergi dari kantin sekarang juga. Tapi Kel hanya menggidikkan bahunya, menyuruh Ken untuk lanjut makan, dan cowok itu kembali asyik dengan semangkuk mi ayamnya.

Ken lagi-lagi mendengus. Wajahnya sudah sangat kusut sekarang. Entahlah kapan semua ini akan berakhir.

***

Di kelas, tepat di bagian barisan bangku tengah, tiga siswa itu terlihat lebih diam dari biasanya. Suasana tegang menyelimuti seisi ruangan. Para murid lainnya hanya bisa saling pandang, sesekali melirik ke arah tiga siswa itu, lantas fokus kembali ke pelajaran.

Ken, Adam, dan Arsen.

Dalam hati gadis itu tak ada henti-hentinya mengeluh tentang betapa lambatnya waktu berjalan. Dasar nasib. Ken duduk diapit oleh Adam dan Arsen. Padahal kedua cowok itu ada di urutan teratas sosok yang paling Ken hindari saat ini. Gadis itu sama sekali tidak fokus dengan penjelasan guru di depan sana.

Adam sama saja tidak fokusnya seperti Ken. Untuk pertama kali dalam seumur hidupnya, Adam lebih memilih untuk terus memperhatikan Ken dari samping daripada penjelasan guru. Sudah sejak pagi Ken terus mendiaminya. Gadis itu bahkan tak segan untuk buang muka ketika tatapan mereka sesekali bertemu. Hal itu membuat Adam frustrasi.

Sementara Arsen, cowok itu seperti biasanya, tidak peduli. Boro-boro tidak fokus pada pelajaran, ia bahkan tidak tahu pembelajarannya sudah sampai materi apa, dan anak itu tidak mau susah payah mencari tahu. Sejak tadi yang ia lakukan hanya menatap dengan bosan ke arah jendela. Baginya, pemandangan di luar sana terlihat lebih menarik dari papan tulis.

Nana dan Darga yang duduk bersebelahan sesekali melirik ke belakang, ke tempat di mana Ken duduk. Mereka juga sesekali saling tatap, lalu tak lama kemudian menghela napas panjang. Terus begitu. Di pojok belakang juga sama. Kedua abang Ken, Careez dan Jihan, turut mengawasi gadis itu dalam diam.

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Mungkin jika situasi normal, Ken akan tersenyum senang. Tapi kali ini tidak. Ia masih memiliki satu kelas tambahan, klub panahan. Itu artinya Ken masih harus berada di sekolah dua jam lagi hingga kelas panahannya berakhir. Dan selama dua jam itu pula Ken masih harus berhadapan dengan tatapan-tatapan penasaran dari orang-orang.

Careez bangkit dari duduk dan langsung meraih pergelangan tangan Ken untuk beranjak pergi dari kelas. Disusul Jihan, Nana, dan Darga di belakang mereka. Adam juga terlihat buru-buru menyusul. Sedangkan Arsen meraih tasnya dengan santai dan menembus antrean di pintu keluar kelas menuju lapangan panahan.

***

Klub panahan menjadi salah satu pilihan dari kelas tambahan yang ada di Saga. Kelas tambahan sendiri levelnya setara dengan ekskul. Para murid Saga dibebaskan memilih antara kelas tambahan atau ekskul untuk memenuhi nilai rapor di samping kelas utama.

Klub panahan terdiri dari 500 anggota. Terdiri dari 345 siswa Angkatan 17 dan sisanya adalah siswa Angkatan 18. Sementara para murid Angkatan 16──anak-anak kelas dua belas──sudah tidak diwajibkan untuk mengikuti kegiatan kelas tambahan atau ekskul lagi supaya mereka bisa fokus mempersiapkan diri menyambut babak final dari tiga tahun bersekolah di SMA.

Setiap kelas berlangsung, seluruh anggota akan digabung dari kelas sepuluh hingga sebelas, tapi tetap berlatih secara terpisah sesuai kelompok──Kelompok A, B, dan C. Berhubung hari ini cuaca cerah, mereka melangsungkan kelas di lapangan outdoor. Sebuah tanah lapang luas berumput yang terletak di dalam kompleks olahraga Yayasan Satria Garuda dengan papan-papan panahan di titik-titik tertentu.

Ken yang sudah berganti pakaian dengan seragam panahan warna hijau, warna identitas Kelompok A, melangkah tak bersemangat dengan busur tergenggam di tangan kanannya. Nana, Careez, Jihan, dan Darga mengelilinginya. Sementara pada saat yang sama, ada dua pasang mata yang terus memperhatikan gadis itu dari kejauhan. Adam dan Arsen. Kedua cowok itu sejak tadi tidak melepaskan pandangan mereka dari Ken. Entah apa yang mereka harapkan. Tatapan balik dari Ken, mungkin?

"Bentar lagi ada event panahan se-DKI. Gue yakin Pak Herlambang bakal ngambil lo buat maju ngewakilin Saga," celetuk Nana mencoba mengajak Ken mengobrol.

"Nggak bakal."

Jawaban Ken sukses membuat Nana dan bahkan Darga menoleh. "Maksud lo?" tanya Nana tak mengerti.

"Gue udah mundur dari tim panahan Saga."

"HAH? Sejak kapan?" Nana benar-benar tidak tahu soal ini. Juga dengan Darga.

"Dari awal kelas sebelas."

"Kenapa lo mundur, Ken?" Kini Darga yang bertanya.

"Pengen istirahat. Pengalaman ikut lomba dari SD udah cukup buat gue. Gue mau fokus ke sekolah aja mulai sekarang."

"Kok, lo nggak pernah bilang-bilang?" tanya Nana lagi.

"Harus banget gue buat bilang?"

Nana dan Darga saling lirik. Setelah itu mereka memutuskan untuk tidak bertanya-tanya lagi. Mereka paham betul dengan Ken. Gadis itu memang seperti ini. Ia akan berubah jadi judes tanpa sadar jika sedang dalam mood yang buruk.

Kelas panahan pun berlangsung dengan membosankan bagi Ken.

***

Ken sedang mengemasi barangnya yang ada di loker sebelum pulang. Gadis itu ditemani oleh Careez dan Jihan. Ketiga abangnya yang lain sudah meluncur ke tempat kerja begitu jam bimbel mereka berakhir. Sedangkan Careez dan Jihan sendiri selalu mendapat jatah libur setiap ada kelas tambahan. Sementara Nana sudah pulang bersama Cakra, beriringan dengan Darga di belakangnya.

"Nggak ada yang ketinggalan, Dek?" tanya Jihan setelah Ken menutup lokernya.

Ken menggeleng sebagai jawaban.

Ken, Careez, dan Jihan berjalan beriringan di lorong loker kelas sebelas menuju koridor utama. Lampu-lampu mulai dinyalakan karena hari sudah semakin gelap. Sekarang pukul enam sore. Tidak ada yang membuka suara di antara mereka bertiga hingga akhirnya sebuah seruan membuat mereka menoleh.

"KENYA!"

Ken kenal suara itu. Tanpa perlu menebaknya pun Ken langsung tahu siapa pemiliknya. Dan benar saja. Begitu Ken menoleh, sosok Adam langsung menyambut penglihatannya.

Careez dan Jihan yang mengerti pun segera beranjak untuk memberi ruang pada mereka berdua. Namun Ken mencegah langkah mereka. Gadis itu menggeleng pelan, tidak mau ditinggal. Careez pun mendekat dan berbisik tepat di depan telinga adiknya.

"Udah dari tadi pagi Adam nyoba buat deketin lo. Ngobrol bentaran sama dia nggak ada salahnya. Dia juga cowok lo."

Ken menghela napasnya ketika Careez merangkul Jihan dan menjauh dari radius terdekatnya. Kedua abangnya itu menunggu di depan ruang musik. Ken kembali menoleh. Adam kini sudah ada di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Ken tak mau basa-basi.

"Lo kenapa?" Adam pun mengikuti alur buatan Ken, tak mau basa-basi.

"Gue? Gue bener-bener aja."

"Tapi seharian ini lo ngehindarin gue."

"B aja perasaan."

"Ken, please ... "

"Gue capek, Dam. Gue mau pulang."

"Oke lo mau pulang. Tapi gue yang nganter, ya?"

"Nggak usah. Careez sama Jihan bakal sia-sia nungguin gue kalo gue balik sama lo."

Ken segera balik kanan. Gadis itu siap beranjak pergi. Namun bukan Adam namanya jika membiarkan gadis itu berlalu begitu saja. Cowok itu dengan sigap meraih pergelangan tangan Ken dan menahan langkah gadis itu.

"Kenya ... "

"Dam," Ken balik menatap kedua netra Adam yang menatapnya dengan dalam.

"I need space for a while."

Dan setelah itu Ken betul-betul pergi dari hadapan Adam.

REGALO

Hellaw swag people! I'm back finally.

Gimana sama chapter ini? Semoga suka ya ;)

NUMPANG CURCOL BENTAR, H-3 MENUJU PENGUMUMAN KELULUSAN 😭 MINTA DOANYA YA SEMUANYAAA 🙏

Tinggalkan jejak sebagai bukti bahwa kalian telah membaca bagian ini dengan pemberian vote dan komen, biar nggak jadi sider aja.

NGASIH FEEDBACK ITU GK DOSA KOK :D

Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan.

Read REGALO until the end.

Thanks and see you 💙

Best regards,
Styakna

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top