17 : SELAMAT DATANG KELAS SEBELAS!

Quite Down - NCT Dream

1:27 ━━━○─────── 3:08

⇄ ◁◁ II ▷▷ ↻

|

Just quite down, you say too much.

|

REGALO BAGIAN 17 : SELAMAT DATANG KELAS SEBELAS!

Tahun ajaran baru telah tiba. Ken sudah berada di sekolah. Seperti biasa, ia selalu berangkat bersama Nana dan Darga menggunakan mobil keluarga Darga. Keduanya kini berada di samping Ken.

Begitu tiba di koridor utama, semua mata langsung tertuju pada Ken. Gadis itu langsung menjadi pusat perhatian. Ada banyak jenis tatapan yang terlontar padanya. Ken pun hanya bisa menghela napas.

"Istirahat nanti, di gazebo, lo harus jelasin semuanya ke GEMAZ. Dari awal sampe akhir. Oke?" ucap Nana.

Ken mengangguk pasrah.

Nana tersenyum. Ia merangkul sahabatnya itu dengan erat.

Ketiganga tiba di koridor kelas sepuluh. Koridor tersebut ramai. Mereka yang merupakan murid baru pun tersenyum pada ketiganya sebagai bentuk sopan santun kepada yang lebih senior. Ken, Nana, dan Darga membalas senyuman mereka. Ketiganya pun berlalu.

"Jadi dia yang namanya Kak Kenya?"

"Dia yang lagi digosipin pacaran sama Kak Adam, kan? Tetangga lo yang jadi crush lo dari SMP itu?"

"Iya."

"Cantik, loh, orangnya."

"Cantik dari mana? B aja gitu lo bilang cantik. Masih mending gue lah, ya."

Langkah Nana terhenti. Ken dan Darga pun otomatis mengikutinya.

"Na," panggil Ken.

"Gue bakal urus mereka. Ga, anter Ken ke kelas. Temenin dia," ujar Nana.

Darga mengangguk. "Ayo, Ken!"

Ken hendak menolak, tapi Darga lebih dulu menarik tangannya dan mengajaknya untuk ke kelas. Meninggalkan Nana dengan kerumunan anak baru itu.

Nana berbalik dan mengaktifkan bara api dalam tatapannya. "Oke, Adik-adik sekalian. Ayo ngeteh dulu sama Kakak."

***

Pembagian hasil ulangan harian Matematika.

Ken menghela napas. Ia mendapat angka 9,0. Gadis itu tersenyum kecil karena setidaknya nilainya tidak berada di bawah rata-rata. Mengingat Matematika bukanlah mata pelajaran favoritnya, Ken sangat bersyukur akan hal ini.

Jihan memperhatikan Ken dari sudut belakang kelas alias tempat duduknya. Ia menyadari bahwa Ken tidak fokus sejak tadi. Raganya memang di kelas, tapi Jihan yakin 100% pikirannya tidak berada di tempat yang sama.

Jihan melihat lembaran kertas hasil ulangannya. Tertera angka 10 di sana. Otaknya lalu berpikir keras.

"Bu!" Jihan mengacungkan jari.

Bu Gita, seorang guru muda yang menjadi guru Matematika kelas sebelas, mengangguk dan menanyakan alasan mengapa Jihan mengacungkan jarinya.

"Kemarin saat ulangan saya menyontek Ken, Bu. Itu alasan mengapa saya mendapat nilai 10."

Ken terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Apa maksud Jihan? Kemarin bahkan mereka tidak pernah untuk sekedar saling bertatapan saat ulangan.

Careez yang duduk di sudut kiri belakang, berseberangan dengan tempat duduk Jihan yang berada di sudut kanan, menatap kedua adiknya itu secara bergantian.

"Apa benar begitu, Kenya?" tanya Bu Gita.

Ken gelagapan. "Ti-tidak, Bu. Kemarin saat ulangan saya tidak memyontekkan apa pun pada Jihan."

"Jujur aja, sih, Ken. Lo amnesia? Jelas-jelas gue tanya sama lo dan lo ngasih jawabannya ke gue," sahut Jihan.

Ken menatap Jihan tak percaya. Seolah-olah tatapannya berkata: Han, lo gila?

Bu Gita menatap Jihan dan Ken secara bergantian. Sepertinya ada yang salah. Beliau tahu betul kalau keduanya merupakan murid yang pintar di kelas ini. Walaupun jika dalam Matematika masih unggul Jihan.

"Jihan, Kenya, keluar dari kelas saya hingga pergantian jam pembelajaran!" ucap Bu Gita dengan lugas.

Ken semakin syok. Ayolah, mendapat angka 9 di Matematika saja ia harus berusaha mati-matian. Dan sekarang? Ia harus merelakan nilainya begitu saja karena ulah Jihan? Yang benar saja!

Jihan beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas. Namun saat melewati bangku Ken, cowok itu melemparkan secarik kertas ke atas meja adiknya itu. Ken tertegun.

Gue tunggu di rooftop. Gece!

Ken menghela napasnya. Gadis itu lalu beranjak berdiri dan meminta maaf terlebih dahulu pada Bu Gita. Setelah itu ia pun menyusul Jihan.

***

Rooftop SMA Satria Garuda.

Jujur, ini adalah kali pertama Ken menginjakkan kaki di sebuah rooftop. Di sekolah sebelumnya pun sama. Gadis itu langsung terpana dengan pemandangan keindahan kota dari ketinggian di hadapannya.

Ken melangkah mendekati dinding beton yang menjadi pembatas. Sayup-sayup kebisingan di jalanan terdengar. Angin berembus kencang di atas sini. Anak rambutnya terbang ke mana-mana. Tetapi ia tak berniat untuk merapikannya. Gadis itu lalu memejamkan matanya.

Suasana ini ... Ken sangat menyukainya.

"Dek?"

Ken langsung berbalik dan mendapati Jihan yang berjalan mendekat. Tangan cowok itu membawa dua buah benda yang entah apa isinya. Mata Ken itu minus, jadi ia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang dibawa Jihan.

"Nih, buat lo." Jihan menyodorkan benda yang ia bawa. Rupanya itu adalah sebuah cup berisi kopi yang Jihan dapat dari kantin. Ken mendapat yang rasa vanila latte, sedangkan Jihan mendapat rasa mocachinno.

"Duduk sini, Dek," titah Jihan sambil menarik sebuah kursi usang. Ken pun menurut. Gadis itu duduk di kursi usang tersebut, sedangkan Jihan memilih untuk berdiri dan bersandar di dinding pembatas.

"Lo sengaja ngajak gue buat bolos?" tanya Ken to the point.

"Iya."

"Lo tau, kan, konsekuensinya kalo lo ngomong kayak tadi ke Bu Gita?"

"Tau. Nilai kita bakal dikurangin dan kita bakal dapet point."

"Kalo tau kenapa lo sengaja ngelakuin itu?"

Jihan terkekeh. "Gue tau pikiran lo lagi ke mana-mana. Diem terus di kelas nggak bakal ngebuat lo nangkep pelajaran yang dikasih. Mending juga lo refreshing di sini, udah silir abis itu bisa sekalian ngopi."

"Sesat."

Jihan menghela napas. "Sorry karena gue nggak bisa jaga rahasia lo ke para abang."

"Nggak masalah. Semuanya udah kejadian. Ini bukan salah lo."

"Tetep aja, Dek. Waktu berita itu nyebar dan para abang baca artikelnya, mereka semua langsung curiga sama gue. Yeah ... you know, kan? Dari waktu masih di Korea sendiri udah dicurigain lagi nyembunyiin sesuatu. Dan akhirnya terpaksa gue jelasin ke mereka."

Ken mengangguk memaklumi. Tidak ada yang perlu disesali. Nasi sudah menjadi bubur. Hubungannya dengan Adam kini sedang menjadi konsumsi publik.

Tapi di sisi lain, ia gemas melihat wajah Jihan sekarang. Raut wajah Jihan yang menunjukkan rasa tak enak padanya malah terkesan seperti anak kecil yang takut dimarahi oleh orangtuanya.

"Gue mau ngatain lo bocil, tapi kenyataannya lo lebih tua dari gue. Tapi sifat lo aja bener-bener kayak bayi baru lahir kemarin. Polos banget. Gue, kan, jadi gemes."

Jihan langsung melotot, walaupun itu tak bisa membuat mata sipitnya menjadi bulat. Ia tidak suka jika dipanggil bocil atau dianggap seperti bayi oleh Ken dan para abangnya. Padahal di antara mereka, Jihanlah yang paling tinggi. Tetapi mengapa mereka selalu ngebayiin Jihan?

"Han! Ken!"

Jihan dan Ken menoleh. Careez menghampiri mereka.

"Eh, Careez?" Baik Jihan dan Ken sama-sama terkejut.

"Lo bolos apa jamkos?" tanya Jihan.

"Bolos lah! Mana ada jamkos di kamus hidupnya Bu Gita? Lagian lo berdua masih piyik-piyik udah berani bolos aja."

"Gue bukan piyik!" semprot Jihan dan Ken serempak.

Careez tertawa. "Bukan piyik tapi kalo dikatain piyik langsung ngambek. Aduh piyik-piyukku ... "

Jihan dan Ken serempak berdecak.

"Aw ngambek."

"Brisik!"

"Ngambek, nih?"

"Diem!"

Careez tertawa lagi. "Bayi banget emang. Ngambek aja pake kompakan."

"Eh, lupa. Mana ada bayi tapi udah punya cowok?"

Ken menatap Careez. "Reez."

"Iya kenapa piyikku?"

"Lo ... " Ken tiba-tiba kehilangan kata-kata.

"Lo kenapa?" tanya Careez mencoba membantu Ken.

"Hubungan gue sama Adam. Lo gimana?" tanya Ken hati-hati. Pasalnya tadi malam, semua abangnya, kecuali Jihan, tiba-tiba berubah. Bukan perubahan yang sangat signifikan sebenarnya, tapi tetap saja mereka berbeda dari diri mereka yang biasanya.

"Gue nggak marah."

"Terus?"

"Nggak ada terusannya. Gue cuma bingung mau ngomong apaan. Bang Kel, Bang Raja, sama Bang Harris diem semua. Ya udah gue ikutan diem juga daripada salah ngomong."

Ken menngembuskan napas panjang. "Bang Kel, Bang Raja, sama Bang Harris pasti marah banget sama gue."

Careez tersenyum. Ia paham dengan kekhawatiran Ken.

"Mereka nggak marah sama lo, Ken. Percaya sama gue. Kita, khususnya Bang Kel, Bang Raja, sama Bang Harris, cuma bingung harus bersikap gimana. Lo tau sendiri, kan, batas yang nggak boleh lo lewatin? Paman Lee udah ngomong gini. Tapi, ya ... gimana? Semuanya udah kejadian."

Ken menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Gadis itu ingin sekali menangis. Tapi itu tidak akan merubah apa pun yang sudah terjadi.

"Maafin gue, Reez, Han. Gue tau gue nggak seharusnya ngelakuin ini. Gue tolol banget, bego! Maafin gue, maafin gue ... hiks ... "

Careez menarik Ken ke dalam pelukannya. Jujur saja, Careez jarang sekali melakukan skinship dengan Ken. Jika gadis itu menangis, biasanya yang akan memeluk dan menenangkannya adalah Kel dan Raja. Careez tidak tahu apakah dekapannya ini ampuh untuk menenangkan Ken, tapi yang pasti, ia sungguh-sungguh menyalurkan perasaannya tulusnya lewat dekapan tersebut.

"Satu hal yang perlu lo inget, orang belajar di mana-mana salah dulu baru bener. Paham, kan, maksud gue?" tanya Careez.

Ken mengangguk kecil.

"Kita nggak ngelarang lo buat punya pacar. Lo berhak punya pilihan sendiri. Pesan gue cuma satu, ati-ati. Jaman sekarang semua yang keliatannya baik itu belum tentu aslinya baik juga."

Careez merenggangkan pelukannya. Cowok itu menangkup kedua pipi Ken. "Sekali ini aja dengerin gue, Ken. Hari ini sampe pulang sekolah nanti, lo cukup duduk anteng aja di meja lo. Hindarin dulu buat ketemu orang di luar anak kelas. Gue, Jihan, Nana, sama Darga bakal nemenin lo. Jangan khawatir."

Ken mengangguk. "Tapi, soal artikel yang udah keluar ... "

Careez mengedipkan sebelah matanya. Ia memberi kode bahwa Ken tak perlu memikirkan hal itu. Ken pun mengangguk lagi.

Mereka bertiga pun berakhir dengan menghabiskan waktu bersama di rooftop selagi menunggu pergantian jam pembelajaran.

Ken tersenyum kecil. Setidaknya walaupun nanti ia akan mendapat point karena Jihan bilang ia memberikan contekan padanya, Ken bisa mengistirahatkan pikirannya sejenak. Ditambah dengan keberadaan Careez dan Jihan di sisinya. Itu sudah lebih dari cukup.

Kem harap semua ini segera berakhir.

REGALO

Hellaw swag people!

Mulai detik ini juga, hari indah kalian akan ditemani oleh Ken yang ambis, Adam yang easy going, dan Arsen yang bodo amatan. Selamat berpetualang di semesta mereka!

Tinggalkan jejak sebagai bukti bahwa kalian telah membaca bagian ini dengan pemberian vote dan komen, biar nggak jadi sider aja.

NGASIH FEEDBACK ITU GK DOSA KOK :D

Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan.

Read REGALO until the end.

Thanks and see you 💙


Best regards,
Styakna

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top