18 : NIGHT CHANGES
Night Changes - One Direction
1:27 ━━━○─────── 4:00
⇄ ◁◁ II ▷▷ ↻
|
Just how fast the night changes.
|
REGALO BAGIAN 18 : NIGHT CHANGES
Jam pembelajaran telah berganti. Jam kosong pun melanda di jadwal kelas Seni yang merupakan mata pelajaran setelah Matematika. Para guru sedang rapat. Keberuntungan sekali bagi Ken yang otaknya sedang dipenuhi oleh berbagai pikiran.
Lapangan indoor, satu set peralatan keamanan, dan sebuah busur di tangan. Pelarian yang sempurna bagi Ken di jamkosnya.
"Ken, gue ke toilet bentaran, ya? Kebelet," pamit Nana.
Ken mengangguk.
Saat ini dirinya berada di lapangan indoor tempat di mana biasanya kelas panahan berlangsung. Lapangan ini sepi karena sekarang pelajaran masih berlangsung. Ken mengajak Nana ke sini karena ia benar-benar suntuk di kelas.
Ken mengangkat busurnya. Sebuah anak panah siap ia lesatkan kapan pun ia mau. Sebelah matanya terpejam. Dengan keterbatasan penglihatan dalam jarak jauh, Ken berusaha fokus agar anak panahnya mampu menancap tepat di titik tengah.
Splash
Ken mempertahankan posisi tubuhnya saat ini. Papan skor kemudian berubah dan berganti menjadi angka 10. Ken tersenyum. Anak panahnya melesat sesuai sasaran.
"Good girl."
Ken menurunkan busurnya.
"Good afternoon, Mrs. Ganesha."
Ken menoleh. "I have no business with you, Mr. Bryant."
Arsen terkekeh. "Aku hanya ingin menyapamu. Apakah itu dilarang, Nyonya Muda Ganesha?"
Ken berlalu dari hadapan Arsen. Pikirannya sedang tidak stabil saat ini. Ia tidak ingin terpancing lebih jauh karena Arsen.
"Kemarin sore, sebuah artikel diterbitin dan sukses ngebuat gempar jagat media sosial. Putra kedua dari Keluarga Ganesha kini sedang mengencani seorang gadis, gitu judulnya."
Ken tetap fokus pada tujuannya untuk pergi dari hadapan Arsen. Meskipun telinganya benar-benar terganggu dengan ucapan tersebut.
"Dengan beredarnya foto-foto yang nunjukkin wajah lo dengan jelas, apa lo nggak takut kalo orang-orang mulai penasaran sama identitas lo?"
Ken mempercepat langkahnya.
"Cewek yang bahkan nggak bisa dicari identitasnya di situs mana pun, bisa masuk klub panahan kelompok A tanpa latar belakang yang jelas, dan sekarang lo pacaran sama Adam. Anak dari keluarga kaya raya yang punya reputasi besar di Indonesia bahkan Asia."
Ken berusaha menulikan pendengarannya. Ia tidak mau dengar lebih jauh.
"Siapa lo sebenernya, Kenya Agatha?"
"ARSEN!"
Langkah Ken berhenti. Suara menggelegar yang familiar di telinganya itu membuatnya mampu mengembuskan napas lega.
Itu Darga dan Nana.
Arsen menatap Darga.
"Lo keknya nggak bisa, ye, buat nggak ganggu hidup Ken sehari aja?" ujar Darga sambil mendekat ke arah Ken.
"Lo siapa?"
"Buseeeeett! Heh, senyawa kimia, gue temen kelas lo. Kenalin, Darga nama gue. Gini, nih, ciri-ciri orang yang kecilnya dijejelin chitos mulu makanya gedenya jadi ansos!"
"Hubungannya sama senyawa kimia apaan, Ga?" bisik Nana tak paham.
"Ye ... namanya lah, apa lagi? Arsenico. Kan, ada senyawa kimia yang namanya arsenik."
"Ooooh."
"Ah-oh ah-oh. Main tiktok mulu, ya, gini."
"Dih, sombong!"
Setelah itu, Darga dan Nana mengajak Ken untuk keluar. Menyisakan Arsen sendirian di lapangan indoor.
***
Di kelas XI IPA 2, Ken dan Nana sedang berkutat dengan buku-buku mereka. Para guru lagi-lagi sedang rapat. Semua murid ditinggali tugas oleh guru mata pelajaran yang sedang berlangsung.
Tugas mengarang.
Ting!
Sebuah notifikasi pop up tertera di layar ponsel Ken. Ada satu pesan masuk dari Adam.
Mr. Ganesha
Ken
Tak lama kemudian ada pesan masuk lagi.
Mr. Ganesha
Eh kok lo online?
Ken terkekeh membaca pesan tersebut.
Kenya Agatha
Jamkos, ada rapat dadakan.
Adam tak masuk hari ini. Cowok itu memiliki jadwal dadakan dengan papanya. Urusan perusahaan katanya.
Mr. Ganesha
Kalo gue ngechat ganggu gk?
Kenya Agatha
Nggak kok, tapi gue sambil nugas ya?
Mr. Ganesha
Tugas lo diselesein dulu
Nanti gampang chattan lagi, oke?
Fighting!
"Emang, ya, orang kalo udah punya pacar pasti bakal jadi gila dadakan," ujar Nana dengan nada mencibir.
Ken mendongak. "Makanya cari cowok!"
Nana menatap Ken dengan tatapan tak percaya. "Mana Kenya yang dulu anti banget sama yang namanya pacaran?"
Ken tersenyum kecil. "Udah-udah, ayo lanjut lagi nugasnya."
"HEI!"
"Eh, kaget!" latah Ken dan Nana serempak.
Darga tertawa. "Latahan amat, sih, lo berdua!" cibir cowok itu lalu mengambil kursinya dan bergabung dengan dua sahabatnya itu.
"Gue ikutan nugas, dong. Nyontek maksudnya," ucap Darga dengan tampang watados.
"Nggak-nggak nggak ada! Enak aja lo terima jadi doang!" tolak Nana mentah-mentah.
"Lo, kan, anak cantik. Jangan pelit, dong!" Darga memohon.
"Dih, muji gue cantik kalo ada butuhnya doang. Nggak butuh gue!" Nana membuang wajahnya, berakting seolah gadis itu merupakan seorang tokoh utama dalam drama yang mengetahui bahwa sahabatnya hanya memanfaatkannya.
Ken terkekeh. "Gini aja, deh. Lo bagian yang seaching jawaban di internet mau nggak, Ga? Nanti gue sama Nana nulis jawabannya. Terus lo tinggal nyalin kalo udah selesai. Jadi lo ada konstribusi daripada cuma terima jadi doang."
Darga mengangguk setuju. "Pendapat diterima. Oke, gue mau."
Setelah itu mereka bertiga pun mulai mengerjakan tugas mereka. Ken bertugas mencari jawaban dari buku paket, Nana mencari jawaban dari buku referensi yang didapat dari perpustakaan, dan Darga mencari jawaban dari internet.
Tiba-tiba pengeras suara yang ada di setiap kelas aktif. Semua murid langsung hening. Biasanya jika seperti itu akan ada pengumuman yang disampaikan.
"Selamat pagi semuanya! Ini Galen dari tim broadcast SMA Saga. Sebulan lagi perayaan satu dekade SMA Saga dan yayasan Saga didirikan akan berlangsung. Akan ada banyak kegiatan yang menanti. Dengan bantuan anak OSIS, masing-masing kelas nanti akan didatangi oleh anggota kami untuk menjelaskan serangkaian acara yang akan digelar. Ada juga perlombaan antarkelas yang pastinya nggak kalah seru. So, stay tune dan persiapkan diri kalian dengan baik, Sagakiawan!"
Semua murid berseru senang. Hari jadi SMA Saga yang bersamaan dengan hari jadi yayasan Saga merupakan salah satu event tahunan yang paling ditunggu oleh anak-anak Saga. Nantinya akan ada banyak kegiatan, festival, dan perlombaan yang digelar. Biasanya perayaan akan berlangsung selama seminggu penuh. Sekolah nantinya akan berubah menjadi seperti galeri seni terbuka karena setiap sudutnya akan dihias.
Semuanya tak sabar menunggu hari itu tiba.
***
Malam yang sunyi.
Ken hanya berdua dengan Raja. Abang yang lain masih bekerja. Raja sendiri baru tiba di rumah sekitar setengah jam yang lalu. Sepertinya para abangnya sedang lembur semua. Pasalnya sekarang sudah pukul sembilan, mereka biasanya pulang paling lambat jam tujuh.
Tok Tok Tok
Ken mengetuk pintu kamar Raja. Tangannya membawa nampan berisi secangkir teh hangat.
Ceklek
"Eh, ternyata lo." Raja tersenyum. Ia mempersilakan adiknya masuk.
"Ini gue bawain teh anget, Bang," ujar Ken seraya meletakkan teh buatannya di atas nakas.
"Aw adek gue pengertian," kata Raja sambil terkekeh. "Oh, iya. Lo main sini aja. Daripada di kamar lo nolep. Rumah bakal sepi sampe jam sebelas nanti."
"Jam sebelas?" tanya Ken tak mengerti.
"Yang lain bakal sampe rumah jam segitu menurut perkiraan. Bisa lebih cepet, bisa lebih lama."
"Kerjaan mereka lagi banyak-banyaknya, kah?"
"Mereka bukan ngurus kerjaan."
"Loh?" Ken semakin tidak mengerti.
"Mereka sama keluarganya Darga, Nana, sama Nia. Lo ngerti, kan?"
Ken meneguk salivanya. Gadis itu pun mengangguk pelan.
"Jangan khawatir. Everything is gonna be alright. Lain kali lebih ati-ati lagi," ucap Raja. "Udah sana balikin dulu nampannya. Terus ambil HP lo atau apa pun terus bawa ke sini. Perlu gue temenin nggak, nih?"
Ken menggeleng. Ia pun beranjak berdiri dan meninggalkan kamar Raja.
***
Hari pun berganti.
Ini sudah hampir satu bulan, Ken rasa, sejak diterbitkannya artikel itu. Semua orang sudah tahu tentang hubungannya dengan Adam. Para abangnya pun perlahan mulai mengerti dengan keputusan Ken, walaupun sepertinya Kel dan Harris masih belum memberi restu terhadap hubungannya. Kehidupannya pun mulai berubah. Ke mana pun ia pergi, ia akan selalu jadi pusat perhatian. Cibiran, cibiran, dan cibiran. Di mana-mana yang ia dapat hanyalah cibiran.
Pernah pada suatu hari ia menangkap basah segerombol adik kelas tengah membicarakannya. Mereka mengatakan bahwa ia tak cocok menjadi kekasih Adam. Mereka juga menjelek-jelekkannya. Kebetulan sekali dirinya saat itu sedang datang bulan. Makin menjadi-jadilah amarahnya.
Untung saja ia bersama dengan Kayla dan Syafa waktu itu. Mereka berhasil menahan Ken yang hampir saja kelepasan untuk melampiaskan amarahnya.
"Sabar, Ken, sabar. Inget, Tuan Putri mainnya bukan labrak-labrakkan."
Ken pun hanya bisa menghela napas panjang.
Sebuah ruangan tua yang terawat. Pencahayaan ada di mana-mana. Juga dengan rak-rak yang tersusun rapi serta meja dan kursi. Aroma dari kertas-kertas usang maupun baru sangat kuat. Tempat di mana jajaran manusia bertitel 'kutu buku' menghabiskan waktu mereka.
Pukul sepuluh pagi di perpustakaan, di sanalah Ken berada sekarang. Ia sedang bersama GEMAZ. Jamkos dadakan. Para guru sedang mengadakan rapat, entah apa yang mereka bahas sebenarnya.
"Eh, kalian pasti belum denger kabar kalo Karin sama Aimi masuk agensi model, kan?" Naida membuka percakapan, lebih tepatnya membuka topik pergosipan.
"Gue udah tau," jawab Fidel, Nia, dan Syafa serempak.
"Ya iyalah orang lo bertiga temen sekelasnya," cibir Naida.
"Itu berita dari kapan, Da?" tanya Nana penasaran.
"Nggak tau gue. Gue pribadi, sih, baru denger baru-baru ini," jawab Naida.
"Katanya agensinya itu agensi model papan atas, kan?" sahut Ghea.
"Serius?" tanya Kayla.
"Gue juga lagi tanya, Kay."
"Eh, bentar-bentar, deh. Gue kayaknya dapet spill dari grup modelling. Bentar," ucap Caca. Ia lalu merogoh ponselnya di saku roknya.
"Bentar-bentar, dapet spill darimana tadi?" tanya Syafa memastikan.
"Modelling," jawab Caca tanpa menoleh. Sedetik kemudian ia mengangkat kepalanya dan menatap satu persatu wajah sahabatnya dengan tajam. "Apa lo semua, hah? Mau ngejek gue karena masuk modelling?"
"Apa, sih, lo buruk sangka mulu adanya. Padahal niatan gue mau tanya lo beneran pindah ekskul atau nggak," ujar Ara.
Caca nyengir. "Yamangap. Lagian lo pada hobi banget nistain gue. Siapa juga yang nggak bakal nethink?"
"Lo fix pindah ekskul, Ca?" tanya Fidel.
"Iyap. Pengen ganti suasana biar masa kelas sebelas gue lebih berwarna," jawab Caca.
"Idih, bahasanya berwarna. Kebanyakan baca diksi di Wattpad, ya, gini," cibir Nia.
"Punten, Neng, kacanya," ujar Syafa, tersirat sindiran halus di dalamnya. Nia pun tertawa karena tersindir.
"Eh, Ken," panggil Ara.
Gadis dengan kuciran ekor kuda itu yang semula sedang asyik tenggelam dalam cerita fiksi pun mendongak.
"Gue mau bilang makasih karena udah mau buka jastip buat beliin album Jepang NCT Dream. Lumayan irit ongkir," ujar Ara sambil nyengir.
"Ken ngasih titipan lo udah dari jaman baheula, elah! Baru makasih sekarang," sahut Kayla. Justru dia yang sewot.
"Dulu gue udah pernah bilang makasih, tapi dalam keadaan setengah sadar saking senengnya albumnya akhirnya dateng."
Ken menggidikkan bahu. Ia hendak melanjutkan aktivitasnya, namun terhenti karena Ghea mengajaknya mengobrol.
"Besok-besok kalo lo balik ke Korea buka jastip lagi, ya, Ken?" pintanya komplit dengan puppy eyes.
"Nah iya gue setuju. Gue masih ada banyak wish list dari SMTOWN Store yang belum kesampean punya," timpal Ara. Caca dan Kayla mengangguk-angguk.
"Lo semua, kan, tajir, nih. Kenapa nggak terbang ke Korea langsung aja terus beli sendiri?" ucap Ken.
"Ya kalo ada yang gratis kenapa nggak?" kata mereka serempak.
Ken pun mengiakan saja.
"Ken."
Ken menoleh dan mendapati Adam.
"Pulang sekolah nanti ada acara?" tanya Adam.
"Kalo sekarang belum ada, nggak tau nanti."
"Ke kafe biasa mau nggak? Ada menu pancake baru loh."
Ken tampak berpikir. "Kayaknya nggak dulu, deh, Dam."
"Kenapa?"
"Nggak apa-apa. Gue cuma pengen langsung istirahat di rumah pas pulang sekolah nanti."
"Oke, deh. Gue duluan, ya?" pamit Adam. "Semuanya, gue duluan!" lanjutnya berpamitan pada GEMAZ.
GEMAZ secara serempak melambaikan tangan pada Adam.
"Heh, Ken, lo kenapa nolak, sih? Kan, lumayan pelajaran masih senggang. Materi juga belum banyak banget di awal semester gini. Lo pastinya bakal dibayarin lagi," ujar Naida.
"Gue lagi nggak pengen main-main, Da," jawab Ken sambil membolak-balikkan lembaran novelnya.
Nia terkekeh. "Can related banget gue sama lo, Ken. Anak rumahan, mah, gimana pun paling nyaman tetep di rumah."
Mereka semua pun tertawa.
***
Ken tengah berbaring di atas kasurnya. Saat ini waktu menunjukkan pukul lima sore. Tidak ada kegiatan lain yang bisa Ken lakukan selain rebahan. Semua tugas-tugas yang harus dikumpulkan minggu ini sudah ia kerjakan semua. Belajar? Sore hari bukanlah waktu yang tepat untuk belajar bagi Ken. Gadis itu lebih suka belajar di pagi hari sebelum Matahari terbit. Lebih mudah untuk masuk ke otak katanya.
Ken mengambil secarik kertas yang ada di atas perutnya. Dengan tangan kiri yang dijadikan sebagai bantal, gadis itu membaca satu persatu kalimat yang ada di secarik kertas tersebut.
Angket Study Tour SMA Satria Garuda
Begitulah. Lima belas menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi nyaring, wali kelas Ken membagikan angket tersebut. Isinya berupa pilihan destinasi wisata yang akan dikunjungi untuk kegiatan study tour SMA Saga tahun ini. Ada tiga pilihan. Wisata lokal, wisata di luar Pulau Jawa, dan wisata luar negeri.
Setelah sibuk memikirkan sisi positif dan negatifnya, Ken akhirnya memilih pilihan wisata di luar Pulau Jawa. Lagi, ada tiga pilihannya. Pulau Bali dengan kulturnya yang selalu menjadi andalan, Pulau Nusa Tenggara dengan keindahan pantainya yang selalu menjadi andalan, dan Pulau Sulawesi dengan wisata taman bawah laut yang selalu menjadi andalan.
"Milih yang deket aja, deh. Yang penting bareng sama temen-temen," gumam Ken sebelum akhirnya ia memilih opsi Pulau Bali.
Gerakan tangan Ken spontan berhenti ketika telinganya mendengar gerbang rumahnya dibuka. Disusul dengan suara mobil yang memasuki pekarangan kemudian. Bukankah semua abangnya sudah pulang bekerja? Lalu itu mobil siapa? Ken pun beranjak dan segera turun ke lantai satu.
"Siapa?" tanya Harris yang juga baru keluar dari kamarnya.
"Gue juga nggak tau, Bang," jawab Ken.
Ken dan Harris telah tiba di lantai satu lebih dulu. Disusul Kel, Raja, Careez, dan Jihan. Ken meraih gagang pintu. Begitu pintu terbuka, alangkah terkejutnya keenam bersaudara itu melihat siapa yang datang.
"JEN? JAE?"
***
Suasana malam yang hangat.
Keenam bersaudara itu mendapat kejutan dengan kedatangan Duo J yang sangat tiba-tiba sekali. Tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba mereka sudah ada di pekarangan rumah dan tersenyum cerah.
"Kenapa kalian tidak mengabari jika akan ke Indonesia?" tanya Ken. Gadis itu kini sudah lengket dengan Jen. Seperti siklusnya, sedekat apa pun Ken dengan Kel, jika sudah ada Jen maka Kel akan terlupakan.
"Jika kami memberitahu namanya bukan kejutan, dong?" Jen mengacak-acak puncak kepala Ken.
"Oh, iya. Kenapa kalian tiba-tiba sekali datang ke Indonesia? Apakah karena urusan pekerjaan?" tanya Kel.
Jae menggeleng. "Kami ke sini untuk menemani kalian. Kami akan menetap di Indonesia."
"HAH?!"
Jen dan Jae tampak kebingungan karena reaksi saudara-saudaranya. Mereka ini terkejut karena apa? Bukankah seharusnya mereka senang karena bisa bertemu setiap hari?
"Eh, anu ... maksud kami, ke-kenapa mendadak sekali?" Kel mencoba mengendalikan situasi.
Jen tertawa kecil. "Kalian ini kenapa? Di mana-mana yang namanya kejutan, ya, pasti seperti itu."
Ken saling tatap dengan kelima saudaranya. Gadis itu bersusah payah meneguk salivanya. Ada banyak sekali kejutan yang ia terima akhir-akhir ini. Entah bagaimana hidup mereka setelah malam ini berlalu.
REGALO
Hellaw swag people!
Mulai detik ini juga, hari indah kalian akan ditemani oleh Ken yang ambis, Adam yang easy going, dan Arsen yang bodo amatan. Selamat berpetualang di semesta mereka!
Tinggalkan jejak sebagai bukti bahwa kalian telah membaca bagian ini dengan pemberian vote dan komen, biar nggak jadi sider aja.
NGASIH FEEDBACK ITU GK DOSA KOK :D
Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan.
Read REGALO until the end.
Thanks and see you 💙
Best regards,
Styakna
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top