Chapter 6

Aku berdiri berhadap-hadapan dengan Mr. Dodson di lorong UGD rumah sakit. Tenggorokanku tercekat dan sakit karena menahan tangis, namun aku memaksakan diriku berbicara.

"Seth kenapa?" tuntutku padanya dengan suara serak, "Tolong jelaskan..."

Pertanyaanku terputus oleh suara langkah-langkah kaki.

"Chloe!" Leanna berlari-lari menghampiriku dan memelukku erat. Tak lama kemudian Chuck datang menyusul dengan terengah-engah. Aku sudah tidak kuat, mataku berair.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" Chuck menanyaiku tegang.

"Nggak tahu," jawabku susah payah, "...dokter belum keluar dari ruangan."

"Berita itu hampir membuatku pingsan, karena sudah lama sekali Seth nggak kumat, kupikir..."

"Kumat?" aku memotong kalimat Leanna. Leanna, Chuck, bahkan Mr. Dodson saling berpandangan.

"Sebenarnya Seth kenapa?" desakku tak sabar. Mr. Dodson menghela napas, lalu pria itu menunduk dan memijat dahinya.

"Jantungnya lemah. Beberapa kali dia pernah dilarikan ke rumah sakit karena tiba-tiba kumat saat jam pelajaran."

Paru-paruku bagai diisi es saking kagetnya mendengar berita itu. Seth menderita lemah jantung?

"Kalian nggak pernah menceritakan ini padaku." aku memandangi Leanna dan Chuck meminta penjelasan. Mereka berdua tampak salah tingkah. Leanna yang pertama membuka mulut.

"Tadinya kami berniat memberitahumu, tapi..."

"Permisi, Mr. Dodson. Kami harus menjelaskan kesalahpahaman ini sebentar." Chuck menyeretku dan Leanna ke lorong sepi.

"Kami berjanji pada Seth agar nggak memberitahumu tentang penyakitnya." jelas Chuck frustasi ketika cukup yakin bahwa kami sudah berada di luar jangkauan pendengaran Mr. Dodson.

"Apa salahnya?!" seruku, "Bila tahu soal itu, aku nggak akan bersikap tolol dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sensitif di kelas dan akibatnya dia harus naik ambulans karenaku!"

"Chloe..." Leanna menenangkanku, tampak agak bersalah, "Kami berjanji pada Seth. Dia nggak kepingin kau... eh, menjaga jarak karena penyakit yang dideritanya..."

"Menjaga jarak?" bisikku takjub, "Memangnya berapa umurku, Lee? Dua belas? Menjauhi orang hanya karena dia menderita lemah jantung?"

"Ini berbeda!" kata Chuck seolah siap menelanku, "Asal tahu saja, ketika dia menerima kabar dari kepala sekolah bahwa ada murid dari LA yang akan pindah ke Redville, Seth sudah mencari tahu tentang dirimu. Dia bahkan menanyaiku apakah akan terlihat aneh bila langsung mengajakmu duduk semeja di kantin di hari pertamamu. Dia sangat ingin berteman dekat denganmu bahkan sebelum kau datang ke Redville, jadi wajar dia nggak ingin kau melihatnya sebagai cowok yang lemah!"

Aku mematung syok memandangi Chuck.

"Kenapa dia melakukan semua itu?"

Leanna menghela napas.

"Karena kau... Chloe."

"Apa?" tanyaku takut salah dengar.

"Namamu Chloe." Leanna mengulang, "Namamu sama dengan nama kakak perempuan Seth. Dan wajahmu... sangat mirip dengannya."

"Dan?" tanyaku bingung, "Apa yang salah memiliki nama yang sama dan wajah yang mirip dengan kakaknya?"

Leanna menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaanku.

"Chloe Winchester sudah meninggal. Dia kecelakaan mobil ketika hendak kabur saat bertengkar dengan ayah Seth." mata Leanna berkaca-kaca, "Seth melakukan semua itu karena kau mengingatkannya pada Chloe Winchester. Kakaknya yang sudah meninggal."

🍁

Aku duduk di koridor rumah sakit, menatap hampa ke arah jendela yang basah terguyur hujan. Kata-kata Leanna bagai terpatri di seluruh sel otakku beberapa menit terakhir. Itu membuat diriku mampu mengambil kesimpulan dari segala hal yang terjadi padaku belakangan.

Seth mengakrabkan diri padaku karena aku mengingatkannya pada kakaknya yang sudah meninggal.

Lamunanku terputus dengan kedatangan dokter. Kami berempat—termasuk Mr. Dodson—melonjak bangkit dari kursi dan memberendenginya dengan pertanyaan. Aku nyaris menangis lega mengetahui Seth baik-baik saja. Dokter hanya menyarankan agar Seth beristirahat di rumah sakit selama beberapa hari dan rutin meminum obatnya. Dia memperbolehkan kami masuk ke ruangan Seth.

"Bagaimana perasaanmu?" Mr. Dodson menghampiri Seth yang terbaring di ranjang lalu mengacak rambutnya.

"Fantastis." Seth nyengir salah tingkah, "Maaf lagi-lagi merepotkan Anda, Sir..."

Kata-kata Seth terputus ketika melihatku masuk ruangan di belakang Leanna dan Chuck.

"Chloe?" dia menatapku kaget. Leanna segera mendeteksi keadaan.

"Dia nyaris menangis menungguimu di luar tadi." katanya sambil melirikku yang terpaksa menunduk menyembunyikan wajahku yang memerah, "Mr. Dodson, Chuck, sebaiknya kita biarkan Chloe menumpahkan isi kepalanya terlebih dahulu kepada Seth."

"Kawan, cepatlah pulih." Chuck mengedip pada Seth yang tersenyum lemah lalu mengikuti Leanna dan Mr. Dodson keluar ruangan. Pintu ditutup.

Sejenak suasana hening.

"Hei." sapaku pelan sambil menghampirinya.

Mata cokelat jernih Seth menatapku gugup untuk pertama kalinya.

"Sudah ketahuan ya, penyakitku yang memalukan ini?" kekehnya getir.

Aku memandangnya, "Kau merendahkanku."

"Eh?"

Aku mengangkat bahu, "Kau menganggapku akan menjaga jarak bila kutahu kau memiliki—seperti katamu—penyakit memalukan, begitu? Memangnya aku ini bocah? Kau pikir aku ini sedangkal apa?"

Selama beberapa detik dia menatapku tanpa berkedip.

"Tepat sasaran," akunya seraya terkekeh hambar, "...tapi, aku nggak merendahkanmu. Aku saja yang pengecut..." cowok itu mendengus kesal, lalu meneruskan, "...dan terlalu takut... kehilanganmu."

Seth memejamkan mata. Dia memegangi dadanya dengan satu tangan dan menghirup napas dalam-dalam. Suasana hening sekali lagi. Aku benar-benar berharap Seth sedang dalam kondisi yang terlalu letih untuk memperhatikan rona wajahku. Jantungku bergemuruh tak terkendali. Aku bahkan tidak tahu mengapa aku merasa gugup. Seth memandangku sebagai kakaknya kan?

"Kau kedengaran seperti mau melamarku atau apa." aku terkekeh untuk menyamarkan kegugupanku.

Tawa Seth pecah berderai-derai.

"Apa yang begitu lucu?" aku menatapnya jengkel setelah kira-kira satu menit mendengarkannya terbahak-bahak.

Setelah berhasil meredakan tawanya, dia memandangiku lurus-lurus, "Jangan ceritakan hal ini pada dua orang itu," katanya sambil melempar pandangan ke arah luar, "Kita bakal habis jadi bahan ledekan."

"Oke, aku akan menyelamatkan harga dirimu." gumamku. Seth nyengir padaku, lalu raut wajahnya kembali serius.

"Maaf, aku ini merepotkan." ujarnya lalu menambahkan sambil mendengus, seolah kesal pada dirinya sendiri, "Pingsan di kelas dan bikin gaduh sekolah."

Aku menggeleng buru-buru, "Justru aku yang meminta maaf karena... mungkin sudah membuatmu mengingat masa lalumu yang—" aku memperhatikan ekspresi Seth. Matanya lagi-lagi menerawang, "Aku nggak tahu kenangan itu bisa membuatmu—"

"Lupakan saja."

Seth kemudian memberi isyarat agar aku duduk di dekatnya di tepi ranjang rumah sakit.

"Apa? Kau ingin minta kudoakan agar cepat sembuh?" candaku kikuk seraya menghampirinya.

"Memangnya kau pastor." katanya sambil mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, "Hanya saja... senang melihat wajah khawatirmu itu."

Karena kau dapat melihat refleksi wajah kakakmu pada wajahku? aku membatin pahit.

"Memangnya aku mirip Megan Fox?" aku melayangkan pertanyaan, pura-pura dungu.

Lagi-lagi tawa Seth pecah.

Tak lama kemudian ketukan di pintu terdengar. Kepala seorang pria dan wanita melongok dari balik pintu.

"Oh, Seth! Anakku!" si wanita segera berlari menghampiri ranjang Seth dan memeluknya erat.

🍁

"Kini aku tahu tatapan-tatapan aneh yang kuterima di hari pertamaku bukanlah semata-mata karena aku si murid baru yang merusakkan mobil orang..." aku mengadu pada Leanna malam harinya di telepon, "Kurasa semua orang benar-benar melihatku sebagai duplikat Chloe Winchester."

"Kau yakin nggak berniat memberitahunya bahwa kau nggak bersedia jadi 'kakak'nya?" tanya Leanna.

"Siapa? Seth? Bisa-bisa dia kumat lagi." sahutku, lalu mendesah berat, "Harusnya kau nggak perlu mengatakan hal-hal itu. Seth yang nggak pernah bersikap semanis itu ke cewek... Seth yang nggak pernah bicara dengan ketua pemandu sorak lebih dari lima menit... membuatku berharap."

"Sori, Chloe. Aku nggak bisa menahan diri. Aku bukannya ingin menjadi provokator, tetapi menurutku sebaiknya kau bilang padanya kalau kau muak disama-samakan dengan Chloe Winchester..."

"Dia nggak pernah terang-terangan menyama-nyamaiku dengan kakaknya, tapi—"

"Pokoknya, kalau aku jadi kau aku bakal bilang padanya seperti itu. Yah...paling nggak Seth kan sudah tahu kondisiku. Mungkin dia bakal syok, tapi itu nggak akan mencegahku mengatakan padanya bahwa aku lebih bersedia menemaninya pergi ke prom."

Perutku serasa anjlok.

"Kau suka dia kan?" tebak Leanna. Pipiku bersemu.

"A—aku cukup puas dengan pertemanan kami sekarang." aku mengelak, "Aku ini 'kakak'. Bukannya 'si cewek baru.'"

"Dan Seth juga 'adik'? Bukannya 'si cowok imut'?" Leanna balik menyerangku. Satu hal yang kubenci dari Leanna, dia memiliki kemampuan hebat untuk membuatku tak mampu berkutik.

"Ngomong-ngomong bagaimana tadi, kau sudah ketemu orangtua Seth?" Leanna menyindir, aku akhirnya diingatkan kembali pada pertemuanku dengan kedua orangtua Seth.

"Yah. Mereka juga sempat melotot melihatku, seakan aku ini hantu atau semacamnya. Tapi kayaknya mereka sedang panik masalah kumat Seth, jadi mereka nggak terlalu memedulikanku." aku mengangkat bahu, walau aku tahu Leanna tidak bisa melihatnya. Tapi aku bisa mendengar cewek itu mendengus geli di seberang.

"Siap-siap saja." katanya, "Aku berani bertaruh setelah ini mereka kepingin mengenalmu lebih jauh."

🍁

Sister-zoned, Klo.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top