13 : HAPPY HOLIDAY!
Kiss You - One Direction
1:27 ━━━○─────── 3:10
⇄ ◁◁ II ▷▷ ↻
|
"Kalo lagi liburan, ya, liburan. Refreshing. Lupain hal-hal yang bikin lo capek."
|
REGALO BAGIAN 13 : HAPPY HOLIDAY!
Ujian kenaikan kelas akhirnya tiba. Para murid telah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari. Tidak ada yang namanya bermain-main. Persaingan nilai di SMA Saga memang cukup ketat sehingga murid-muridnya berlomba-lomba untuk dapat meraih hasil yang sempurna.
GEMAZ membuat kesepakatan, sebenarnya ini adalah salah satu tradisi rutin yang selalu mereka lakukan ketika sedang menjalani ujian. Selama ujian berlangsung, mereka sepakat untuk tidak meramaikan group chat atau berkumpul ketika istirahat kecuali jika ingin menanyakan materi yang belum dipahami. Dulu sekali saat SMP mereka pernah membuat kesepakatan akan selalu belajar bersama setiap pagi sebelum ujian dimulai. Namun, bukannya belajar, mereka hanya mengobrol membahas ini dan itu. Alhasil, sampai sekarang mereka SMA, mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dulu setiap kali ujian berlangsung.
Para murid pun mengikuti ujian selama seminggu dengan lancar tanpa kendala suatu apapun.
***
Di suatu hari setelah ujian kenaikan kelas selesai digelar.
Pukul lima sore.
Ken dan Nana kini sedang mengobrol dari balkon kamar masing-masing. Mereka mengobrol tentang banyak hal. Setelah mengikuti ujian, tidak ada lagi kegiatan yang perlu mereka lakukan selain menanti hari pembagian rapor yang akan dilaksanakan satu minggu lagi dari sekarang.
"Lo tenang aja, Ken. Bonyok gue yang bakal ngambilin rapor lo sama rapor abang-abang lo," ujar Nana sambil tersenyum.
Senyuman Nana menular ke Ken. "Iya, Na, makasih banget. Gue dan abang-abang gue hutang budi banget sama keluarga lo dan Darga."
"Hellaw, Kenya, lo ini kayak sama siapa aja. Santuy, ih! Bonyok gue juga udah nganggap lo dan abang-abang lo kayak anak sendiri," ucap Nana.
"Gue cuma nggak enak aja. Kita udah ngerepotin keluarga lo semenjak ... ya, lo tau sendiri," kata Ken.
Nana menggeleng. "Kalian nggak ngerepotin sama sekali. Udah lah bahas yang lain! Intinya lo sama abang-abang lo itu juga bagian dari keluarga gue juga. Ngerti?"
Ken mengangguk.
"Eh, iya. Bentar lagi, kan, bakal libur panjang. Lo pulang kampung, dong, berarti?" tanya Nana.
"Iya, gue bakal pulang kampung. Kenapa?" balas Ken balik bertanya.
"Lo berangkat kapan? Biar nanti gue sama anak-anak GEMAZ sama Darga juga bisa nganterin lo ke bandara," ucap Nana.
"Gue belum tau soal itu. Abang-abang gue juga belum tau mau pulang kampung kapan. Kata Bang Raja, sih, kalo bisa secepetnya biar di sana bisa liburan lama. Tapi Careez sama Jihan lagi sibuk-sibuknya di tempat kerja mereka. Cuma Bang Kel, Bang Raja, sama Bang Harris yang udah dapet cuti," jelas Ken.
"Oke, deh, kalo gitu. Calling-calling pokoknya, ya, kalo udah fix kapan berangkatnya!"
Ken mengangguk.
***
Di hari yang berbeda tepat pada pukul delapan malam.
Ken memasuki rumahnya setelah dari warung membeli kebutuhan dapur yang habis. Gadis itu menghelas napasnya. Ia berjalan menuju dapur.
"Eh, Ken, Ken!"
Ken menoleh saat sebuah suara memanggilnya dari arah ruang tengah. Rupanya Raja yang memanggilnya. Para abangnya sedang berkumpul di sana. Ken pun menghampiri mereka.
"Apaan, Bang?" tanya Ken sambil memperhatikan Harris dan Careez yang sedang bermain PS. Kel duduk di atas sofa sambil memperhatikan permainan PS adik-adiknya, sedangkan Jihan sedang memakan sereal buatannya di samping Careez.
"Tumbenan, Han, lo nggak ikut main PS? Biasanya juga gece kalo soal game," tanya Ken.
"Lagi males main gue, Dek," jawab Jihan.
Raja mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia lalu menyalakannya dan mengutak-atik ponselnya selama beberapa saat. Setelah itu ia menyerahkan ponselnya pada Ken.
"Itu apa coba?" tanya Raja.
"Ini HP lo, kan?" jawab Ken dengan lugunya.
Raja berdecak. "Sih, iya ini HP gue! Yang bilang HP Harris juga siapa?"
Kel menyikut Raja. "Udah malem nggak usah main gas-gasan. Disamperin tetangga mampus lo!"
Raja kembali berdecak. "Lo coba liat, deh, apa yang gue tunjukkin."
Ken memperhatikan layar ponsel Raja.
"Ini aplikasi booking tiket buat traveling, kan?" tanya Ken memastikan.
Raja mengangguk.
"Terus gue suruh ngapain?" tanya Ken masih belum mengerti.
Raja menggeram gemas melihat wajah Ken saat ini. "Itu dibaca dulu, dong, tulisannya apa!"
"Apanya yang mesti gue baca, Raja Baraswaja? Layar HP lo aja lagi nunjukkin beranda aplikasinya!" ujar Ken jadi ngegas sendiri.
"Eh?" Raja merampas ponselnya dari tangan Ken. Setelah itu ia tersenyum kikuk pada adiknya. Saking semangatnya ingin memberitahu Ken sampai-sampai ia melupakan satu step terakhir agar layar ponselnya menampilkan apa yang ingin ia tunjukkan.
"Ini maksud gue," ujar Raja sambil menyerahkan ponselnya kembali.
Ken mencibir Raja karena kebodohannya tadi. Gadis itu lalu mengamati apa yang layar ponsel Raja tunjukkan.
"Ini tiket pesawat?" tanya Ken setengah tak percaya. Ia menatap Raja dan Kel secara bergantian.
Raja mengangguk. "Gue udah mesen tiket buat kita berenam pulang kampung. Lusa kita berangkat."
Ken berseru senang. Ia segera memeluk Raja dengan girang hingga akhirnya mereka berdua hilang keseimbangan. Alhasil pun keduanya terguling di lantai dan ditertawakan oleh Kel dan Jihan yang menyaksikan kejadian tersebut.
"Minggir lo, ah!" protes Raja kesal. Pasalnya kepalanya tadi sempat terantuk ujung sofa.
Ken melepaskan pelukannya dari Raja dan segera bangkit. Kini ia menempatkan diri di samping Kel dan meletakkan kepalanya di atas paha cowok itu. Gadis itu menjadikan paha Kel sebagai bantalan. Ken menatap layar ponsel Raja sekali lagi.
Maskapai
Kodok Indonesia
Nomor Penerbangan : 022325
Keberangkatan : Soekarno-Hatta International Airport, Jakarta, Indonesia
Tujuan : Incheon International Airport, Incheon, South Korea
***
Hari yang ditunggu pun tiba.
Ken dan kelima abangnya telah selesai bersiap. Mereka sedang menunggu kedatangan Darga dan GEMAZ yang akan mengantar mereka ke bandara. Selagi menunggu, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Drrt ... Drrt ... Drrt ...
Ponsel Ken bergetar. Ken meraihnya dan mendapati sebuah panggilan masuk dari kontak yang ia beri nama 'Mr. Ganesha'. Gadis itu tersenyum. Ken segera menggeser layar untuk menekan ikon berwarna hijau.
"Halo?"
"Halo, Ken?"
"Iya kenapa, Dam?"
"Lo udah berangkat ke bandara?"
"Belum. Gue masih di rumah, lagi nunggu GEMAZ sama Darga."
"Loh mereka ikut ke Korea?"
Ken tertawa. "Ya enggak lah! Mereka mau nganter gue ke bandara."
Ken dapat mendengar kekehan panjang di seberang sana.
"By the way, sorry banget gue nggak bisa nganter lo ke bandara. Niatnya hari ini gue mau nganter lo, tapi gue ada jadwal dadakan sama Papa buat ke Padang."
"Santai aja kali. Ati-ati lo di jalan."
"Lo juga ati-ati. Kalo udah sampe langsung kabarin gue. Oke?"
"Siap, Bos!"
"Oke. Telponan nanti lagi aja kalo lo udah nyampe. Gue juga udah dipanggil Papa, nih. See ya, Pretty!"
Ken mengangkat kedua sudut bibirnya tanpa sadar. Pipinya kini memerah karena tersipu. Adam benar-benar, ya!
"See ya too!"
Tut
Panggilan pun berakhir.
Adam dan Ken kini adalah sepasang kekasih. Mereka meresmikan hubungan mereka ketika pesta gala SMA Saga berlangsung, tepatnya ketika sedang berdansa. Usia hubungan mereka kini sudah satu bulan. Belum ada satupun orang yang tahu. Ken berencana akan memberitahu GEMAZ soal hubungannya dengan Adam besok setelah kembali dari kampung halamannya.
Ken jadi senyum-senyum sendiri mengingat kejadian ketika Adam menembaknya. Ken memandangi layar ponselnya yang kini memperlihatkan panggilan terakhir yang ia lakukan, yang tidak lain adalah Adam.
"Lo waras, Dek?"
Ken tersentak kaget. Ia menoleh dan mendapati Jihan yang tengah menuruni tangga sambil menatapnya dengan tatapan aneh.
"Apaan, sih, Han, lo ngagetin aja!" Ken berpura-pura kesal. Padahal ia sedang berusaha menutupi rasa malunya. Gadis itu tersenyum kikuk.
"Dih, yang apaan itu lo!" balas Jihan.
"Iya, iya, gue yang salah. Ngalah aja, deh, sama bocil," ujar Ken.
"Gue bukan bocil!" protes Jihan. Cowok itu menatap Ken dengan kesal.
Ken terkekeh. Bukannya takut, ia malah gemas melihat Jihan kesal seperti itu. Bagaimana tidak? Saat sedang kesal atau saat sedang serius, Jihan memiliki kebiasaan yang tak sengaja terbentuk, yaitu ia akan menggembungkan pipinya.
Ken mendekati Jihan. Gadis itu mencapit pipi Jihan yang menggembung dengan jari-jarinya. "Iya lo bukan bocil, tapi tingkah lo itu yang kayak bocil! Kayak bayi malah."
"Lepasin tangan lo!" titah Jihan.
Ken menggeleng dan menjulurkan lidahnya keluar, bermaksud meledek Jihan.
"BANG KEL, ADEK NGESELIN, NIH!"
Ken tertawa. "Tuh, kan, bocil beneran. Ihhh gemes banget gue sama loooo!"
Jihan berhasil melepaskan diri dari Ken. Cowok itu segera berlari menjauhi Ken yang kini mengejarnya. Mereka berlari dari halaman depan ke halaman belakang, lalu naik ke lantai atas, kemudian turun lagi dan selanjutnya terus begitu berputar-putar mengelilingi rumah. Mereka bahkan hampir menabrak Raja yang tengah memasukkan motornya ke dalam garasi.
"WOI KALO MAU LARI-LARI JANGAN DI DALEM RUMAH!" seru Raja kelewat kesal. Untung saja ia sigap menangkap motornya, kalau tidak, ia mungkin sudah tergeletak di lantai dan tertindih motornya sendiri.
***
Ken, Kel, Raja, Harris, Careez, dan Jihan telah tiba di bandara. GEMAZ dan Darga hadir untuk mengantar mereka. Mereka lalu pamit kepada GEMAZ dan Darga.
"Gue berangkat, ya?" ujar Ken setelah melepas pelukan sahabat-sahabatnya.
GEMAZ mengangguk serempak. "Hati-hati di jalan."
"Kabarin kita kalo udah sampai di Korea," kata Nana.
"Pasti," balas Ken.
Ken menoleh kepada Darga. Tak lama setelah itu ia memeluk Darga dengan erat.
"Buset dah! Gue nggak ke mana-mana, elah, Ken. Lo mau berabad-abad pulang kampungnya juga gue masih di Indo," ujar Darga seraya mengusap punggung Ken.
"Tetep aja, Ga. Lo lagi-lagi bakal ngelewatin liburan tanpa cewek semanis gue," sahut Ken.
Darga memutar bola matanya dengan jengah. Cowok itu lalu menatap Kel. "Adek lo, Bang, tolong diurusin."
Kel mengangkat kedua pundaknya dengan acuh. Ia kembali menikmati musik melalui Airpods yang terpasang di telinganya.
Setelah 'acara' pamitan tersebut selesai, Kel dan para abangnya berjalan memasuki lorong garbarata. Proses boarding pass sedang berlangsung. Ken duduk di dekat jendela dengan Kel yang duduk di sampingnya. Sementara abangnya yang lain duduk di kursi yang berada pada deret yang berbeda dengan mereka.
Pesawat yang Ken naiki akhirnya take off. Transportasi udara tersebut mulai meninggalkan tanah Jakarta dan menembus awan-awan. Dalam hitungan jam dari sekarang, Ken akan segera tiba di kampung halamannya.
***
Bandara Incheon, Korea Selatan.
Ken berjalan di samping Kel yang mendorong troli berisi barang bawaan mereka dengan wajah sumringah. Gadis itu menatap ke seluruh penjuru bandara. Ia senang sekali karena dapat kembali ke kampung halamannya.
"ANNYEONGAHSEYO!" Harris berseru.
"Lo ngapa dah, Bang?" cibir Jihan.
"Gue seneng akhirnya bisa ngomong pake bahasa Ibu lagi. Untungnya, nih, lidah nggak keseleo," kata Harris.
"Kita ke rumah Opa sama Oma naik taksi?" tanya Ken.
Kel menggeleng. "Kita dijemput Jen sama Jae."
"KEN! KEL! RAJA! HARRIS! CAREEZ! JIHAN!"
Belum sempat Ken membalas ucapan Kel, sebuah seruan membuat mereka menoleh. Dua orang pemuda berlarian menghampiri mereka. Usianya sepantaran dengan Raja dan Harris. Keenam bersaudara itu pun langsung mengenali wajah mereka.
Mereka adalah pemuda yang tadi disebutkan namanya oleh Kel. Jen dan Jae adalah anak kembar, putra dari kakak kedua Kayana──mendiang ibunda Kel, Raja, Harris, Careez, Jihan, dan Ken.
"Long time no see, Bro, Sis. Apakah kalian merindukanku?" sapa Jen. Pemuda itu secara bergantian memeluk keenam bersaudara di depannya.
"I miss you more than three thousand, Oppa," balas Ken seraya melepaskan pelukannya dari Jen, lalu bergantian memeluk Jae.
"How are you, Ken?" tanya Jae sambil merangkul Ken.
"Good, thanks. How about you?" tanya Ken balik.
"Seperti yang kau lihat sekarang," jawab Jae sambil mengerlingkan matanya. "Waktu berputar begitu cepat. Adik perempuan kesayanganku ini semakin cantik saja," tambahnya.
Ken berdecak. "Makin ke sini kau makin mirip dengan Dilan saja!"
Jae balas berdecak. "Nama itu lagi! Tahun lalu kau menyebutku mirip dengan Dilan, tahun ini kau kembali menyebutku mirip dengan Dilan. Sebenarnya siapa itu Dilan?"
"Dilan itu tokoh fiksi yang ada di dalam cerita salah satu novel terlaris yang ada di Indonesia. Karakternya itu suka sekali membuat kalimat-kalimat yang menggelikan. Sama sepertimu. Makanya aku menyebutmu mirip dengan Dilan," ujar Ken.
"Wajahmu juga sekilas mirip dengan Iqbaal," sahut Kel.
"Iqbaal siapa lagi?" tanya Jae.
"Aktor Indonesia yang memerankan tokoh Dilan," jawab Ken.
Jae mengangguk mengerti. "Baiklah. Besok-besok jika Iqbaal-Iqbaal itu mengadakan fan meeting, hubungi aku. Aku penasaran dengan rupa aslinya yang kata kalian mirip denganku. Aku tidak terima jika wajah tampanku ini ada kembarannya!"
Kel, Jen, Raja, Harris, Careez, Jihan, dan Ken serempak berdecak. Jae memang seperti ini. Tukang gombal dan seidikit tidak tahu malu. Tapi meskipun begitu, Ken mengagumi Jae yang punya cara tersendiri untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada orang-orang terdekatnya.
"Omoo, omoo! Uri aegi Jihanie! (Astaga, astaga! Bayi Jihan kita!)" ujar Jae dengan nada seperti orang yang tengah berinteraksi dengan bayi. Pemuda itu mencubit pipi Jihan dengan gemas.
"Oh, Hyung, jinjja jakkaman! (Oh, Bang, bentar lo bener-bener, ya!)" protes Jihan sambil berusaha menepis tangan Jae dari pipinya. Cowok itu sangat benci jika saudaranya mulai memperlakukannya seperti bayi. Katanya karena wajahnya itu menggemaskan sehingga mereka jadi gemas sendiri jika melihat wajahnya.
Mereka pun akhirnya tertawa bersama.
***
Jen dan Jae membawa dua mobil untuk menjemput Ken dan para abangnya di bandara. Kel, Ken, dan Jihan satu mobil dengan Jen. Sedangkan Raja, Harris, dan Careez satu mobil dengan Jae. Kalian bisa membayangkan bagaimana perbedaan suasana yang sangat kontras di dua mobil tersebut?
"Geseran dikit napa, sih, Ja! Gue sempit, nih!" protes Harris karena mendapat tempat yang sedikit. Raja dan Harris duduk di belakang. Mereka dipisahkan oleh barang bawaan mereka yang diletakkan di tengah-tengah.
"Lo kira lo doang yang sempit? Gue juga sempit, Malih!" balas Raja tak terima diprotes.
"Lagian lo pulang kampung cuma dua minggu aja bawaannya udah kayak mau pindah rumah. Ini lo bawa apaan lagi? Alat lukis? Lo mau ngecat apaan, hah?"
"Itu buat ngelukislah, Pinter! Lama-lama mulut lo yang gue cat, nih."
"Diem bentaran doang bisa nggak, sih? Gedeg gue tiap hari denger lo berdua gas-gasan mulu!" protes Careez tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Cowok itu duduk di depan di samping Jae sambil bermain game PUBG.
"Diem lo bocil! Nggak usah ikut campur urusan yang tua!" ucap Raja.
"Nyadar juga akhirnya kalo udah tua," gumam Careez. "Aw!" lanjutnya yang meringis kesakitan. Kepalanya ditoyor dengan keras dari belakang.
"Nyeder jege ekhernye edeh tee. Gua punya telinga masih fungsi, ya!" kata Raja.
"Yee ... baperan amat lo kayak kucing lagi bunting aja," cibir Harris.
"Yee ... sirik amat lo kayak anjing tetangga yang nggak dikasih makan sama tuannya," balas Raja ikut mencibir.
"Anjing, kok, teriak anjing."
Plak
Dan akhirnya, lengan Harris menjadi sasaran empuk pukulan Raja yang mematikan.
Di mobil Jen, suasana sangat tenang. Musik pop mengalun lembut dari audio. Ken sesekali bersenandung dan berduet dengan Jen. Sedangkan Kel dan Jihan memilih untuk memejamkan matanya sejenak.
"Bagaimana sekolahmu?" tanya Jen.
"Sekolahku baik-baik saja. Aku masih di awal masa SMA. Aku belum terlalu banyak mengalami kejadian yang menarik," jawab Ken.
"Aku jamin saat kau naik ke kelas dua nanti, akan ada banyak kejadian menarik yang menimpamu. Tunggu saja. Yang harus kau lakukan adalah cukup menikmatinya dan bersyukur atas waktu yang Tuhan berikan," ujar Jen. Ken mengangguk. Gadis itu lalu menoleh ke belakang saat mendengar suara dengkuran halus. Rupanya Kel dan Jihan sudah terlelap.
"Mereka sepertinya sangat kelelahan. Apa kau tidak lelah?" tanya Jen.
Ken menggeleng. "Sedikit, sih, sebenarnya. Tapi tidak terlalu terasa karena aku lebih antusias untuk melihat pemandangan di luar. Rupanya sudah banyak pembangunan yang dilakukan. Aku hampir tidak bisa mengenali jalanan ini. Padahal ini jalan yang sama seperti yang biasa dilalui, kan?"
Jen mengangguk.
"Aku akan mendengarkan musik lewat Airpods. Kita tidak bisa menggunakan audio mobil karena Bang Kel dan Jihan sedang tidur. Kau bisa fokus menyetir," ujar Ken.
***
Dua puluh menit perjalanan yang ditempuh, Ken dan para abangnya akhirnya tiba di tempat tujuan. Mobil yang dikendarai oleh Jen dan Jae memasuki sebuah pekarangan yang sangat luas setelah melewati pintu gerbang setinggi tiga meter. Sebuah rumah tingkat tiga dengan arsitektur bergaya Perancis kuno menyambut kedatangan mereka. Rumah itu didominasi dengan warna baby blue dan krim. Salah satu perpaduan warna favorit Ken.
Ken dan para abangnya turun dari mobil. Mereka langsung didatangi oleh empat orang bodyguard yang membantu mereka menurunkan koper dari dalam mobil dan bagasi. Ken hendak mengambil kopernya, namun dicegat oleh Jae.
"Biarkan mereka yang membawa koper kalian. Kalian di sini adalah tamu. Kalian berhak mendapatkan perlakuan seperti raja dan ratu."
Ken diam. Ia cukup dibuat linglung sesaat. Sudah lama ia tidak mendapat perlakuan seperti ini. Terasa sangat aneh saat ia merasakannya lagi setelah sekian lama.
Pemuda-pemudi itu kemudian melangkah menuju pintu utama. Sebuah pintu yang dibuat dari kayu palm terbaik dengan batu berlian yang terdapat di gagang pintunya. Jen membuka pintu tersebut. Mata mereka langsung disambut dengan interior mewah yang sangat memanjakan mata.
"WELCOME HOME, SISTAAAA!!!"
Kel, Raja, Jen, Harris, Jae, Careez, dan Jihan tersentak kaget mendengar teriakan melengking yang menyambut kedatangan mereka. Berbeda dengan Ken. Gadis itu segera menyerahkan barang bawaannya pada Harris dan berlari mendekati sumber suara──seorang wanita muda yang tengah berlari menuruni tangga.
"Baiklah. Jika mereka sudah bersatu maka kita kalah telak," ujar Jae yang berdiri di tengah-tengah Kel dan Jen.
Dalam gerakan dramatis, jarak yang terbentang di antara Ken dan wanita muda yang tadi berteriak mulai terkikis. Mereka lalu berpelukan sangat erat hingga hilang keseimbangan dan berakhir terguling bersama di lantai. Tawa Ken dan wanita muda itu pecah. Mereka tidak peduli dengan para pemuda yang menatap mereka dengan aneh.
Kel, Jen, Raja, Harris, Jae, Careez, dan Jihan memutuskan untuk duduk di ruang tamu. Kel berbaring di sofa dengan kaki yang di luruskan. Sebelah tangannya menutupi matanya. Sedangkan Jen dan Jae duduk bersebelahan sambil memperhatikan percakapan antara Ken dan wanita muda tadi.
"Opa dan Oma ada di mana? Dan, Hyung, di mana orangtuamu?" tanya Careez pada Jen dan Jae.
"Opa dan Oma sedang pergi bersama orangtua kami. Entah mereka sedang pergi ke mana. Katanya hanya sebentar, tidak sampai malam. Jadi, mari kita tunggu saja," jawab Jen.
"Kenie! Aku sangat merindukanmu," ujar wanita muda yang ada di hadapan Ken itu. Yoora namanya. Ia adalah kakak Jen dan Jae. Usianya kini dua puluh empat tahun. Mereka sangat dekat karena Yoora adalah satu-satunya saudari yang Ken miliki baik dari pihak keluarga ayah atau ibunya.
"Aku juga sangat merindukanmu, Kak," balas Ken. Lalu mereka kembali berpelukan sambil duduk.
"Apakah perempuan tidak merasa aneh jika berpelukan dengan sesama jenis seperti itu?" tanya Jae pada Jeno.
"Dalam kamus perempuan, berpelukan seperti itu adalah tanda respek mereka terhadap teman, sahabat, atau saudarinya. Itu sama sekali tidak aneh," sahut Kel menjawab pertanyaan Jae.
"Memiliki saudari sepertinya membawa pengaruh baik bagi Kel. Setidaknya calon pacarnya nanti tidak perlu ragu akan kepekaan Kel pada kode-kode perempuan," ujar Jen sambil tertawa.
"Bilang saja kau iri karena tidak punya saudari," cibir Kel.
Sedangkan di lain tempat, Ken dan Yoora sibuk bercipika-cipiki. Mulai dari bertanya kabar, kehidupan mereka sejauh ini, dan sebagainya.
"Ayo, Ken, aku antar ke kamarmu. Kita akan menghabiskan waktu bersama," ajak Yoora sambil membantu Ken membawa barang bawaannya.
Ken mengangguk. Ia melangkah di samping Yoora dengan topik pembicaraan yang terus berganti-ganti.
"AKU BERI PERINGATAN UNTUK KALIAN! JANGAN MEMBUAT ULAH DI LIBURAN KALI INI!" seru Kel dari ruang tamu.
Ken dan Yoora saling tatap. Mereka tersenyum miring lalu terkekeh bersama.
***
Rumah adalah tempat terhangat yang siap menerimamu apa pun keadaanmu.
Ken tengah menikmati waktunya dengan keluarganya. Ada para abangnya, sepupunya, paman dan bibi, serta kakek dan neneknya. Mereka tengah menonton televisi bersama. Ken dan Yoora duduk bersebelahan di sofa, tepat di samping Paman dan Bibi Lee, orangtua Yoora dan JJ Bersaudara. Opa dan Oma duduk di sofa yang berbeda. Sedangkan para bujang a.k.a Kel, Raja, Jen, Harris, Jae, Careez, dan Jihan tiduran di atas karpet bulu yang lembut.
Acara televisi yang sedang ditonton oleh keluarga itu pun terjeda oleh iklan. Mereka menghela napas secara bersamaan.
"WAH!" Yoora berseru keras sekali. Wanita itu bahkan sampai berdiri di atas kursi. Ia sukses membuat yang lainnya tersentak kaget.
"Ada apa, Yoora?" tanya Bibi Lee.
Yoora menunjuk ke arah televisi. Sebuah iklan promosi dari sebuah boygroup yang akan segera menggelar konser di Seoul. Selama iklan tersebut ditayangkan, Yoora masih setia berdiri di atas sofa tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Yang lainnya pun jadi ikut-ikutan diam.
"Ada apa, Yoora?" Bibi Lee mengulangi pertanyaannya.
"Ibu, aku ingin menonton konser NCT Dream!" pinta Yoora.
"NCT apa?" tanya Bibi Lee tak mengerti.
"NCT Dream, Bu, grup laki-laki kesukaanku. Mereka akan menggelar konser di Seoul!"
"Yang anggotanya banyak sekali itu?" tanya Bibi Lee memastikan.
"Iyaa! Tapi ini yang sub-unit Dream, yang isinya adalah anggota-anggota termuda dari keseluruhan anggota NCT. Boleh, ya, Bu?"
"Kau baru membeli album kemarin, Yoora. Berhematlah!"
"Ah, Ibuu .... !" Yoora merengek seperti gadis remaja yang tidak diizinkan orangtuanya pergi jalan-jalan dengan temannya.
"Lagipula kau akan pergi dengan siapa, hm? Teman-temanmu pasti juga sedang liburan."
"Kan, ada mereka." Yoora menunjuk ke arah Kel, Raja, Jen, Harris, Jae, Careez, Jihan, dan tentunya Ken. Hal itu membuat mereka berdelapan terkejut karena dibawa-bawa.
"Apa maksudmu, Noona?" tanya Jen mewakili.
"Kalian semua temani aku menonton konser, oke? Oke! Tenang saja, aku yang akan membelikan tiketnya untuk kalian. Kalian memang adik-adik yang manis," ujar Yoora sambil tersenyum lebar.
"Tidak, tidak, tidak! Selama liburan aku ingin bermain dan jalan-jalan!" tolak Harris mentah-mentah.
"Hei, kita juga bisa jalan-jalan sebelum atau sesudah menonton konser," ujar Yoora tak mau kalah.
"Kau mengajak sepupu-sepupumu seperti itu memangnya sudah mendapat izin dari kami?" tanya Paman Lee, sengaja. Ia ingin menggoda putri semata wayangnya itu.
"Ayah, izinkan aku menonton konser!" Yoora kembali merengek. Gadis itu memasang wajah paling imut sedunia dengan harapan hati ayahnya dapat luluh.
Paman Lee menatap Kel, Raja, Jen, Harris, Jae, Careez, Jihan, dan Ken secara bergantian. "Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian bersedia menemani putriku ini?"
Ken menjawab untuk pertama kali, "Aku ke Korea juga untuk menghabiskan waktu dengan Kak Yoora. Jadi, aku tidak masalah."
Paman Lee menatap Kel.
"Aku akan pergi ke mana pun Ken pergi. Aku harus mengawasinya dengan Kak Yoora karena mereka berdua sering sekali pergi tanpa izin," ucap Kel.
Kini giliran Raja, Jen, Harris, dan Jae yang ditatap.
"Kau sudah tahu jelas apa jawaban kami, Paman. Setiap kali libur panjang kami berempat serta Bang Kel, Careez, dan Jihan lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan mengunjungi banyak tempat. Kami bertujuh tidak akan bisa jika hanya berdiam diri saja di suatu tempat," ujar Harris.
Paman Lee kini menatap Careez dan Jihan.
"Jawaban kami sama seperti jawaban Bang Harris," jawab keduanya serempak. Harris tersenyum mendengar jawaban mereka. Mereka bertiga lalu ber-high give.
Paman Lee kini menatap putrinya. "Kau dengar jawaban mereka, Yoora? Hanya Ken yang bersedia menemanimu. Maaf, tapi kami tidak akan memberimu izin."
Wajah Yoora langsung berubah drastis menjadi cemberut. Ia menghela napasnya. Jika ayahnya sudah membuat keputusan, maka itu tidak dapat diganggu gugat. Gadis itu pun pasrah.
"Tak apa, Kak, kita masih bisa melakukan kegiatan yang lain. Iya, kan?" ucap Ken menyemangati. Matanya menatap Yoora lamat-lamat, ia seperti sedang menyampaikan sesuatu lewat matanya.
Yoora terkekeh melihat tatapan Ken. "Iya, kau benar. Kita bisa melakukan kegiatan lain."
Ken dan Yoora kemudian tertawa bersama. Hal itu sukses menimbulkan tanda tanya dari keluarga mereka, terutama Kel. Cowok itu memang paling peka jika adiknya dan sepupunya itu sedang merencanakan sesuatu.
REGALO
Hellaw swag people!
Mulai detik ini juga, hari indah kalian akan ditemani oleh Ken yang ambis, Adam yang easy going, dan Arsen yang bodo amatan. Selamat berpetualang di semesta mereka!
Bonus Pict!
(atas; kiri ke kanan)
Careez, Jae, Jen, dan Raja
(bawah; kiri ke kanan)
Jihan, Kel, dan Harris
Tinggalkan jejak sebagai bukti bahwa kalian telah membaca bagian ini dengan pemberian vote dan komen, biar nggak jadi sider aja.
NGASIH FEEDBACK ITU GK DOSA KOK :D
Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan.
Read REGALO until the end.
Thanks and see you 💙
Best regards,
Styakna
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top