33 : WHAT'S WRONG WITH HIM?
IDGAF - Dua Lipa
1:27 ━━━○─────── 3:50
⇄ ◁◁ II ▷▷ ↻
|
Ketika seseorang hadir ke dalam hidupmu, Tuhan mengirimkan mereka untuk sebuah alasan.
|
REGALO BAGIAN 33 : WHAT'S WRONG WITH HIM?
Kelas olahraga di pagi hari yang cerah.
Anak-anak kelas XI IPA 2 berada di area waterpool SMA Saga. Hari ini mereka akan melakukan penilaian praktik renang. Mereka telah mengganti seragam mereka dengan pakaian renang.
Ken duduk sendirian di kursi pantai yang ada di pinggir kolam renang. Ia menatap teman-temannya yang sedang melakukan pemanasan di dalam air. Guru olahraga mereka sedang mengambil buku nilai di ruang guru. Gadis itu tidak akan ikut penilaian. Malamnya, entah karena apa, Ken secara tiba-tiba terserang flu. Mungkin karena sedang musim pancaroba dan daya tahan tubuh Ken sedang lemah. Ken mengganti nilai praktiknya dengan membuat kliping terkait gaya renang yang menjadi bahan praktik hari ini.
"Lo nggak pa-pa, Ken?"
Ken mendongak. Ada Adam di depannya yang menatapnya dengan khawatir.
"Gue b aja, Dam. Kenapa?"
"Lo keliatan pucet, Ken. Idung lo juga merah gitu."
Ken melirik hidungnya. "Oh, ini. Gue emang lagi pilek."
"Lagi nggak b aja berarti kalo gitu, dong?"
Ken tertawa. "Pilek doang elah, Dam. Gue juga udah minum obat. Nanti juga sembuh sendiri."
"Ken," Adam berkacak pinggang.
Ken tertawa sekali lagi. "Udah sana masuk barisan. Jangan bikin gue tambah sakit, ya, karena dengerin ocehan lo."
Adam hendak membalas, namun Ken sudah lebih dulu melotot. Cowok itu pun memilih menurut.
"Ih, Arsen, gue duluan yang baris di sini!"
Ken menoleh saat suara keributan terdengar oleh telinganya. Dahinya terlipat. Nana, sahabat karibnya, sedang terlibat adu mulut dengan Arsen.
"Orang gue maunya di sini. Pindah aja lo sana," balas Arsen tak peduli.
Nana melotot. "Heh, ngalah, dong, sama cewek! Gue duluan yang di sini! Siapa cepat dia dapat!"
"Terus kalo lo cewek gue harus ngalah gitu aja? Mimpi lo!"
"Arsen!"
"Bacot lo!"
"HIH!" Nana berseru kesal tepat di depan wajah Arsen.
Nana melenggang pergi. Suasana hatinya memburuk karena Arsen. Tapi belum ada 5 langkah dia berjalan, kakinya tersandung sesuatu. Gadis itu menjerit. Pasalnya arah jatuh gadis itu persis menuju kolam renang.
Grep
Punggung Nana persis mengambang 1 meter di atas permukaan air. Ujung kakinya masih menapak di tanah. Arsen adalah pelaku yang membuat Nana tersandung tadi, dan Arsen pula yang kini sedang merengkuh pinggang Nana menahannya agar tidak jatuh.
"Arsen, lepasin gue!" ujar Nana dengan nada gugup. Tentu saja, berada dalam posisi yang tidak berjarak sama sekali dengan orang seperti Arsen bukanlah hal yang biasa-biasa saja.
Ken menggeram. Gadis itu bangkit berdiri. Dia tidak akan membiarkan sahabatnya itu menjadi korban dari sifat menyebalkan Arsen.
Arsen dan Nana menoleh begitu melihat kehadiran orang lain di sekitar mereka. Ken sedang menatap cowok itu dengan tatapan supertajam.
"Apa?" Arsen membalas menatap Ken dengan tak kalah tajamnya.
"Lepasin Nana," ujar Ken dengan penuh penekanan.
"Gue nggak mau."
"Jangan buat semuanya jadi makin sulit, Sen."
"Gue tetep nggak mau."
"Lo bakalan buat Nana jatuh kalo gitu."
"Emang itu tujuan gue."
"HEH!" Nana melotot tak terima mendengarnya.
Ken menghela napas pendek. "Arsen, please."
Ken dan Arsen terlibat adu pandang selama beberapa saat. Tatapan keduanya sama-sama tajam. Bahkan Nana yang ada di antara mereka dapat merasakan hawa-hawa yang tidak enak.
"Oke," ucap Arsen dengan tenang. Cowok itu melepaskan Nana dan membiarkan gadis itu kembali berdiri tegak di atas tanah.
"Tapi lo yang bakal gantiin dia."
Bruk
"Arsen!!"
Byurr
Semua atensi seisi waterpool kini terpusat ke tengah. Mereka berseru melihat apa yang terjadi. Ken dengan kondisi masih memakai seragam sekolah jatuh berdebam ke dalam air, menciptakan lidah air yang terciprat ke mana-mana.
"KEN!" Nana berseru panik.
Ini mungkin hanya diketahui oleh orang-orang terdekat Ken. Gadis itu punya semacam trauma dengan air. Dulu ia pernah nyaris tenggelam di kolam renang karena mengikuti ajakan teman-temannya untuk berenang di kolam paling dalam. Ken sendiri tidak terlalu bisa berenang. Dan trauma itu masih dimilikinya hingga saat ini.
Arsen tersenyum miring melihat Ken yang kesusahan membuat dirinya untuk tetap berada di permukaan air.
Demi melihat hal itu, dari 4 arah yang berbeda, Arsen dihujani tatapan nyalang. Arsen seolah lupa bahwa Ken ini bukan cewek biasa-biasa saja. Adam, pacar Ken, Careez dan Jihan, kedua abang Ken, serta Darga, sahabat karib Ken, melangkah cepat menghampiri keberadaan Arsen.
"Mau lo apa, hah?!" Adam memiting leher Arsen dengan kasar.
"Sialan lo!" Careez menarik Arsen dari jeratan Adam. Sebuah bogem mentah ia layangkan telak mengenai tulang pipi cowok itu. Arsen jatuh tersungkur di tanah.
Belum sempat Arsen beranjak duduk, Jihan telah menariknya dan memaksanya untuk berdiri.
Bugh
Lagi, Arsen kembali mendapat bogem mentah dari Jihan. Pelipisnya telak menjadi sasaran.
Sementara ketiga cowok itu memberi pelajaran pada Arsen, Darga lompat dari tanah dan menyelam ke dalam kolam. Cowok itu bergerak cepat menyelamatkan Ken. Ia segera membawa Ken ke daratan, ada Nana yang sudah menunggu di sana dengan cemas.
Ken terbatuk-batuk. Nana mengusap-usap punggungnya. Hidungnya yang sudah merah semakin memerah karena kemasukan terlalu banyak air. Seragamnya basah kuyup. Rambutnya yang terikat bagai ekor kuda kini lepek tak berbentuk.
"Ada apa ini?"
Guru olahraga mereka memasuki area waterpool dan terkejut melihat apa yang terjadi. Arsen sedang dihajar habis-habisan oleh Adam, Careez, dan Jihan, sementara Ken yang basah kuyup dengan seragamnya.
Guru olahraga itu segera menilai situasi. Pasti ada yang telah terjadi di antara Ken dan Arsen.
"Nana, bawa Ken ke UKS sekarang!" titah guru tersebut pada Nana. Gadis itu mengangguk. Segera ia membantu Ken untuk berdiri meninggalkan area waterpool.
Namun sebelum itu, sebelum Ken betul-betul meninggalkan area waterpool, ia sempat bertatapan dengan Arsen yang sedang dalam pitingan Jihan. Keduanya saling diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
***
Ken dan Nana keluar dari toilet. Tadi mereka sempat ke UKS karena mereka tahu UKS selalu menyimpan seragam cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila kejadian serupa terjadi. Ken memakai seragam cadangan itu, sementara Nana sudah kembali memakai seragamnya lagi. Ken meringis ketika kembali merasakan nyeri pada lututnya yang tadi sempat terbentur pinggiran kolam renang, menimbulkan luka lecet yang cukup dalam. Nana merangkul Ken untuk membantu gadis itu berjalan.
"Ayo ke UKS lagi, Ken! Kalo dibiarin terus bisa tambah parah," ujar Nana dengan kesal karena Ken tidak mau mengobati lukanya ke UKS.
"Gue nggak mau. Gue males kalo disuruh ikut ulangan susulan," sahut Ken.
Nana berdecak. "Nggak ikut UH sekali nggak bakal ngebuat lo jadi tolol, Ken."
Ken memutar bola matanya malas. Nana seakan-akan baru mengenal dirinya kemarin sore. Padahal mereka telah menghabiskan waktu bersama selama separuh hidup mereka──plus Darga. Ken yakin Nana tahu betul bahwa dirinya tidak suka jika harus 'ketinggalan' dalam pelajaran.
"Sekali lagi lo ngajak gue ke UKS, lo──AAAA!"
Ken menjerit kaget. Seseorang tiba-tiba menggendongnya ala bridal style dari belakang. Refleks, Ken mengalungkan tangannya pada leher seseorang itu agar tidak terjatuh.
"Kalo lagi sakit, ya, ke UKS. Bandel banget diomongin."
"LO?!" seru Ken tak santai.
"Na, lo ke kelas aja. Ken biar jadi urusan gue."
Nana yang masih dalam mode terkejut pun kebingungan. "Tapi, Sen──"
Arsen menatap Nana dengan Ken yang masih ada dalam gendongannya. Cowok itu menunggu kelanjutan dari kalimat Nana.
Nyali Nana menciut ketika ditatap seperti itu oleh Arsen. "Oke, deh, kalo gitu. Jagain Ken, ya, Sen?"
Ken melotot kepada Nana. Ingin sekali rasanya gadis itu memberikan pelajaran pada Nana saat itu juga. Ken tak mampu berkutik di dalam gendongan Arsen. Alhasil, ia hanya mampu menyebutkan sumpah serapahnya untuk Nana.
Nana berbalik dan berjalan ke kelasnya. Sama halnya dengan Arsen, cowok itu melanjutkan langkahnya.
"Turunin gue!" titah Ken.
Arsen membisu. Ia seakan menulikan pendengarannya.
"Sen!"
"Apa?" sahut Arsen tanpa merasa bersalah.
"Gue tau kuping lo masih waras. Turunin gue cepetan!"
"Setelah gue susah-susah gendong lo? Yang bener aja!"
Ken berdecak. "Gue nggak pernah nyuruh lo buat gendong gue."
"Sen!"
"Arsen!"
"Astaga, Arsen!"
Arsen berdecak karena Ken tak berhenti meneriakinya. Dengan sengaja, cowok itu mengendurkan gendongannya. Tubuh Ken merosot. Ken yang tidak siap pun terkejut dan mengeratkan pegangannya pada Arsen.
"LO CARI──"
"Diem atau gue jatuhin?"
Ken pun mengalah, gadis itu berhenti meneriaki Arsen. Lebih baik begitu dari pada pantatnya harus mencium lantai, kan? Ia mengerucutkan bibirnya karena kesal.
***
Ken duduk di atas brankar UKS dengan tangan yang terlipat di depan dada. Iris cokelatnya beradu dengan iris hitam pekat milik Arsen yang duduk di atas brankar yang berada di seberang. Tatapan Ken sarat akan permusuhan, berbanding terbalik dengan Arsen yang begitu tenang, tapi tetap kental dengan kemisteriusan.
"Ngapain lo masih di sini?" tanya Ken sinis.
"Jagain cewek orang."
Ken berdecih.
"Belum puas lo bikin gue malu?"
"Belum."
Ken terkekeh dengan nada sinis. "Dari awal lo emang ada dendam pribadi, kan, sama gue? Kalo gitu bales aja semua dendam lo itu, tapi jangan pernah bawa sahabat-sahabat gue!"
"Nona Erickson, huh?" ucap Arsen dengan smirk-nya.
Bagaikan ada petir yang menyambar tubuh Ken. Matanya sempurna membulat. Napasnya tertahan selama beberapa detik. Gadis itu menatap Arsen tak percaya.
"Lo ... " Ken tak tahu harus berkata apa. Kedua bola matanya terasa panas.
"Asal lo tau aja, bukan cuma cowok lo yang anak konglomerat. Bonyok gue juga punya kekuasaan. Nggak sulit bagi gue buat cari informasi tentang seseorang. Dan bahkan jika seseorang itu adalah lo, Kenya Agatha."
Ken diam. Dia tak mau membalas tatapan Arsen yang kini terasa mengintimidasi dirinya. Sedangkan Arsen masih mempertahankan smirk-nya.
"Kenya Agatha dan kakaknya, Kelonya Anantha. Sepasang kakak adik dari pasangan Erick Zoe dan Yoo Kay Na. Pewaris dari kerajaan bisnis besar di Irlandia, The Zoes."
Ken memejamkan matanya sejenak. Arsen benar-benar mencari informasi tentang dirinya.
"Korupsi, penggelapan pajak, dan bangkrut. Gitu, kan, awal mula kejayaan The Zoes hancur?"
"Sen," Ken menyela. Gadis itu menatap Arsen dengan mata berkaca-kaca──memohon agar Arsen menghentikan ucapannya. Namun Arsen tak menggubrisnya.
"Perusahaan bokap lo itu ngalamin kerugian besar waktu salah satu pabriknya kebakaran. The Zoes kelilit utang di mana-mana, dan salah satunya sama Ganesha Group. Entah apa yang dipikirin sama Tuan Ganesha waktu itu sampai-sampai mau kasih pinjeman buat bokap lo dengan nominal yang nggak sedikit."
Arsen tertawa, tawa yang terdengar menakutkan. "Dan sekarang bokap lo dipenjara dengan segala utang yang belum dibayar," ujarnya. Cowok itu terdiam sejenak, menatap Ken yang matanya mulai mengeluarkan cairan bening bak kristal. "Gue nggak habis pikir sama lo, Ken. Ganesha Group jadiin bokap lo sebagai orang pertama dalam daftar hitam mereka. Tapi lo sendiri justru pacaran sama salah satu pewarisnya. Dan lo──"
"Cukup, Sen! Cukup!"
Kali ini Arsen terdiam lama. Cowok itu meneguk salivanya dengan susah payah. Melihat Ken yang berusaha untuk tidak terisak membuatnya sedikit merasa bersalah.
Apakah ia sudah kelewatan?
Ken mengembuskan napas dalam berkali-kali.
"Udah seberapa jauh lo tau tentang hidup gue, hm? Atas izin siapa lo nyari tau soal gue?" tajam Ken dengan suara parau.
Arsen diam. Matanya berpaling ke arah lain. Ia mencoba menghindari kontak mata dengan Ken.
"Jawab gue, Arsen!"
"Gue udah bilang, kan, tadi? Gue anak konglomerat. Nggak sulit bagi gue buat cari informasi tentang seseorang."
Ken terkekeh sinis. Tangannya terkepal kuat-kuat sebagai bentuk pertahanan agar tidak kelepasan.
"Cuma karena lo keturunan konglomerat dan bonyok lo punya kekuasaan, bukan berarti lo berhak buat cari tau kehidupan seseorang sembarangan, kan? Orangtua lo yang konglomerat itu pernah ngajarin arti privasi ke lo apa nggak, hah?"
Arsen tak berminat untuk menjawab perkataan Ken. Cowok itu melepas jas almamaternya dan menyampirkannya ke pundak.
"Informasi yang lo dapat itu akurat. Siapa pun orang yang udah lo suruh buat nyari tau tentang gue, gue salut sama dia karena udah berhasil cari informasi tentang keluarga gue yang selama ini ditutup rapat.
"Lo udah tau siapa gue. Dan kalo setelah ini lo mau ngasih tau satu sekolahan tentang siapa gue yang sebenarnya, silakan. Gue nggak takut lagi."
"Gue──"
"Dari awal emang itu tujuan lo, kan? Lo bersikeras nyari tau tentang gue, gue juga tau lo sama Adam punya keterkaitan di masa lalu walaupun gue nggak tau itu apaan, dan sekarang lo jadiin gue sebagai alat untuk balas dendam sama Adam. Setelah semua informasi tentang gue akhirnya lo dapetin, lo bakal nyebarin itu ke satu sekolahan. Dan──"
"Apa selama ini image gue di mata lo itu selalu buruk, Ken?" potong Arsen. Nadanya terdengar seperti orang yang tidak terima dituduh sembarangan.
Ken yang semula hendak meluapkan semuanya pada Arsen, terdiam ketika mendengar perkataan cowok itu barusan.
"Gue akuin selama ini sikap gue mungkin emang kelewat ngeselin bagi lo. Tapi apa pernah gue ngelakuin kejahatan sama lo, Ken? Selain bentakan dan ucapan kasar gue?"
Keadaan berbalik. Kini Ken yang dibuat terdiam seribu bahasa.
"Jujur gue juga kaget waktu tau tentang rahasia yang selama ini lo tutupin. Tapi dari awal kita ngibarin bendera perang, tentang siapa yang bakal menang dan kalah di antara lo dan gue, apa pernah gue bilang bakal ngelakuin semua yang lo katain tadi?"
Ken termenung. Hati kecilnya membenarkan kalimat Arsen. Selama ini Arsen tak pernah mengatakan jika dirinya akan memberitahu kepada satu sekolahan jika telah mengetahui siapa Ken sebenarnya.
"Gue emang penasaran sama lo, Ken. Tapi cuma sebatas itu, nggak lebih. Gue nggak bakal setega itu sama cewek yang udah berhasil bikin gue gila akhir-akhir ini."
Ken mendongak. Iris cokelatnya menatap iris hitam pekat yang ada pada brankar di seberangnya. Apa Arsen bergurau barusan?
Di bawah tatapan bingung Ken, Arsen turun dari brankar UKS. Ia melangkah mendekat ke tempat Ken berada. Begitu tiba di samping brankar yang ditempati oleh Ken, jas yang sebelumnya berada di pundak cowok itu berpindah ke pundak Ken. Arsen menambah lapisan kain untuk melindungi Ken yang tubuhnya mulai menggigil.
"Gue tau lo nggak bego. Jadi coba artiin segala sikap gue yang menurut lo ngeselin itu dalam sudut pandang yang beda. Lo bakal tau alasan kenapa lo bisa bikin gue gila akhir-akhir ini," kata Arsen seraya mengulas senyum yang sangat tipis. Mungkin jika tidak memperhatikan, senyum itu tidak akan terlihat sama sekali.
"Lo istirahat aja. Jangan sampai sakit cuma karena kecebur kolam," ujar Arsen diakhiri tawa kecil. Tangannya mengacak-acak rambut Ken.
"Gue pergi dulu. Sepuluh menit lagi gue balik. Nggak usah kangen, kalo mau kangen juga nggak pa-pa, sih. Dah!" kata Arsen sebelum melangkahkan kakinya keluar dari UKS.
Ken menatap kepergian Arsen. Hingga punggung tegap itu lenyap di balik pintu UKS, Ken bersusah payah menelan salivanya. Bulu kuduknya meremang, gadis itu merinding.
Makhluk apa yang barusan merasuki jiwa Arsen?
REGALO
Hellaw swag people! I'm back finally.
Gimana sama chapter ini? Semoga suka ya ;)
BTW, LONG TIME NO SEE YA? HUHU MAAF BANGET AKU BARU UPDATE SEKARANG T_T 2 BULAN TERAKHIR AKU BENER² LAGI MEMFOKUSKAN DIRI BUAT NYIAPIN KELULUSAN. TAU SENDIRI ANGKATAN TAHUN TERAKHIR ITU SELALU PADAT BANGET JADWALNYA KALO UDAH MASUK SEMESTER 2.
AND NOW I'M FREEE!!!
BISMILLAH MULAI SEKARANG AKU BAKAL BERUSAHA UNTUK BISA UPDATE ASAP SEKALIAN NUNGGU PENGUMUMAN KELULUSAN. DOAIN YA GUYS SEMOGA AKU BISA LULUS DENGAN NILAI YANG MEMUASKAN SEKALIGUS BISA DITERIMA DI SEKOLAH LANJUTAN PILIHAN AKU.
Tinggalkan jejak sebagai bukti bahwa kalian telah membaca bagian ini dengan pemberian vote dan komen, biar nggak jadi sider aja.
NGASIH FEEDBACK ITU GK DOSA KOK :D
Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan.
Read REGALO until the end.
Thanks and see you 💙
Best regards,
Styakna
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top