Chapter 12

Ekspresi terkejut terlihat jelas di wajah pemuda bersurai perak tersebut. Irisnya membelalak lebar dan terdiam di tempatnya.

Tatapannya antara percaya dan tidak percaya oleh apa yang barusan di katakan teman seangkatannya tersebut.

Sugawara mengatur nafasnya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya sesaat setelah mendengar berita tersebut.

Shimizu yang ada di hadapannya juga tak banyak berbicara, dia kembali menatap sosok yang masih tertidur di kasur ruang kesehatan disana. Pony panjangnya sedikit bergoyang kala angin dari jendela masuk menerpa dirinya.

Shimizu mengakui jika Hinata nampak seperti gadis pada umumnya, iya dia mengakui hal tersebut sebelum dirinya tahu jika Hinata ternyata adalah seorang laki-laki. Pemuda. Adam.

Dia terkejut awalnya bahkan tadi saat hendak memanggil Sugawara dia bahkan tak sanggup untuk berjalan karena terlalu shock.

Helaan nafas kasar dari Sugawara mengalihkan perhatiannya, dia melihat pemuda itu yang kini nampak berpikir bagaimana ke depannya.

"Sugawara, kurasa kita tak perlu cepat-cepat untuk bertanya pada Hinata. Kurasa dia memiliki alasan tersendiri kenapa ia melakukan hal ini" Ujar Shimizu.

Sugawara mengangguk kecil, pandangannya kembali teralih ke adik tingkatnya yang masih memejamkan matanya di hadapan dirinya.

****

Latih tanding telah usai, masing-masing team mulai menyiapkan diri untuk kembali pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula pemuda blueberry yang kini nampak agak terburu-buru kala mengemas barangnya.

Tsukishima yang kebetulan ada di sebelah Kageyama tersenyum miring, hendak memprovokasi pemuda itu seperti biasa.

"Santai saja King, aku yakin tuan putrimu itu tak akan di bawa siapapun" Ujarnya dengan di akhiri kekehan kecil.

Kageyama berdecih, dia tanpa banyak omong segera membawa tas miliknya dan berjalan keluar dengan hawa hitam pekat mengitari tubuhnya.

Beberapa anggota team memandangi dirinya yang keluar begitu saja, Yamaguchi adalah salah satunya. Dia menoleh ke arah Tsukishima yang sudah berdiri di sampingnya. Pemuda  dengan surai hijau tua itu kemudian ikut berdiri.

"Tsukki, kenapa Kageyama terburu-buru seperti itu?" Tanya Yamaguchi heran. Tsukishima mengangkat bahunya acuh dan segera mengajak Yamaguchi keluar yang tentu saja akan mudah di patuhi oleh Yamaguchi.

Kembali ke Kageyama, pemuda blueberry tersebut kini telah sampai di depan ruang kesehatan yang tadi siang ia kunjungi.

Nafasnya agak terputus karena tanpa sadar ia mulai berlari untuk lekas menemui si surai orange tersebut.

Pintu segera di geser dan Kageyama masuk perlahan ke dalam. Disana ia bisa melihat sosok Sugawara yang sedang berbicara dan bersenda gurau dengan Hinata.

Tanpa sadar sebuah senyum yang amat tipis terulas di wajahnya, dia segera mendekati keduanya.

"Hinata, bagaimana keadaanmu?" Tanya Kageyama mengejutkan Sugawara dan Hinata.

Hinata tersenyum lebar, menjelaskan bahwa ia tak apa dan sudah lebih baikan karena lama tertidur tadi. Kageyama mengangguk paham, dalam hati bersyukur bahwa si surai orange tersebut tak terluka parah.

"Oh ya Kageyama, apa yang lain sudah pulang?" Tanya Sugawara menoleh ke arah Kageyama. Kageyama menggeleng kecil, "Mereka menunggu kita untuk pulang bersama"

Sugawara mengangguk paham, dia kemudian berdiri dari tempat duduknya tadi.

"Kalau begitu aku kembali dahulu, Kageyama aku titip Hinata ya? Setelah ini kalian bisa pulang kok lagipula Hinata juga sudah tak apa" Pesan pemuda tersebut seraya tersenyum lembut. Kageyama mengangguk sebagai tanggapan sementara Hinata dia merona tipis seraya tersenyum pada kakak tingkatnya.

"Sugawara-san seperti seorang Ibu jika seperti itu" Canda Hinata lantas tertawa kecil, Sugawara menggeleng kecil dia kemudian bergegas kembali untuk mengambil tas miliknya dan juga mengabari yang lain.

Kini ruangan tersebut hanya di isi dengan Kageyama dan Hinata saja. Keduanya masih sama-sama terdiam, Hinata menatap ke arah jendela dan Kageyama yang memperhatikan sosok Hinata yang tertimpa sinar senja.

Kageyama berdehem sejenak, membuat perhatian Hinata melirik ke arah dirinya.

"Mau pulang sekarang?" Ajak Kageyama dengan nada pelan, kalo boleh jujur ia gugup untuk sekarang.

Hinata menoleh dan mengangguk antusias, "Boleh boleh! Lagipula aku sudah terlalu lama disini" Cengirnya.

Kageyama tak berbicara kembali, dia menaruh satu tas di atas kursi dan berjongkok di samping kasur. Hal itu tentu membuat Hinata bingung, dalam pikirannya bertanya kenapa Kageyama berjongkok di sana?

"Kageyama-kun, ke-"

"Ck, sudah diam. Ku gendong saja daripada ada apa-apa nanti" Titah pemuda tersebut, Hinata mengangguk kecil walau Kageyama tak bisa melihatnya.

Dengan perlahan dirinya mendekat dan mulai menggapai punggung Kageyama. Kageyama sendiri dengan sigap menahan berat tubuh bawah Hinata.

Tangan mungil Hinata mencengkram pelan pundak Kageyama sebagai pegangannya saat Kageyama mulai berdiri.

Tas yang ia taruh kini sudah ada di pegangan Hinata dan dengan segera Kageyama berjalan meninggalkan ruang kesehatan menuju tempat dimana rekan setimnya yang lain menunggu dirinya serta Hinata.

****

"

Arigatou gozaimasu"

Daichi keluar dari kedai Pelatih Ukai seraya membawa sekantung bakpao di tangannya. Dirinya berjalan mendekati rekannya yang kini sedang duduk santai di pinggiran trotoar, tak semua sih hanya Tanaka, Nishinoya, Narita, Kinnoshita dan Asahi yang duduk disana sementara yang lain berdiri.

Daichi menyerahkan kantung bakpao tadi ke Sugawara setelah dirinya mengambil bakpao bagiannya. Jantung tersebut terus bergulir dari satu orang ke orang lain dan berakhir di Hinata.

Semuanya menikmati traktiran kapten mereka dengan tenang. Tak ada keributan seperti biasa, mungkin karena mereka sedang lelah sehabis latih tanding dengan Nekoma tadi.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaan Hinata?" Tanya Daichi mencoba mencairkan keadaan.

Yang disebut menoleh seraya menunjuk dirinya sendiri. Bakpao daging miliknya masih ia gigit di mulutnya dengan wajah polos menatap ke arah kapten mereka.

"Akhu.. Bhaikf.. Bhaikf khof Dhafih-sfan" Jawab Hinata dengan mulut yang masih tersumpal bakpao yang mana menambah kadar keinutan dari dirinya. Tapi namanya juga Hinata mana peka dia jika membuat para pemuda yang disana gemas akan dirinya.

Nishinoya berdiri dan dengan cepat memeluk Hinata, menjerit gemas karena keimutan adik tingkatnya yang satu itu.

"Shouki!!!! Kenapa kau begitu menggemaskan?!!! Akhh jadilah adik perempuanku!!!" Seru Nishinoya penuh kegilaan.

Semua yang disana speechless melihat sikap Nishinoya yang sangat ingin menjadikan Hinata adiknya.

Padahal mereka sama-sama anak Sugawara.Eh.

"Nishinoya sudah lepaskan pelukanmu itu, kau mau membuat pawangnya marah?" Canda Ennoshita yang mana langsung membuat muka Kageyama panas seketika.

"Astaga wajah mereka sama-sama memerah" Sugawara tergelak di tempatnya sama halnya dengan yang lain yang juga tertawa melihat rekasi mereka.

"Sudah sudah mari kita pulang sebelum Ukai-sensei melempar botol minuman ke kita" Ajak Daichi lalu berjalan terlebih dahulu.

Semua membereskan sampah mereka, Nishinoya pun segera melepaskan pelukan Hinata dan menghampiri Asahi yang baru saja membuang sampah.

"Asahi-san tunggu aku ya! Aku ingin membeli Gari Gari-kun sebentar" Tanpa menunggu jawaban dari Asahi, dirinya sudah main pergi begitu saja.

Maklum saja, jalan pulang Asahi dan Nishinoya sama bahkan rumah mereka hanya berjarak beberapa rumah jadi tak heran jika mereka kerap pulang berangkat bersama.

Semuanya sudah berjalan terlebih dahulu hanya tinggal AsaNoya dan KageHina yang masih ada disana.

Kageyama tadi katanya ingin membeli yogurt sebagai peneman perjalanan pulang jadi Hinata mengangguk saja seraya menunggu Kageyama membeli yogurt seraya memainkan ponselnya.

Ada beberapa telfon dari Ibunya dan juga Ayahnya, Hinata tersenyum tipis senyum yang berbeda dari biasanya.

"Ah, aku lupa mengabari Okaa-san" Gumamnya lirih.

"Oi Hinata"

Hinata segera menoleh ke Kageyama, pemuda itu kembali memberi sekotak yogurt pada Hinata tanpa mengucapkan apa-apa. Hinata terkekeh kecil, tas miliknya segera ia ambil dan berjalan menyusul Kageyama yang sudah beberapa langkah di depannya.

Keduanya menikmati senja itu dengan berdiam satu sama lain seraya meminum perlahan yogurt yang di beli Kageyama.

Sederhana, namun entah mengapa keduanya suka.



















Oke saya tahu saya sudah lama bahkan sangat lama tak mengupdate buku ini. Alasan kenapa saya lebih fokus ke buku sebelah adalah karena buku sebelah lebih sedikit konfliknya. Lalu juga saya ingin jujur-

Saya kehilangan ide untuk buku ini '-'

Oke maafkan saya karena telah teledor seperti ini, saya biasanya akan membuat ringkasan cerita yang ingin saya tulis di note ponsel tapi karena pembelajaran sudah di mulai sejak beberapa bulan lalu saya benar-benar lupa dengan ringkasan buku ini.

Selain karena saya terlalu asyik bermain rp, tugas sekolah pun menumpuk. Tenang dulu, saya tak ingin menyalahkan teman rp saya untuk hal ini tapi saya ingin menyalahkan guru saya. Mereka memberikan tugas bertumpuk-tumpuk layaknya gunung Everest untung saja saya bisa menyelesaikan semua tugas tersebut sebelum H-8 PTS. Dan saya harap di liburan akhir tahun tugas tak akan menumpuk menjadi tumpukan gunung Himalaya -v-

Lalu...

Kenapa baru update sekarang?

Hmm.. Selain karena saya kehilangan ide saya juga ingin merilekskan otak dan pemikiran saya dengan kembali menulis. Ya mungkin ada beberapa di antara kalian menyadari jika kosakata yang saya pakai lebih sedikit daripada yang dulu, ya saya pun merasakannya. Tulisan saya terasa sangat kaku '-'

Huft- mungkin hanya itu saja ocehan saya untuk sekarang dan tolong doakan saya agar nilai PTS saya tak hancur! Besok ada hari penentuan apakah saya masih bisa tinggal di rumah atau tetap di rumah sakit '-'
Oke itu hanya joke semata tapi saya memang berada di rumah sakit sekarang karena ambruk -v-

Ya sudah lah, seperti ini dulu. Jika ada ide yang masuk akan saya usahakan untuk update secepatnya.

Matta ne~

Jawa Timur.
23 November 2020.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top